Quantcast
Channel: Android Reviews – Tech in Asia Indonesia
Viewing all 242 articles
Browse latest View live

Review Tales of Link – Koleksi Jagoan Seri Tales Favoritmu!

$
0
0

Seri Tales mungkin termasuk salah satu seri JRPG yang paling banyak mendapat spin-off berupa game mobile free-to-play. Ada Tales of Asteria, Tales of Card Evolve, Tales of the World: Tactics Union, dan lain-lain. Tampaknya Bandai Namco belum akan berhenti memproduksi game mobile Tales, terbukti dengan diumumkannya Tales of the Rays beberapa waktu lalu.

Sayangnya dari sekian banyak game mobile tersebut sangat jarang yang dirilis di luar Jepang. Tales of Link termasuk judul yang beruntung karena kini tersedia dalam bahasa Inggris, meski telat dua tahun dari versi aslinya. Apakah Tales of Link cukup menarik untuk dimainkan, terutama bagi para penggemar Tales? Ayo kita tengok sama-sama.

Tales of Link | Screenshot 1

Bujet Besar untuk Konten Cerita

Saya cukup terkejut ketika pertama memainkan Tales of Link. Untuk ukuran sebuah game mobile free-to-play, konten cerita di dalamnya ternyata digarap dengan cukup niat. Bentuknya memang sederhana, hanya percakapan dengan gambar diam saja. Tapi kualitas penulisannya cukup bagus sehingga menyenangkan untuk diikuti.

Lebih menarik lagi, cerita utama dalam game disajikan dengan sulih suara penuh layaknya JRPG betulan. Hasilnya ukuran game ini jadi cukup bengkak (sekitar 1 GB), tapi pengalaman yang diberikan juga terasa lebih seru. Apalagi kalau karakter favoritmu sedang muncul dan beraksi di layar.

Tales of Link | Screenshot 2

Tales of Link juga menyajikan banyak cerita sampingan dalam bentuk event. Kalau dalam cerita utama kamu berperan sebagai Great Savior yang menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka di cerita sampingan kamu akan melakukan berbagai kegiatan tidak penting dan tidak serius. Misalnya berburu hantu di sekolah atau mencari harta legendaris.

Setiap event punya cerita berbeda, dan biasanya punya hadiah yang berbeda pula. Dengan begitu banyak event dan cerita ringan di dalamnya, Tales of Link jadi terasa seperti kumpulan fanfiction (cerita buatan fan) digital. Game ini betul-betul dibuat untuk dinikmati secara santai oleh para penggemar Tales, tapi bukan berarti game ini tidak punya tantangan.

Antara Strategi dan Keberuntungan

Tales of Link memiliki gameplay gabungan antara RPG turn-based dengan sistem Link yang mirip puzzle match-three. Pertama-tama kamu harus menyusun party beranggota sembilan karakter. Setiap karakter bisa kamu perkuat dengan memberi senjata atau meningkatkan level. Makin tinggi kelangkaan seorang karakter, makin tinggi pula level maksimum dan kekuatan yang dimiliki.

Tales of Link | Screenshot 3

Kesembilan karakter ini kemudian akan muncul secara acak dalam pertarungan. Kamu bisa menyerang musuh dengan menghubungkan karakter-karakter yang memiliki simbol sama. Makin banyak simbol yang kamu hubungkan, seranganmu akan makin kuat. Bila kamu berhasil menghubungkan sembilan karakter maka karakter terakhir akan melakukan serangan pamungkas atau Mystic Arte.

Berhubung karakter dan simbol muncul secara acak, faktor keberuntungan memang berpengaruh besar. Tapi strategi juga tak kalah penting di sini. Setiap karakter punya tipe serangan, skill pasif, maupun Arte yang berbeda-beda, jadi kamu harus memutar otak demi menyusun party yang optimal.

Kamu bisa memilih satu orang untuk dijadikan party leader, serta dua orang lainnya sebagai sub leader. Tiga leader ini bisa menggunakan skill khusus, dan party leader bahkan mendapat satu skill tambahan yang disebut Leader Skill. Pemilihan tiga leader ini sangat penting karena akan berpengaruh besar pada party keseluruhan.

Tales of Link | Screenshot 4

Sebagai contoh, Asbel Lhant dari Tales of Graces memiliki Leader Skill yang memperkuat serangan semua karakter bertipe thrust dan shot. Artinya bila saya memilih Asbel sebagai party leader, sebaiknya anggota party yang lain punya tipe serangan thrust atau shot juga. Sayang sekali bila saya pakai karakter tipe slash, bash, atau spell, karena mereka tidak mendapat efek Leader Skill dari Asbel.

Skill maupun Leader Skill yang ada sangat bervariasi, tak hanya untuk meningkatkan kekuatan serangan saja. Ada juga skill untuk penyembuhan, menunda giliran musuh, mengubah simbol karakter, dan lain-lain. Menyusun party dan strategi yang tepat di antara kombinasi ratusan karakter itu rasanya sangat menarik!

Tales of Link | Screenshot 5

Kamu juga tak perlu frustasi kalau ada karakter langka yang punya skill bagus tapi tidak berhasil kamu dapatkan. Cukup kamu cari pemain lain yang punya karakter tersebut lalu tambahkan sebagai teman. Tiga karakter temanmu yang dipasang sebagai leader bisa kamu rekrut untuk bala bantuan, menghasilkan party berisi dua belas karakter.

Porsi Popularitas yang Seimbang

Tales of Link adalah game free-to-play yang berpusat pada koleksi karakter, jadi tidak heran kalau kamu menemukan banyak karakter “sampah” di sini. Pada dasarnya karakter yang berguna hanyalah karakter-karakter bintang tiga sampai bintang lima saja, sementara bintang satu dan dua nyaris tidak ada fungsinya.

Andai semua karakter bintang satu dan dua dihilangkan pasti Tales of Link akan terasa lebih menarik, kita jadi bisa fokus mengoleksi karakter keren dan menyusun strategi. Tapi begitulah natur game free-to-play, mau bagaimana lagi. Untungnya game ini cukup dermawan dalam memberi event berhadiah karakter-karakter langka.

Tales of Link | Screenshot 6

Saya juga sangat senang karena Tales of Link tidak hanya fokus pada judul-judul Tales terkenal. Memang banyak karakter Tales populer yang super kuat seperti Leon Magnus dan Ludger Kresnik, tapi karakter-karakter dari Tales yang kurang populer juga tidak kalah. Party saya sekarang masih diisi oleh Annie dari Tales of Rebirth, bahkan baru-baru ini ada event bertema Tales of the Tempest.

Satu-satunya Tales yang belum hadir di sini hanya Tales of Zestiria, tapi itu bisa dimaklumi karena Tales of Zestiria masih cukup baru. Intinya kalau kamu penggemar seri Tales, kemungkinan besar karakter favoritmu ada di sini dan berguna dalam pertarungan. Tinggal berdoa saja pada Yang Di Atas supaya kamu berhasil mendapatkannya dalam gacha (undian).

Harga IAP Keterlaluan

Bahasan kita akhirnya sampai pada kekecewaan terbesar saya, atau lebih tepatnya satu-satunya kekecewaan saya pada Tales of Link. Harga IAP yang ditawarkan benar-benar mahal! Saya sampai tidak percaya dan harus mengecek berulang kali untuk memastikan saya tidak salah lihat.

Tales of Link | Screenshot 7

Mata uang utama dalam Tales of Link adalah Hero Stone. Hero Stone bisa kita gunakan untuk gacha, memulihkan stamina, atau untuk continue bila kita mati dalam pertarungan. Satu kali gacha memakan lima Hero Stone, tapi kita bisa juga membeli paket gacha tertentu. Contohnya paket Beginner berisi sepuluh karakter seharga 30 Hero Stone.

Mau tahu berapa harga Hero Stone? Rp15.000 tiap buah. LIMA BELAS RIBU! Artinya untuk gacha satu karakter kamu harus membayar Rp75.000, padahal belum tentu kamu dapat karakter bagus. Bayangkan bagaimana rasanya membayar Rp75.000 lalu hanya dapat karakter bintang satu.

Kalau kamu beli banyak Hero Stone memang harganya sedikit lebih murah, misalnya paket 31 Hero Stone seharga Rp279.000. Tapi dengan jumlah uang yang sama kamu bisa beli BlazBlue: Chrono Phantasma Extend di Steam, belanja di Humble Bundle, dan masih punya sisa kembalian untuk makan batagor atau mi pangsit.

Tales of Link | Screenshot 8

Saya tak habis pikir dengan harga IAP yang keterlaluan begini, apalagi mengingat Hero Stone bisa didapat gratis dengan cukup gampang. Dalam waktu seminggu saja saya sudah membeli paket gacha senilai total 130 Hero Stone tanpa keluar uang sepeser pun. Padahal kalau beli IAP, 130 Hero Stone itu harganya Rp999.000.

Kalau harga Hero Stone tidak diubah saya khawatir IAP game ini tidak akan laku, kemudian server ditutup karena penghasilannya tidak menguntungkan. Sayang sekali, padahal andai harganya lebih murah saya ingin sekali beli Hero Stone demi mengoleksi karakter-karakter Tales favorit saya.

Tales of Link | Screenshot 9

Kesimpulan

Tales of Link adalah game free-to-play kasual yang santai dan menyenangkan. Tidak perlu grinding terlalu rajin, tidak ada PvP, dan tidak ada tekanan untuk selalu mengejar item atau karakter terkuat. Game ini cocok untuk penggemar Tales yang butuh hiburan ringan, apalagi mereka yang suka membaca fanfiction.

Dengan keseimbangan yang pas antara unsur koleksi, strategi, serta keberuntungan, Tales of Link tidak akan cepat membuatmu bosan. Bila kamu ingin bermain secara hardcore juga tersedia tantangan berupa banyak event berisi pertarungan-pertarungan susah. Tentu saja semua dengan imbalan yang layak.

Satu-satunya keluhan saya soal Tales of Link hanyalah harga IAP yang sulit diterima. Rp15.000 untuk satu Hero Stone itu bagaimana pun juga terlalu mahal. Saya menikmati main Tales of Link, tapi dengan harga seperti ini sih sepertinya saya tidak akan pernah beli Hero Stone sampai kapan pun juga.

Game Info
TALES OF LINK
BANDAI NAMCO Entertainment Inc. -  Mar 30, 2016
Genre:  Role Playing
Size:   59M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

The post Review Tales of Link – Koleksi Jagoan Seri Tales Favoritmu! appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Heaven Knights – Game Potensial yang Penuh Lubang

$
0
0

Jika kita berbicara soal MMORPG di Indonesia kemungkinan Lyto menjadi salah satu penerbit yang muncul dalam pikiran. Namun tahukah kamu bahwa Lyto sudah memiliki anak perusahaan yang diberi nama Lyto Mobi?

Nah, kali ini Lyto Mobi sepertinya telah menemukan sebuah game yang cukup menarik untuk diterbitkan. Diberi judul Heaven Knights, game terbaru dari Lyto Mobi ini dideskripsikan sebagai game yang seru dan penuh aksi. Apakah deskripsi tersebut sesuai dengan kenyataannya? Mungkinkah Heaven Knights mampu membawa kesuksesan besar bagi Lyto Mobi?

Bertualang sebagai Kesatria

Heaven Knights | Screenshot 1

Dalam Heaven Knights kamu akan memimpin sebuah korps kesatria yang dibantai di permulaan cerita. Dengan sekumpulan kesatria yang tersisa kamu harus membangun ulang korpsmu dengan merekrut prajurit baru dan memperkuat kesatria di bawah pimpinanmu. Heaven Knights memiliki latar cerita yang cukup mendasar dan sepanjang petualangan kamu akan direpresentasikan oleh dua orang kesatria yang kamu dapatkan sejak awal.

Jika kamu adalah tipe gamer yang suka penasaran dengan cerita seperti saya, anggap saja game ini tidak memiliki cerita, karena Heaven Knights memiliki kualitas lokalisasi bahasa Inggris yang luar biasa berantakan. Setidaknya setengah dari pembicaraan yang ada di dalam game tidak bisa saya mengerti maksudnya dan hanya bisa saya tebak seadanya.

Heaven Knights | Screenshot 2

Dalam setiap ekspedisi, kamu akan menggunakan maksimal empat orang kesatria. Berhubung setiap kesatria dibagi ke tiga kategori berupa Tank, Support, dan Damage, komposisi tim kurang lebih akan selalu lama. Setiap kesatria yang kamu dapat memiliki berbagai tingkatan, dari tingkat C hingga SSS. Kamu akan cukup sibuk jika kamu ingin menggunakan kesatria tertentu dan berusaha meningkatkannya ke tingkat tertinggi.

Kontrol yang Agak Terbatas

Sepintas Heaven Knights terasa seperti bermain sebuah RPG ala Neverwinter Nights. Keempat kesatria dalam kelompokmu bisa kamu kendalikan secara bersama-sama atau individual. Semua kesatria akan langsung menyerang musuh secara otomatis saat mencapai jarak tertentu.

Heaven Knights | Screenshot 3

Setiap kesatria juga memiliki jurus yang berbeda-beda, dan masing-masing memiliki empat buah jurus yang akan bisa dikeluarkan saat kesatria yang bersangkutan mencapai level tertentu. Sayangnya desain antarmuka yang dihadirkan Heaven Knights terbilang kurang baik, dan kamu hanya bisa mengakses jurus pertama saat kamu mengendalikan semua kesatria sekaligus.

Hal ini membuat manajemen mikro tiap kesatria cukup sulit. Kamu harus memilih tiap kesatria secara individual untuk menggunakan tiga jurus lainnya yang mereka miliki. Awalnya saya cukup senang dengan keterbatasan ini karena saya merasa tertantang dan membuat Heaven Knights terasa seperti game strategi. Sayangnya kehadiran mode otomatis menghancurkan hal itu semua.

Yap, Heaven Knights memiliki fitur otomatis yang akan membuat segalanya jauh lebih mudah. Keempat kesatria akan langsung bergerak sendiri dan membantai semua monster yang bermunculan di peta hingga usai. Hebatnya lagi setiap kesatria akan menggunakan semua jurus yang mereka miliki, dan hal ini membuat manajemen mikro yang sulit tidak diperlukan sama sekali.

Heaven Knights | Screenshot 4

AI yang mengendalikan kesatriamu di mode otomatis terbilang cukup kompeten dan mampu mengaktifkan jurus-jurus yang tersedia di momen yang tepat. Sebagai contoh kesatria tipe Support hanya akan menggunakan jurus penyembuh saat ada kesatria lain yang terluka.

Moto Heaven Knights: Mengulang, Mengulang, dan Mengulang.

Heaven Knights memiliki banyak tembok virtual yang akan membuatmu frustrasi. Kamu diharuskan untuk mempersenjatai kesatria yang kamu gunakan dengan berbagai senjata dan baju tempur, meningkatkan level, “menempa” kesatria dan perlengkapannya dengan mengorbankan berbagai material, serta menaikkan pangkat mereka.

Jika kamu tidak melakukan semua itu, kemungkinan besar kamu akan mencapai satu level yang tidak bisa kamu selesaikan, tidak peduli sehebat apapun dirimu dalam bermain. “Tembok” tersebut hanya bisa kamu hancurkan setelah kamu memperkuat kesatriamu dengan cara-cara di atas yang sayangnya semuanya membutuhkan pengulangan level yang sudah kamu lewati.

Heaven Knights | Screenshot 5

Pengulangan ini terbilang cukup ekstrem bagi saya. Kebanyakan dari misi yang saya selesaikan hanya menghadiahkan satu buah perlengkapan saja, dan untuk menempa dibutuhkan perlengkapan dengan tingkat yang sama. Sebagai contoh senjata tipe pedang tingkat C bisa kamu perkuat dengan mengorbankan kategori yang sama persis.

Hal ini membuat proses menempa sangat mudah di awal karena perlengkapan yang kamu dapatkan cenderung memiliki tingkat C. Begitu kamu mulai menggunakan perlengkapan tingkat B dan selanjutnya kamu akan kesulitan untuk mencari perlengkapan untuk dikorbankan.

Masalah ini diperburuk lagi dengan biaya tempa yang cukup tinggi dan hadiah uang dari misi yang cenderung tidak seberapa, sehingga proses memperkuat perlengkapanmu menjadi sebuah ujian kesabaran.

Proses memperkuat kesatriamu terbilang lebih sulit lagi. Kesempatanmu untuk mendapatkan kesatria sangatlah jarang. Setelah bermain selama lebih dari 24 jam saya baru mampu mendapatkan total 10 kesatria, termasuk empat kesatria yang otomatis didapat sejak awal.

Heaven Knights | Screenshot 6

Jika kamu ingin bermain dengan serius saya sarankan untuk mencari teman sebanyak mungkin, karena “poin cinta” yang kamu dapatkan dari mengirimkan energi ke teman-temanmu bisa kamu gunakan untuk mendapatkan kesatria secara acak.

Tidak hanya itu, biaya untuk “menempa” kesatria berkali-kali lipat lebih mahal lagi dari biaya menempa perlengkapan. Sebagai perbandingan, saya harus menyelesaikan empat buah misi hanya untuk mendapatkan uang untuk satu kali “menempa” kesatria.

Hal ini diperparah dengan batas misi yang bisa kamu lakukan dikarenakan adanya sistem energi serta adanya kemungkinan gagal tempa. Jika menempa perlengkapan adalah ujian kesabaran, menempa kesatria adalah ujian dari neraka tingkat terdalam.

Potensi yang Kurang Tercapai

Heaven Knights | Screenshot 7

Masalah yang baru saya sebutkan di atas dapat dituntaskan dengan mudah jika kamu bersedia untuk merogoh kocek dalam-dalam. Kamu bisa menggunakan kristal, mata uang yang kamu dapatkan dengan uang asli (atau dari beberapa misi, namun dengan jumlah yang sangat kecil) untuk mendapatkan kesatria baru.

Kesatria yang kamu dapatkan dengan metode ini juga dijamin setidaknya akan memiliki tingkat B dan jika kamu benar-benar beruntung, ada kemungkinan dia memiliki tingkat SSS. Semakin tinggi tingkat kesatria yang kamu korbankan untuk menempa, semakin tinggi pula kemungkinan keberhasilan menempa.

Heaven Knights juga memiliki sistem VIP yang akan memberikan berbagai hadiah gratis yang menggiurkan sesuai dengan banyaknya uang yang kamu keluarkan untuk membeli kristal. Pastikan saja kamu bisa mengendalikan diri dan membatasi pengeluaranmu sebelum membeli.

Heaven Knights | Screenshot 8

Kesimpulan

Heaven Knights terasa seperti sebuah kue yang terlihat indah namun terasa pahit. Pertama kali melihatnya saya jatuh cinta dan tidak sabar untuk melahapnya, namun dalam waktu singkat saya langsung menyadari rasanya yang tidak sedap dan akhirnya tidak mampu saya habiskan.

Heaven Knights memiliki potensi yang sangat besar, dan pertama kali kamu mencobanya saya yakin kamu akan tertarik. Pengulangan yang terlalu parah sayangnya membuat ketertarikan saya langsung menghilang dengan instan. Game ini bahkan tidak memiliki tutorial sama sekali, dan penjelasan saya di atas mungkin sepenuhnya tidak akurat dikarenakan hal tersebut.

Diperparah dengan deskripsi bahasa Inggris yang sangat berantakan, saya yakin setidaknya selama 12 jam kamu akan kebingungan dan dibuat frustrasi saat berusaha memperkuat karaktermu. Di luar masalah-masalah ini Heaven Knights tetaplah sebuah game yang cukup bagus dan seru jika kamu bisa sabar selama bermain. Cobalah Heaven Knights terlebih dahulu dan tentukan apakah game ini cocok untukmu.

Game Info
Heaven Knights
LYTO MOBI -  Apr 04, 2016
Genre:  Action
Size:   148M
Installs:   100 - 500
Gratis
Download

The post Review Heaven KnightsGame Potensial yang Penuh Lubang appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Harvest Moon: Seeds of Memories – Sebuah Kenangan yang Kian Meredup

$
0
0

Artikel ini kami majukan kembali untuk memperingati dirilisnya Harvest Moon: Seeds of Memories di Android.


Setelah penantian panjang oleh banyak gamer di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, akhirnya Harvest Moon: Seeds of Memories rilis untuk perangkat iOS. Tentunya banyak gamer di Indonesia yang menantikan game ini karena teringat popularitas Harvest Moon: Back to Nature yang hadir di PlayStation.

Hadirnya seri terbaru Harvest Moon di smartphone ini menjadi angin segar bagi kamu yang ingin bernostalgia. Dapat dikatakan bahwa Harvest Moon: Seeds of Memories adalah game Harvest Moon pertama di perangkat mobile yang memiliki fitur gameplay yang lengkap, tidak seperti Harvest Moon: Frantic Farming yang dirilis tahun 2009 silam dan berupa game puzzle.

Plot yang Familier

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (1)

Sesuai dengan janjinya, Natsume benar-benar menghadirkan Harvest Moon: Seeds of Memories dengan gameplay yang akan mengingatkan kamu dengan seri Harvest Moon terdahulu. Kamu diminta untuk memilih karakter utama, laki-laki atau perempuan, mirip dengan Harvest Moon: Boy and Girl. Selanjutnya, kamu akan diminta untuk memasukkan nama serta tanggal kelahiran karaktermu sesuai keinginan.

Kisah Harvest Moon: Seeds of Memories hampir sama dengan Harvest Moon: Back to Nature, yakni tentang menyelamatkan perkebunan. Kurcaci kecil akan mengajak karakter utama untuk merawat kebun beserta isinya dengan tujuan mengembalikan ingatan warga akan adanya perkebunan. Alasan sederhana inilah yang membuat karakter utama setuju untuk tinggal dan merawat kebun.

Dari cerita awal ini, sudah tampak bahwa plot pada Harvest Moon: Seeds of Memories tidak sedalam Harvest Moon: Back to Nature yang mengandalkan kedekatan emosional karakter utama dengan sang kakek, serta keinginan untuk mencari tahu teman masa kecil yang sempat terlupakan. Tokoh utama kali ini tidak jelas asal-usul maupun motivasinya, bahkan serta-merta bersedia menerima tawaran kurcaci yang tidak dapat dilihat oleh orang awam.

Navigasi Layar Sentuh yang Mudah

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (2)

Natsume berhasil memanfaatkan fitur layar sentuh yang membuat game ini cocok dimainkan di smartphone. Kamu akan diajak bernostalgia menanam berbagai macam sayur mayur, buah-buahan, bunga, dan juga pohon yang nantinya dapat berbuah.

Tidak hanya membajak dan menyiram saja, gamer juga dapat menambahkan pupuk untuk meningkatkan kualitas tanaman. Pilihan pupuknya pun beragam, sehingga perlu jeli untuk memilih yang terbaik.

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (3)

Selain itu, tidak lupa juga pengalaman untuk merawat ayam, sapi, domba, dan kuda. Hal yang menarik yang dapat ditemukan oleh gamer nantinya adalah kuda yang dirawat dengan baik dapat ditunggangi dan dapat dibawa pergi ke luar perkebunan. Tentunya, hal ini akan semakin menghemat waktu.

Adapun, game ini menerapkan juga sistem waktu yang bergerak cepat di luar ruangan, namun waktu akan berhenti saat memasuki ruangan. Selebihnya, cara berkebun dan beternak hampir sama dengan Harvest Moon: Back to Nature.

Misi untuk Menjalin Hubungan

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (4)

Selain menjalankan perkebunan, akan ada misi untuk menjalin hubungan dengan warga desa, terutama untuk calon kekasih. Kedekatan dengan warga atau calon kekasih dapat dilihat dari not balok yang perlahan-lahan berubah warna dari gelap menjadi merah. Semakin banyak not balok yang terisi, semakin dekat karakter dengan warga.

Untuk meningkatkannya, kamu perlu untuk lebih sering bercakap-cakap dan mengetahui kesukaan tiap orang dengan mencoba memberikan barang-barang yang sebagian besar berhubungan dengan profesi atau hobi tiap orang. Namun, uniknya, setiap hari tokoh utama hanya dapat memberikan satu barang. Ada dua simbol yang muncul di atas kepala sebagai penanda rasa suka. Pertama, not balok kuning yang berarti menyukai. Kedua, lambang cinta yang berarti sangat menyukai.

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (5)

Akan ada karakter peramal bernama Tabitha yang dapat memberikan informasi acak tentang kesukaan tiap orang. Ia pun yang nantinya menjadi peramal cuaca menggantikan televisi yang biasanya menyampaikan ramalan cuaca.

Akan ada misi yang dapat dilihat dalam daftar Memories yang perlu untuk dituntaskan. Totalnya ada 150, mulai dari berkenalan dengan para warga hingga membantu memecahkan berbagai permasalahan. Selebihnya, ada beragam hal yang dapat dikerjakan, mulai dari bercocok tanam, memelihara ternak, memancing ikan, menambang logam, dan merawat anjing serta kucing.

Sedangkan untuk urusan menyimpan progres permainanmu, menyimpan data permainan (save) dapat dilakukan di mana saja, tidak terbatas di tempat tidur. Namun, sayang sekali karena game ini belum menyediakan layanan penyimpanan otomatis (auto-save) yang memudahkan gamer untuk menyimpan data, apalagi mengingat game ini dimainkan di smartphone yang bisa saja penuh notifikasi dan distraksi.

Grafis yang Kaku

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (6)

Sementara itu, grafis game yang ada bisa dibilang terasa sangat kaku. Tampilannya masih 2D lewat perspektif dari atas. Sangat disayangkan mengingat di era mutakhir dengan perkembangan smartphone sekarang ini seharusnya memungkinkan untuk membuat game dengan grafis 3D, namun tetap meninggalkan kesan lucu khas Harvest Moon.

Grafis yang kaku ini seolah membuyarkan ekspektasi akan game Harvest Moon yang menggemaskan dengan grafis yang mengingatkan gamer akan anime atau manga Jepang..

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (7)

Peta wilayah pun tergambar kurang proporsional saat berada di dalam dan di luar ruangan. Selain itu, akan terasa bahwa beberapa rumah penduduk memiliki desain interior yang sama, terlihat dari penempatan barang-barangnya.

Secara keseluruhan, total wilayah di game ini termasuk sempit karena hanya mengandalkan tiga latar, yaitu perkebunan, pemukiman, dan gunung. Namun, wilayah yang sempit itu memang membuat akses ke mana saja jadi lebih mudah dan menghemat waktu.

Untuk urusan audio, musik latar dibuat dengan aransemen sederhana, namun cukup mampu membangun atmosfer cerita. Akan tetapi, saat pengulangan lagu terdengar perpindahan yang kasar sehingga kurang mengenakkan telinga.

Kesimpulan: Coba Pikirkan Kembali untuk Membeli

Harvest Moon: Seeds of Memories | Screenshot (8)

Saat ini, Natsume memang baru merilis Harvest Moon: Seed of Memories untuk perangkat iOS. Namun, mereka berjanji akan merilis untuk perangkat Android beberapa bulan ke depan (Update: Versi Android telah tersedia dan bisa kamu unduh sekarang juga). Sementara itu, untuk PC dan Wii U dikabarkan akan rilis di akhir tahun.

Harvest Moon: Seeds of Memories di perangkat iOS dapat diunduh dengan harga Rp149.000 dan ukuran data sebesar 148 MB. Harganya cukup mahal dan belum sebanding dengan kualitas yang didapat.

Secara keseluruhan, Harvest Moon: Seeds of Memories belum menjawab harapan saya untuk sebuah Harvest Moon berkualitas di perangkat smartphone. Masih banyak hal yang sebenarnya dapat dimaksimalkan, mulai dari inovasi grafis, plot, hingga gameplay. Game legendaris memang dapat dibuat ulang, namun perlu adanya inovasi agar penikmatnya tidak merasa bosan karena monoton.

Game Info
HARVEST MOON: Seeds Of Memories
Natsume Inc. -  Jan 13, 2016
Genre:  Games, Simulation, Entertainment, Role-Playing
Size:  140.85 MB
Installs:  N/A
Rp. 149.000
Download

The post Review Harvest Moon: Seeds of Memories – Sebuah Kenangan yang Kian Meredup appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Kerohiro the Flag Bearer – RPG Kasual tentang para Katak Penyelamat Negeri

$
0
0

Mengembangkan game seorang diri mungkin terdengar sulit, namun bukanlah hal yang sama sekali mustahil. Setidaknya itulah yang dilakukan oleh seorang developer indie bernama Lek Chan. Berdasarkan situs pribadinya, Lek Chan mengaku memiliki profesi yang tidak relevan dengan pengembangan game, namun hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk merilis beberapa game mobile.

Setelah pada tahun 2015 saya cukup terhibur dengan karyanya Sudden Bonus yang menghadirkan permainan kasual, minggu lalu Lek Chan kembali merilis game berjudul Kerohiro the Flag Bearer yang sama-sama menghadirkan grafis piksel. Apakah Kerohiro the Flag Bearer bisa memberikan pengalaman yang sama menyenangkannya dengan Sudden Bonus? Simak terus ulasan saya di bawah ini.

Ketika Katak Menjadi Pahlawan

Kerohiro the Flag Bearer Story | Screenshot

Bila aksi seekor katak dalam sebuah video game biasa ditampilkan sebagai hewan yang jago melompat, maka Kerohiro the Flag Bearer menghadirkan peran yang sama sekali berbeda. Kerohiro sebagai protagonis dalam adalah seekor katak sekaligus kesatria di Kerajaan Anura.

Dikisahkan Kerajaan Anura didera berbagai gejolak yang datang silih berganti. Tidak hanya beragam monster menyerbu pedesaan, bahkan pemerintahan monarki yang berkuasa di Kerajaan Anura juga goyah karena berbagai konflik. Bencana yang terjadi terus-menerus membuat rakyat Kerajaan Anura kesusahan.

Kerohiro sebagai kesatria terpanggil untuk membantu rakyat yang kesulitan. Sendirian, ia berkeliling ke beragam penjuru kerajaan untuk membasmi monster maupun pihak-pihak jahat. Seiring perjalanannya, ia pun bertemu dengan para pendekar lain yang bersedia membantu di bawah bendera Kerohiro.

Petualangan lewat Teks

Kerohiro the Flag Bearer Conversation | Screenshot

Gameplay dalam Kerohiro merupakan perpaduan dari unsur role playing dan arcade. Walaupun memiliki unsur RPG yang kental, jangan bayangkan Kerohiro the Flag Bearer memiliki gameplay kompleks seperti Zenonia 5 atau bahkan Final Fantasy IX.

Kisah dalam Kerohiro the Flag Bearer disampaikan lewat teks percakapan antara para tokoh di dalamnya. Proses interaksi dengan game hingga pemilihan lokasi untuk dikunjungi pun semuanya disampaikan lewat gambar statis layaknya visual novel.

Meskipun cara penyampaiannya cukup sederhana, bukan berarti kisah Kerohiro dan kawan-kawan tidak menarik untuk diikuti. Setiap tokoh memiliki kepribadian khas dengan gaya bicara yang komikal. Hanya saja, jangan berharap mendapatkan narasi yang mendalam, karena kisah Kerohiro the Flag Bearer cukup klise untuk sebuah RPG.

Baris-Berbaris Membabat Musuh

Kerohiro the Flag Bearer Level | Screenshot

Unsur arcade dalam Kerohiro the Flag Bearer disampaikan melalui mekanisme mirip game Snake yang pernah populer di handphone zaman dulu. Kamu akan mengendalikan Kerohiro dan kawan-kawan yang berbaris rapi di setiap level, mirip seekor ular.

Gameplay ini mirip dengan yang ada pada Nimble Quest. Game karya NimbleBit yang dirilis tahun 2013 silam tersebut menghadirkan para jagoan yang berjalan beriringan dalam satu barisan rapi seperti seekor ular. Namun bedanya, bila dalam Nimble Quest pertempuran dapat berjalan dengan sangat heboh, aksi Kerohiro dan kawan-kawan berjalan dengan tempo yang lebih lambat.

Setiap karakter memiliki ketahanan maupun kekuatan serang yang berbeda. Tipe serangan yang dilancarkan serta kekuatan spesial milik setiap karakter juga tidak ada yang sama, sehingga kamu perlu menyesuaikan strategi dengan menyusun urutan baris para jagoan sesuai dengan preferensi dan taktik yang ingin diterapkan.

Apabila barisan yang kamu kendalikan berjalan mendekati sekelompok musuh, maka mereka akan menyerbu secara otomatis saat lawan telah masuk ke dalam jangkauan serang. Melumpuhkan musuh akan mengisi meteran kemampuan spesial yang sangat berguna bila terisi penuh.

Kontrol Simpel namun Kurang Responsif

Kerohiro the Flag Bearer World Map | Screenshot

Interaksi maupun pengendalian dalam Kerohiro the Flag Bearer didesain dengan sangat simpel. Kamu hanya perlu melakukan tap di tampilan menu peta untuk memutuskan hendak pergi ke mana, atau mengakses beragam menu di dalamnya.

Pengendalian Kerohiro dan kawan-kawan saat berbaris pun hanya membutuhkan sapuan jari di layar perangkat. Kamu cukup melakukan swipe ke arah yang diinginkan untuk mengarahkan barisan pasukan. Hanya saja, tampaknya developer perlu melakukan sedikit perbaikan karena sering kali kontrol terasa kurang responsif.

Wajib Grinding

Kerohiro the Flag Bearer Characters | Screenshot

Layaknya game freemium kebanyakan, pemain Kerohiro the Flag Bearer juga perlu melakukan grinding supaya dapat melanjutkan progres cerita. Grinding yang dimaksud adalah mengumpulkan sebanyak mungkin koin sehingga dapat meningkatkan kemampuan para jagoan.

Kekuatan maupun jumlah musuh yang terus meningkat seiring progres game membuatmu tidak akan mampu menyelesaikan tantangan tanpa dibekali kekuatan yang memadai. Selihai apapun kamu bernavigasi, bila Kerohiro dan kawan-kawan tidak dapat menghabisi musuh dengan cukup cepat atau bertahan menerima serangan musuh, maka kamu harus mengulangnya kembali hingga berhasil.

Semua item yang kamu kumpulkan di setiap sesi permainan tidak akan hilang saat gagal menyelesaikan level. Baik uang maupun relik yang kamu kumpulkan akan tersimpan di inventori untuk digunakan. Dengan demikian, kamu hanya perlu mengulang suatu level terus-menerus hingga terkumpul cukup uang untuk melakukan upgrade kemampuan karakter.

Presentasi Khas Console 16-Bit

Kerohiro the Flag Bearer Collage | Screenshot

Dengan mengandalkan visual bergaya piksel, Lek Chan mampu mengemas Kerohiro the Flag Bearer dengan pesona yang unik. Tampilan karakter maupun lingkungan di setiap level disajikan dengan menarik, serta dilengkapi animasi yang memadai untuk menggambarkan pergerakan maupun pertempuran sengit.

Visual apik tersebut dilengkapi dengan audio chiptune yang semakin menambah kesan klasik. Kamu dapat menikmati musik latar maupun efek suara seperti yang terdapat dalam game di console 16-bit. Sayangnya, lama-kelamaan musik latar tersebut akan terdengar repetitif.

Kesimpulan: Selingan yang Menyenangkan

Kerohiro the Flag Bearer Bar and IAP | Screenshot

Kerohiro the Flag Bearer bukanlah game yang orisinal maupun sempurna. Masih terdapat aspek yang perlu dibenahi atau poin-poin yang dapat ditingkatkan lagi. Namun, mengingat ini adalah game yang dikerjakan oleh seorang developer indie, saya pikir usaha yang telah diberikan Lek Chan tergolong sangat bagus.

Gameplay kasual dengan skema monetisasi yang tidak memaksa membuat saya betah memainkan Kerohiro the Flag Bearer. Iklan yang ditampilkan di akhir level terkadang bisa sangat mengganggu, namun kamu dapat menghilangkannya dengan mengeset perangkat kamu ke mode airplane.

Bila kamu ingin mendukung Lek Chan agar dapat menghasilkan karya-karya yang lebih baik di masa depan, kamu dapat membeli penawaran IAP dengan harga sangat terjangkau. IAP termahal yang disediakan hanya berkisar Rp40.000 untuk menghilangkan tampilan iklan dan menambah kapasitas energi. Bila energi habis pun, kamu hanya perlu menunggu sekitar sepuluh menit agar terisi penuh kembali. Sama sekali tidak merepotkan.

Dengan semua kualitas yang ada, saya pikir Kerohiro the Flag Bearer sangat cocok menjadi hiburan ringan di sela-sela rutinitas harian. Baik gamer kasual maupun hardcore akan menemukan tantangan, dan tentunya kisah petualangan Kerohiro yang ringan namun menghibur.

Game Info
Kerohiro the Flag Bearer
Lek Chan -  Apr 19, 2016
Genre:  Action
Size:   42M
Installs:   1 - 5
Gratis
Download

The post Review Kerohiro the Flag Bearer – RPG Kasual tentang para Katak Penyelamat Negeri appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Redcon – Pertempuran Artileri yang Epik

$
0
0

Game Real Time Strategy ala militer buatan developer asal Republik Chechnya ini sukses membuat saya merasakan tiga hal sekaligus selama bermain; seru, kesal, geregetan. Hexage, yang sebelumnya dikenal sukses menghadirkan judul game Reaper: Tale of a Pale Swordsman kini kembali menghadirkan judul game terbaru mereka melalui platform Android dan iOS, Redcon.

Berbicara soal judul dan hubungannya dengan game, Redcon sendiri ternyata merupakan kependekan dari readiness condition atau Red-Con, sebuah istilah yang lazim digunakan dalam dunia militer. Fungsinya sendiri adalah sebagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mengatur pergerakan suatu unit militer saat melakukan operasi. Tentu hal tersebut terasa masuk akal bagi saya mengingat di game ini kamu memang membutuhkan persiapan dan strategi yang baik sebelum terjun ke medan pertempuran.

Lalu pertanyaannya, apakah Hexage dapat menyajikan pengalaman pertempuran artileri yang epik melalui game terbaru mereka kali ini? Simak terus ulasan saya di bawah.


Mengakhiri Perang Selamanya

Redcon | Screenshot 1

Game Redcon sendiri berlatar di dunia fiktif yang menceritakan tentang perlawanan negara terhadap seorang jendral yang telah berkhianat. Siapa sangka, hal tersebut mengakibatkan tercetusnya perang dunia tanpa henti pada masa itu.

Kamu sebagai panglima perang terbaik, mendapatkan perintah dari seorang Imperator untuk mengalahkan jendral beserta pasukannya tersebut dan menghentikan perang selama-lamanya. Dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, kamu diharapkan dapat menggunakannya dengan maksimal selama permainan berlangsung. Dengan begitu, akhir dari pertempuran besar ini sangat bergantung padamu, panglima.


Gameplay yang Tergolong KompleksRedcon | Screenshot 3

Gameplay dalam Redcon sendiri tergolong kompleks dan dapat saya katakan susah-susah gampang untuk dimainkan. Kompleks karena hadirnya fitur upgrade dan kebebasan pemain mengkombinasikan strategi dan taktik. Susah-susah gampang karena sistem pertempuran di Redcon memerlukan pemahaman.

Artileri menyerang otomatis menggunakan sesuatu yang mirip dengan fitur ATB atau attack time battle (seperti pada JRPG). Tapi, di saat yang sama kita juga perlu mengatur kru dan sumber daya seefektif mungkin sambil menyusun strategi yang tepat untuk memenangkan permainan.

Maka dari itu, jangan harap kamu dapat menguasai mekanisme permainan dalam waktu singkat. Saya pribadi masih sering mengalami kekalahan dan kesulitan selama bermain karena hal tersebut.

Redcon | Screenshot 7

Meskipun Redcon tidak memiliki opsi tingkat kesulitan, jangan kira musuh-musuh yang hadir mudah kamu kalahkan. Strategi permainan mereka sewaktu-waktu dapat membuat kamu kalah dengan cepat. Seiring progres game berjalan, musuh juga hadir dengen persenjataan yang semakin banyak dan kuat. Saya saja dapat menghabiskan lebih dari dua jam untuk menyelesaikan satu level.

Jadi kunci untuk meraih kemenangan di dalam game ini adalah menyiapkan strategi ampuh, melakukan upgrade, waktu serangan yang tepat, dan pengetahuan dari fungsi tiap-tiap sumber daya yang tersedia. Tidak heran jika Hexage sampai membuat panduan bermain Redcon melalui blog mereka.


Mode Pause yang Sangat Membantu

Redcon | Screenshot 2

Selama permainan kamu dapat mengontrol dua hal; Kru militer dan artileri. Kru militer dapat memberikan efek berbeda bagi tiap sumber daya. Di saat yang sama kamu juga dapat mengatur artileri milikmu. Tiap artileri memiliki kemampuan berbeda-beda. Ada yang dapat menembakkan peluru flashbang dan ada juga yang dapat menembakkan sembilan peluru sekaligus. Namun, mengatur semua itu secara bersamaan pasti akan membuat kamu pusing.

Untungnya mode pause dalam game ini dapat meringankan beban tersebut. Saya cukup menekan touchscreen tepat di tengah-tengah layar dan pertempuran pun terhenti.

Namun hebatnya, selagi dalam mode pause saya masih dapat mengutak-atik artileri dan kru militer untuk merancang dan mengombinasikan strategi dan taktik bertempur selanjutnya. Dengan mode pause saya dapat meningkatkan potensi menang melawan musuh atau sekedar istirahat sebentar untuk meregangkan otot leher yang pegal.

Tapi ada satu hal yang mengganggu saya. Ukuran kru militer dalam Redcon nampak kecil. Mengontrol mereka melalui smartphone berukuran empat inci bukan sesuatu yang membuat saya nyaman. Bahkan dalam mode pause sekalipun. Jika kamu memainkannya melalui tablet atau smartphone berukuran layar besar, tentunya dapat memberikan kenyamanan bermain yang maksimal.


Microtransantion – Rp83.999 untuk Akses Penuh Konten Game

Redcon | Screenshot 5

Dalam game Redcon, kamu diberikan tiga opsi penawaran iAP yang dapat dipertimbangkan. Opsi tertinggi dibanderol seharga Rp83.999, di mana kamu akan mendapatkan credits (mata uang game ini) sebesar 2.000, peningkatan dan penambahan variasi artileri, serta sumber daya tambahan lainnya. Selain itu kamu juga akan mendapatkan akses penuh untuk game Redcon. Cukup menggiurkan.

Pertanyaannya sekarang, apakah harga yang ditawarkan masuk akal? Jawabannya pasti tergantung pada kantong gamer masing-masing. Untuk memutuskan apakah ingin membelinya atau tidak, coba pertimbangkan hal berikut ini; Apakah kamu mengenali tipe gamer dalam diri sendiri? Apakah game ini memberikan impresi pertama dan keseluruhan dengan baik? Lalu, apakah kantong kamu mendukung? Mungkin terdengar rumit, tetapi dengan memahami pertanyaan itu justru saya jarang sekali terjebak dalam rasa penyesalan di kemudian hari. Namun keputusan tetap berada di tangan kamu.


Tidak Ada Iklan yang Mengganggu.

Jika tidak ada iklan muncul ketika tengah asik bermain adalah sebuah kenyamanan tersendiri. Apalagi jika kita tidak perlu sampai mengeluarkan uang sepeser pun untuk menghilangkannya. Kabar baiknya, kamu tidak akan menemukan hal yang mengganggu tersebut di game ini. Redcon tidak memiliki iklan, dan saya pikir hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri.

Ada kabar baik lainnya? Tentu. Redcon tidak membutuhkan koneksi internet supaya kamu dapat bermain. Saat berada dalam pesawat terbang ataupun berada di wilayah yang mungkin kurang terjaungkaunya koneksi internet, kamu masih dapat menikmati Redcon.

Terakhir, memainkan Redcon pada smartphone berprosesor dual core dan RAM 1 GB ternyata tidak menjadi hambatan. Game ini nampak mulus berjalan di smartphone milik saya. Tidak ada kesulitan sama sekali. Para gamer yang masih memiliki spesifikasi smartphone rendah seperti saya tentu akan merasa senang.  Nilai tambah untuk Redcon.


Iringan Visual 2D dan Audio yang Pas

Redcon | Screenshot 8

Untuk urusan audio dan grafis, tidak banyak yang dapat saya beri komentar. Kenapa demikian? Saya merasa kualitas dan tata pengaturan kedua hal tersebut sudah pas. Musik latar belakang, warna dan grafis pada game ini tampak sesuai dengan temanya. Begitu kelam, dan menegangkan.

Namun sayangnya, komunikasi antar karakter di setiap akhir sesi pertempuran tidak memiliki pengisi suaranya. Tetapi hal ini bukan termasuk kekurangan berarti dari Redcon, hanya saja saya merasa seperti ada yang ‘hilang’ ketika percakapan antar karakter muncul di layar.


Kesimpulan: Tidak Boleh Terlewatkan.

Redcon tentu saja memiliki sedikit kekurangan. Namun bukan berarti hal tersebut membuat game ini memiliki kualitas yang buruk. Redcon memiliki kualitas permainan yang bagus menurut saya. Apabila kamu menyukai game yang mengandalkan strategi dan taktik untuk menguasai jalannya permainan, maka kamu harus mencoba Redcon.

Dengan sistem permainan yang bersifat seimbang, gamer kasual maupun hardcore pasti akan menemukan tantangan di setiap pertempuran yang ada. Redcon selalu menantang kamu untuk menunjukkan kualitas strategi dan taktik permainan terbaik milikmu. Hal tersebut yang membuat game ini nampak seru dan tidak boleh sampai kamu lewatkan begitu saja.

Game Info
REDCON
HEXAGE -  Apr 19, 2016
Genre:  Strategy
Size:   26M
Installs:   10 - 50
Gratis
Download

The post Review Redcon – Pertempuran Artileri yang Epik appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Samsung Gear VR — Headset Alternatif untuk Menyelami Virtual Reality

$
0
0

Semenjak Palmer Luckey, Founder Oculus, mulai mengembangkan Oculus Rift pada tahun 2010 silam, para penikmat teknologi semakin penasaran dengan fenomena Virtual Reality (VR). Bagi yang mungkin masih asing, VR adalah sebuah teknologi yang membuat penggunanya berinteraksi dengan lingkungan virtual hasil simulasi komputer. Lingkungan ini bisa saja tiruan dari dunia nyata atau hasil kreativitas para pengembangnya.

Salah satu produsen smartphone terkemuka di dunia, Samsung, bekerja sama dengan Oculus dalam mengembangkan headset VR yang mereka namakan Samsung Gear VR. Dibanderol dengan harga Rp1,5 juta, mampukah Samsung Gear VR menawarkan pengalaman virtual yang menyenangkan?

Desain sederhana yang solid

Sebelum mengintip apa yang bisa dilakukan oleh Samsung Gear VR, saya ingin mengulas terlebih dahulu bentuk fisik dari teknologi perangkat wearable ini. Gear VR terlihat elegan sekaligus kasual dengan gabungan warna hitam dan putih. Desainnya pun terkesan sederhana namun masih terasa solid.

Untuk aksesibilitas, Samsung dan Oculus telah menyematkan beberapa tombol untuk melakukan navigasi di dalam Gear VR. Tombol ini mungkin akan membuatmu sedikit kebingungan akan posisi dan bagaimana cara menggunakannya. Akan tetapi jangan khawatir, kamu akan mahir mengoperasikannya setelah beberapa waktu.

Di samping kanan, kamu akan melihat tombol navigasi yang berwujud touch pad, tombol back berwarna putih yang sedikit sulit terlihat, serta tombol untuk mengatur volume suara. Di bagian atas juga terdapat touch pad yang difungsikan layaknya tombol scroll, untuk mengatur jarak antara smartphone dengan mata. Tujuannya supaya kamu dapat melihat tampilan layar dengan jelas, terlepas matamu minus atau plus.

Review Samsung Gear VR | Photo 1

Review Samsung Gear VR | Photo 3

Gear VR juga dilengkapi dengan strap karet yang kuat dan mampu menyesuaikan dengan bentuk kepala. Strap ini juga dapat dilepas dengan mudah. Selain itu, di sisi bagian dalam perangkat ini terdapat bantalan empuk yang seharusnya membuat wajahmu selalu nyaman ketika menggunakannya. Sayangnya jahitan dari bantalan ini tidak seratus persen rapi dan lembut, sehingga terkadang membuat dahi saya sedikit gatal.

Ketika penutup depan Gear VR dibuka, kamu akan mendapati konektor Micro USB untuk meletakkan dan mengunci smartphone. Ini membuat smartphone aman dari segala guncangan atau gerakan yang ditimbulkan dari kepalamu karena terlalu bersemangat. Namun, tidak semua smartphone bisa digunakan dengan headset VR ini.

Review Samsung Gear VR | Photo 2

Lebih tepatnya, kamu hanya bisa merasakan pengalaman VR dengan Samsung Galaxy Note 5, Galaxy S6, Galaxy S6 Edge, Galaxy S6 Edge+, Galaxy S7, dan Galaxy S7 Edge. Ketika smartphone telah dipasang pada Gear VR, kamu akan dibawa ke tampilan aplikasi Oculus Home.

Penampilan menarik dari Oculus Home

Aplikasi Oculus Home berfungsi sebagai antarmuka untuk menikmati berbagai konten realitas maya dengan Gear VR. Tampilan Oculus Home cukup menarik.

Samsung dan Oculus mendesain antarmukanya sedemikian rupa layaknya suasana di dalam rumah mewah minimalis. Di bagian Home, kamu bisa menemukan Store untuk membeli lalu mengunduh aplikasi serta game. Terdapat juga Library yang menampung hasil unduhan tersebut.

Review Samsung Gear VR | Screenshot 1

Navigasinya juga mudah. Untuk memilih, kamu hanya perlu “melihat” menu, aplikasi, atau game yang ingin kamu jalankan, kemudian mengetuk tombol tengah pada navigasi touch pad. Jika kamu ingin kembali ke menu sebelumnya, cukup tekan tombol back yang berada di sebelah atas navigasi touch pad.

Sayangnya, saya merasa cukup kesulitan dalam memilih aplikasi dan game yang ingin saya coba. Alasannya karena Oculus Home tidak membedakan aplikasi dan game gratis dengan yang berbayar. Selain itu, aplikasi ini juga tidak memberikan opsi untuk mengurutkan aplikasi berdasarkan jumlah unduhan atau nilai ulasan.

Puluhan aplikasi dan game yang kebanyakan berbayar

Review Samsung Gear VR | Screenshot 2

Lalu, bagaimana dengan aplikasi dan game yang tersedia di Store? Oculus dan Samsung sudah menyediakan beragam konten yang bisa kamu coba. Meskipun kebanyakan adalah aplikasi dan game berbayar, namun terdapat beberapa konten menarik yang bisa kamu mainkan secara cuma-cuma.

Salah satu game gratis yang sempat saya coba adalah Temple Run VR. Seperti yang bisa kamu lihat dari namanya, game ini adalah Temple Run yang dimodifikasi sehingga cocok dimainkan menggunakan headset VR.

Review Samsung Gear VR | Screenshot 3

Meskipun tidak memiliki banyak fitur seperti power up, abilities, dan pilihan karakter lainnya, namun kamu dapat merasakan pengalaman unik bermain Temple Run secara 360 derajat. Namun, kamu yang mudah mengalami motion sickness harus berhati-hati karena game ini dapat menyebabkan pusing dan mual.

Selain itu, saya juga mencoba sebuah game memancing berjudul Bait!. Berbeda dengan Temple Run VR, game ini lebih menawarkan suasana kasual dan cocok untuk menemanimu bersantai. Apalagi ditambah dengan gaya grafis menggemaskan dan audio yang menenangkan, kamu bisa larut berlama-lama dalam permainan ini.

Review Samsung Gear VR | Screenshot 5

Namun supaya dapat menikmati beberapa game yang ditawarkan oleh Store secara maksimal, kamu memerlukan sebuah gamepad sebagai pendamping bermain. Selain memudahkanmu mengontrol pergerakan dalam permainan, beberapa game yang tersedia juga mengharuskanmu menggunakan gamepad untuk memainkannya.

Kebanyakan aplikasi yang ditawarkan dari Store adalah kurang lebih untuk membantumu memilih dan menonton video, atau melihat-lihat pemandangan secara 360 derajat. Oh iya, ketika artikel ini ditulis, saya tidak menemukan aplikasi YouTube di Store. Sebagai alternatif, kamu bisa menggunakan aplikasi Oculus Video atau Vrideo.

Review Samsung Gear VR | Screenshot 4

Apabila kamu masih bersikeras ingin menonton video dari YouTube, kamu dapat menggunakan browser Samsung Internet, dan mengunjungi situsnya dari situ.

Penggunaan browser dalam VR cukup tricky, karena kamu tidak memiliki keleluasaan melakukan pencarian seperti yang biasa dilakukan pada smartphone pada umumnya. Kamu hanya diberikan dua opsi, yaitu menggunakan speech recognition atau keyboard virtual.

Apabila Samsung Gear VR masih di luar bujet, kamu mungkin bisa menyimak ulasan Google Cardboard untuk alternatif yang lebih ekonomis.

Menjelajah dunia Virtual di mana saja

Samsung Gear VR adalah sebuah perangkat hiburan alternatif untuk melepaskan penat dan sejenak “kabur” dari kesibukan sehari-hari. Aplikasi dan game menarik yang ditawarkan oleh Gear VR mampu membuatmu merasakan pengalaman menyelami dunia virtual dengan baik.

Bodi Gear VR yang solid, strap yang fleksibel dan kuat, serta bantalan empuk untuk daerah kening dan mata akan memberikanmu kepuasan tersendiri ketika menggunakannya. Sayangnya, saya merasa navigasi touch pad yang disediakan oleh perangkat ini kurang intuitif. Beberapa kali Gear VR memberikan feedback navigasi yang tidak saya inginkan.

Review Samsung Gear VR | Photo 6

Jika dibandingkan dengan Oculus Rift, jelas Gear VR masih harus menjadi “anak bawang” dengan terbatasnya konten, fitur, dan spesifikasi yang dimiliki. Namun satu hal yang membuat Gear VR unggul adalah mobilitas (ya, kamu bisa memasukkan Gear VR ini ke dalam tas dan menyelami dunia virtual di mana saja) dan harga.

Selain Gear VR, alternatif lainnya adalah produk buatan salah satu startup asal Bandung, Octagon Studio, yaitu Octagon VR Luna. Selain tidak mengharuskan pemakainya menggunakan smartphone Samsung terbaru (rentang 4 – 6 inci), harganya pun jauh lebih terjangkau, yaitu Rp175.000.

Dengan harga Rp1,5 juta, Gear VR dapat menjadi pilihan “murah” sebagai perangkat hiburan individu atau keluarga. Namun, perlu diingat bahwa kamu harus memiliki smartphone Samsung terbaru (minimal Galaxy Note 5 atau S6) untuk bisa mengoperasikan Gear VR. Jika kamu tidak memiliki smartphone yang dimaksud, well , tetap saja kamu perlu mengeluarkan biaya banyak untuk menikmati dunia virtual.

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Samsung Gear VR — Headset Alternatif untuk Menyelami Virtual Reality appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Spellbinders – Mirip Clash Royale, namun Kurang Cemerlang

$
0
0

Kiloo Games yang telah dikenal terlebih dahulu sebagai kreator Subway Surfers minggu lalu kembali merilis karya terbarunya. Game berjudul Spellbinders tersebut mengusung genre MOBA yang disederhanakan, mirip seperti Clash Royale.

Banyak ide segar yang ditawarkan oleh Kiloo Games untuk memberikan warna tersendiri di Spellbinders. Sayangnya, dari sekian konsep gameplay orisinal yang diimplementasikan dalam game, semua hal tersebut menghasilkan pengalaman yang kurang memikat seperti yang diberikan oleh Supercell. Mengapa? Mari simak uraian saya lebih jauh di bawah.

Spellbinders | Artwork

Mirip Clash Royale

Bila kamu pernah memainkan Clash Royale sebelumnya, mungkin kamu segera dapat mengidentifikasi beragam hal serupa yang juga terdapat dalam Spellbinders. Hal ini bukan kebetulan semata, karena Kiloo Games sendiri mengakuinya saat diwawancara oleh Touch Arcade di ajang GDC 2016.

Spellbinders menghadapkan dua pemain untuk saling menyerang hingga salah satu markas hancur. Mekanisme PvP antara dua pemain ini dilakukan secara online, sehingga membuat pengalaman bertempur di setiap sesi permainan yang berjalan sekitar empat menit akan selalu berbeda.

Terdapat bermacam tipe unit pasukan yang dapat kamu terjunkan ke arena pertempuran. Setiap unit memiliki karakteristik masing-masing, sehingga pemilihan tipe unit maupun timing penempatan di arena sangat berpengaruh terhadap hasil pertempuran secara keseluruhan.

Selain memiliki bermacam-macam unit, Spellbinders juga menghadirkan aneka ragam spell. Setiap jenis spell memiliki efek berbeda, seperti memperlambat pergerakan unit, membekukan unit lawan, hingga memindahkan unit di suatu jalur.

Spellbinders | Featured

Sarat ide segar

Walaupun Kiloo Games menghadirkan beberapa konsep yang serupa dengan Supercell, bukan berarti kalau mereka meniru Clash Royale mentah-mentah. Terdapat beragam mekanisme unik yang membuat Spellbinders tetap terasa segar.

Alih-alih menempatkan tower dalam arena seperti game MOBA kebanyakan, Kiloo Games memilih untuk meletakkan tiga meriam di tengah-tengah jalur pertempuran. Bila unit pasukanmu telah berjalan untuk mencapai meriam, maka mereka secara otomatis akan menbuat meriam tersebut berpihak kepadamu.

Meriam yang telah terkuasai akan memberikan damage secara konsisten kepada markas musuh. Bila kamu berhasil menguasai ketiga meriam yang ada, maka markas musuh akan mendapatkan damage yang signifikan.

Selain menciptakan mekanisme meriam, pertempuran dalam Spellbinders juga terlihat lebih straightforward berkat sistem tiga jalur yang ada di arena. Semua unit yang kamu terjunkan akan berjalan dan bertempur di tiga jalur tersebut, tanpa mampu bergerak keluar jalur dengan sendirinya.

Spellbinders Arena | Screenshot

Mudah dipahami

Pertempuran dalam Spellbinders disampaikan dengan beragam simbol visual serta mekanisme gameplay yang mudah dimengerti. Menurut saya, ini adalah nilai plus yang dihadirkan oleh Kiloo Games dibandingkan developer game MOBA kebanyakan.

Kamu dapat dengan mudah mengetahui unit mana yang akan menang dalam suatu duel hanya dengan melihat jumlah HP berbentuk sejumlah titik yang dimiliki setiap unit. Semua unit dalam Spellbinders memiliki kecepatan serang yang sama, sehingga unit dengan jumlah titik HP lebih banyak akan memenangkan duel.

Pun demikian, jumlah HP yang lebih banyak bukanlah menjadi jaminan bahwa unit jagoanmu dapat selamat ketika berduel. Kehadiran spell dengan beragam efek maupun kemampuan unik yang dimiliki beberapa unit berpotensi untuk mengubah hasil dari setiap duel di arena. Mekanisme ini memberikan unsur ketidakpastian yang mengharuskanmu untuk mengatur strategi dengan cermat dan tanggap.

Spellbinders | Screenshot 2

Kurang personal

Salah satu kelebihan Clash Royale yang membuatnya terasa personal adalah kemampuan untuk menyusun sendiri deck unit sesuai dengan gaya permainan masing-masing orang. Hal tersebut tidak (atau belum) terdapat dalam Spellbinders.

Dalam setiap pertempuran, kamu akan membawa seluruh tipe unit yang ada. Jumlah unit yang sedemikan banyak ini membuat pengaturan strategi dalam Spellbinders terasa kurang personal, karena kamu mau tidak mau harus menggunakan tipe unit yang disediakan secara acak oleh game tanpa dapat menyesuaikannya dengan preferensi pribadi.

Kekurangan lain dari sistem ini adalah rotasi unit yang sangat lama. Hal ini terjadi karena game akan memilihkan masing-masing dua dari belasan tipe unit maupun spell secara acak. Mau tidak mau, kamu hanya bisa pasrah menerima unit atau spell apa yang muncul sambil berharap bahwa mereka cocok untuk mengonter serangan lawan.

Spellbinders Error | Screenshot

Server bermasalah

Kendala lain yang saya alami saat bermain adalah keandalan server yang digunakan oleh Kiloo Games untuk menampung para pemain Spellbinders di seluruh dunia. Sering kali game mengalami putus koneksi dengan server saat hendak mengakses sebuah menu, atau bahkan di tengah sesi pertempuran.

Sebagai sebuah game yang mengandalkan fitur PvP online, permasalahan ini tentunya merepotkan pemain karena membuat game tidak dapat berjalan dengan semestinya. Berulang kali pertempuran yang sedang berlangsung seru harus terhenti karena hilangnya sambungan ke server.

Spellbinders Characters | Screenshot

Minim karakter

Setiap Titan yang kamu kendalikan memiliki karakteristik khasnya masing-masing. Keunikan tersebut tidak terbatas pada tampilan saja, namun juga jenis spell serta unit pasukan yang dapat diterjunkan ke arena.

Sayangnya Kiloo Games sejauh ini baru menyediakan tiga Titan berbeda untuk dikendalikan. Terlebih lagi, untuk membuka dua Titan lainnya, dibutuhkan aktivitas grinding yang bisa mencapai berhari-hari.

Kiloo Games berencana untuk menambah jumlah Titan yang berlaga dalam Spellbinders lewat update di masa mendatang. Namun, tidak disebutkan pasti kapan mereka akan menghadirkannya untuk diunduh para pemain. Spellbinders Upgrade | Screenshot

Kental nuansa pay-to-win

Kiloo Games mengusung skema freemium untuk melakukan monetisasi di Spellbinders. Kamu bisa mengunduhnya secara gratis, serta membeli beragam penawaran IAP di dalam game untuk memperoleh progres yang jauh lebih cepat.

Sayangnya, sistem penawaran IAP dalam Spellbinders terlalu condong ke arah pay-to-win. Kiloo Games memberikan penawaran untuk berbagai aspek guna memberikan keunggulan yang hampir mutlak bagi orang yang bersedia membayar.

Ingin meningkatkan batas jumlah mana untuk menerjunkan lebih banyak unit? Hendak menggunakan spell spesial berkekuatan dahsyat? Mau meminta bantuan unit yang sangat tangguh dalam sesi pertempuran? Semuanya bisa ditebus dengan in-game currency.

Spellbinders Titans | Screenshot

Presentasi tidak mengecewakan

Di samping segala kelebihan maupun kekurangan yang terdapat dalam Spellbinders, patut diakui bahwa Kiloo Games menunjukkan kualitasnya sebagai developer game mobile berpengalaman lewat Spellbinders.

Baik efek suara, animasi, maupun beragam detail visual sepanjang game tampil sangat terpoles. Kamu dapat menikmati tampilan grafis 3D yang mulus, efek spell yang meyakinkan, serta suara yang terdengar pas dengan berbagai kejadian di dalam layar.

Pergerakan setiap karakter dalam game juga terlihat sangat natural dan lucu. Walau gameplay Spellbinders sarat dengan nuansa duel dan pertarungan, namun gerak-gerik para karakter sarat dengan nuansa jenaka yang membuatnya tetap terlihat fun.

Spellbinders Banners | Screenshot

Kesimpulan: Usaha bagus yang belum optimal

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang telah saya uraikan di atas, saya pikir Spellbinders saat ini belum dapat memenuhi ambisi Kiloo Games untuk menyaingi kepopuleran game bergenre serupa seperti Clash Royale. Banyak ide menarik yang mereka terapkan, namun sayang eksekusinya belum optimal.

Bila kamu menyukai genre MOBA namun tidak memiliki waktu banyak untuk bermain, Spellbinders bisa menjadi salah satu alternatif di samping kumpulan game MOBA untuk mobile yang direkomendasikan oleh Tech in Asia. Namun dengan mekanismenya yang kurang personal serta condong ke pay-to-win, saya pikir kamu tidak akan bisa berharap banyak dari game ini.

Game Info
Spellbinders
Kiloo -  Apr 27, 2016
Genre:  Strategy
Size:   46M
Installs:   1 - 5
Gratis
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Spellbinders – Mirip Clash Royale, namun Kurang Cemerlang appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Disney Magical Dice – Penerus LINE Get Rich dengan Warna-Warni Disney

$
0
0

Monopoly merupakan sebuah game yang sangat populer di mana-mana, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan saking populernya, game Monopoly telah menjadi label yang begitu kuat ke dalam permainan board game. Sampai-sampai ketika saya sedang bermain board game digital yang terinspirasi Monopoly, seperti LINE Get Rich!, orang awam tetap saja menyebut game tersebut “mirip Monopoly“ meskipun terdapat banyak aturan baru yang membuat permainannya begitu berbeda.

LINE Get Rich! atau yang biasa dikenal dengan nama Modoo Marble (dan Dice Venture di wilayah Amerika Serikat) sendiri merupakan salah satu board game Monopoly digital paling populer di wilayah Asia, terutama di Indonesia.

Dengan jumlah total unduhan mencapai puluhan juta download, tidak heran jika Disney kemudian tertarik menggandeng Netmbarle untuk membuat sebuah spin-off LINE Get Rich bertema karakter Disney untuk mereka.

Versi Disney Get Rich dengan konten yang sebagian besar sama

Disney Magical Dice | Screenshot 1

Selain tema, dari segi gameplay, Disney Magical Dice sebetulnya tidak banyak berbeda dengan permainan LINE Get Rich yang sudah ada lebih dari setahun silam. Di sini kamu akan menjumpai permainan board game Monopoly yang aturannya sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar lebih ringkas dan cepat sekali diselesaikan.

Seperti game Monopoly pada umumnya, dalam Disney Magical Dice kamu akan bersaing untuk menjadi yang terkaya dan paling dominan di antara keempat pemain lainnya. Ada beberapa cara untuk bisa memenangkan permainan Monopoly ala Disney Magical Dice di sini.

Kamu bisa menang dengan cara menguasai tiga deretan petak berwarna sama, menguasai aset strategis, atau menjadi satu-satunya pemain tersisa lewat jalan menjebak pemain lewat pajak yang menguras uang.

Disney Magical Dice | Screenshot 2

Beberapa aturan baru yang tidak kamu jumpai dalam permainan Monopoly biasa antara lain keberadaan atribut ala RPG dalam setiap kartu kostum karakter yang kamu gunakan. Keberadaan atribut seperti Dice Control, Build Fee, Mini-game Luck, dan lainnya merupakan bagian dari mekanisme gameplay yang menentukan seberapa beruntung kamu dalam bermain.

Keberadaan atribut kartu karakter ini bisa ditingkatkan lagi menggunakan item Magic Pendant yang dibanderol menggunakan sistem gacha layaknya pembelian kartu karakter. Intinya semakin bagus kartu kamu, semakin besar kesempatanmu untuk memenangkan permainan Disney Magical Dice.

Selain itu di sini kamu juga akan menjumpai power-up spesial yang bisa kamu beli sebelum proses matchmaking permainan dimulai. Seluruh power-up tersebut merupakan power-up yang sama dari permainan LINE Get Rich mulai dari kemampuan roll dadu dobel, pembelian kartu “kesempatan”, perolehan uang dobel di garis start, dan power-up untuk mendapatkan hasil dadu ganjil atau genap.

Seandainya kamu pernah bermain LINE Get Rich sebelumnya, maka bisa saya pastikan kamu akan familier sekali dengan model permainan Disney Magical Dice.

Start yang baik untuk memulai permainan Monopoly ala Get Rich Kembali

Disney Magical Dice | Screenshot 3

Judul di atas merupakan alasan dari saya untuk membuatmu kembali memainkan game ini dibandingkan LINE Get Rich. Mengapa? Karena permainan meta dalam Disney Magical Dice masihlah belum sekompleks LINE Get Rich yang telah sekian lama mengalami perombakan update hingga permainannya kurang bersahabat bagi para pemain baru.

Kehadiran fitur seperti implementasi kelas S+ masih belum diterapkan Netmarble ke dalam Disney Magical Dice. Sekadar informasi saja, kelas S+ adalah peringkat kartu tertinggi yang sebelumnya ada dalam permainan  LINE Get Rich. Kartu langka ini memiliki kemampuan spesial yang sanggup membalik kedudukan permainan mulai dari mencuri uang lawan, imunitas dari denda pemain, dan banyak lagi lainnya.

Dari sepuluh karakter kartu yang saya temui di permainan Disney Magical Dice, sejauh ini saya belum melihat ada karakter yang terkesan overpowered seperti ketika saya kembali bermain LINE Get Rich bulan Oktober 2015 silam.

Dengan vakumnya mekanisme skill spesial tadi, permainan Disney Magical Dice terasa lebih mengandalkan keberuntungan pemain dan jauh lebih berimbang baik itu bagi pemain lama maupun para pemain baru.

Mode single player dengan reward bervariasi

Disney Magical Dice | Screenshot 8

Salah satu hal menarik yang merupakan nilai tambah dalam game ini adalah keberadaan fitur single player yang sekaligus menjadi tutorial bagi para pemain baru Disney Magical Dice. Lewat mode ini, kamu akan mengarungi sebuah peta dengan aneka karakter Disney yang akan menjadi lawanmu.

Selain sebagai wadah berlatih bagi para pemain baru, mode Single Player juga menyediakan aneka ragam reward menarik yang disesuaikan perolehan skor bintang pemain. Skor-skor ini ditentukan oleh penyelesaian objektif yang sangat menantang seperti penguasaan beberapa petak permainan, mendapat lemparan dadu dobel, membangun landmark, dan lain-lain.

Disney Magical Dice | Screenshot 5

Walaupun seru, sayangnya akses terhadap mode juga ikut memakan sistem stamina berbentuk hati yang biasa kita gunakan juga dalam mode permainan multiplayer. Berhubung regenerasi hati memakan waktu yang tidak sedikit (kurang lebih setengah jam untuk satu poin), otomatis kamu perlu mempertimbangkan penggunaan meteran stamina dalam permainan.

Untungnya dalam mode Practice ini bisa terus kamu lanjutkan meskipun kondisi internetmu sedang tidak memungkinkan, sehingga bisa menjadi alternatif bagi pemain yang ingin bersenang-senang dengan permainan Disney Magical Dice.

Presentasi yang penuh warna dan gaya

Disney Magical Dice | Screenshot 6

Berbicara soal presentasi, Disney Magical Dice mewakili salah satu contoh bagaimana piawainya Netmarble dalam mengemas sebuah game mobile freemium yang terlihat menarik. Dari grafisnya sendiri, Disney Magical Dice saya akui mempunyai kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan game pendahulunya, LINE Get Rich.

Ada banyak sekali efek visual yang dipamerkan Netmarble di sini mulai dari animasi karakter, kerlap-kerlip efek tulisan, dan lain-lain. Semuanya ini memberikan nilai lebih bagi segi presentasi Disney Magical Dice.

Kamu yang menyukai tokoh Disney seperti Miki Tikus, Buzz Lightyear dari Toy Story, Cinderella, Stich, dan lainnya, jelas akan senang melihat penggambaran karakter yang ditampilkan Netmarble ke dalam game ini.

Dengan mengandalkan ciri khas masing-masing karakter Disney tadi, Disney Magical Dice seolah terlihat seperti sebuah permainan Monopoly yang dimeriahkan bocah berkostum Halloween dan itu adalah pengalaman bermain yang unik dan menyenangkan.

Monetisasi mahal yang bisa diantisipasi dengan jam main yang tinggi

Disney Magical Dice | Screenshot 7

Menang kalah tetap mendapatkan uang, meskipun porsi yang diterima berbeda-beda

Sama seperti LINE Get Rich, Netmarble lagi-lagi mengusung skema monetisasi yang variatif dan mahal, namun sama sekali tidak mewajibkan kamu untuk mengeluarkan uang sama sekali dalam bermain. Kali ini mereka juga memberlakukan skema monetisasi baru bernama Growth Package yang akan memberimu reward lebih di setiap kali kamu menaikkan status level dari profil kamu.

Lewat harganya yang mahal (sekitar Rp400.000), pembeli paket tersebut seolah-olah berinvestasi dengan komitmen bermain mereka agar terpacu terus untuk mencapai level maksimal, yakni level 30.

Untuk paket IAP satuan, harga yang mereka tawarkan rata-rata juga tidaklah murah yaitu minimal Rp45.000 untuk tiga puluh butir berlian. Dengan ini kamu bisa bisa menarik satu kupon gacha karakter tipe B dan A+, atau menukarnya menjadi 80.000 Gold yang berguna untuk kebutuhan pembelian power-up, fusion kartu, dan sebagainya.

Namun seperti apa yang sudah saya singgung sebelumnya, penawaran IAP dalam Disney Magical Dice bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan karena ada banyak sekali cara untuk mendapatkan pemasukan lain di sini. Mulai dari bermain mode Practice, registrasi akun sosial Facebook, event Daily Login, dan banyak lagi lainnya.

Intinya sama seperti sebuah permainan boardgame Monopoly di dunia nyata, kalah ataupun menang adalah sesuatu yang biasa dan kamu perlu mengalaminya berulang-ulang agar bermain secara lebih baik lagi di kemudian hari.

Kesimpulan

Disney Magical Dice | Screenshot 8

Secara keseluruhan, Disney Magical Dice layak disebut sebagai penerus LINE Get Rich yang kali ini ditopang keanekaragaman karakter Disney yang ikonis dan familier di mata para pemainnya . Netmarble sendiri bisa dikatakan berhasil menyajikan permainan Monopoly digital yang seru dan juga bersahabat bagi para pemain lama LINE Get Rich maupun pemain baru.

Kabar baiknya lagi, di sini kamu tak perlu memasang aplikasi chating untuk memulai permainan Disney Magical Dice, jadi tidak ada syarat khusus yang menghalangimu dalam bermain.

Pada intinya walaupun ke depannya akan ada banyak fitur baru mulai diimplementasikan dan ada kemungkinan game ini berkiblat ke arah Pay to Win, Disney Magical Dice tetaplah merupakan game Monopoly digital yang layak untuk dicoba. Baik itu bagi para penggemar Disney maupun mereka yang bukan.

Game Info
Disney Magical Dice
Netmarble Games -  Apr 27, 2016
Genre:  Board
Size:   209M
Installs:   10,000 - 50,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Disney Magical Dice – Penerus LINE Get Rich dengan Warna-Warni Disney appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Hungry Shark World – Lahap Semua yang Bergerak Sambil Tertawa Jahat!

$
0
0

Beberapa hari terakhir ini, rasanya saya meluangkan waktu lebih lama bermain game di smartphone ketimbang PC maupun PS4. Bukan karena kesulitan asyik mencari trophy di Clash Royale ataupun Implosion – Never Lose Hope yang baru sempat saya mainkan, namun akibat game terbaru buatan Future Games of London yang mampu membuat saya lupa waktu: Hungry Shark World.

Game ini merupakan sekuel dari Hungry Shark Evolution yang dirilis pada tahun 2012 lalu. Hungry Shark World sendiri masih memiliki gameplay yang serupa dengan pendahulunya, namun tentu saja terdapat peningkatan di berbagai aspek seperti grafis, mekanisme, hingga fitur permainan.

Jika kamu penasaran seberapa seru pendahulu game Hungry Shark World, yaitu Hungry Shark Evolution, simak ulasan Hendri di sini.

Seseru apa sih game terbitan Ubisoft ini hingga mampu membuat saya sedikit menelantarkan gaming console dan PC? Untuk menjawabnya, kamu bisa menyimak sendiri ulasannya berikut.

Makan semua yang bergerak di hadapanmu!

Bagi yang belum pernah memainkan seri Hungry Shark sebelumnya, izinkan saya menjelaskan terlebih dahulu mengenai cara bermainnya secara singkat.

Review Hungry Shark World | Screenshot 8

Di dalam Hungry Shark World, kamu akan mengendalikan seekor ikan hiu menggunakan d-pad virtual untuk memakan segala hal yang bergerak di lautan, bahkan di daratan. Dibandingkan seri sebelumnya, kontrol dalam game ini lebih intuitif dan responsif.

Tujuan game ini sangat sederhana, yaitu mengumpulkan skor tertinggi dengan memakan hewan laut, burung perairan, sampai manusia sebanyak mungkin secara terus menerus, sehingga score multiplier yang kamu dapatkan juga semakin besar.

Merasa terlalu mudah? Bagaimana kalau begini: Semakin lama kamu bertahan hidup, permainan akan semakin sulit. Menurut saya tantangan inilah yang membuat Hungry Shark World seru dan akan membuatmu selalu ingin memainkannya berkali-kali.

Semakin lama, hiu-hiu yang lebih besar dari kamu akan berdatangan, manusia pemburu juga akan diam-diam menembakkan harpunnya ke arahmu dan memberikan damage yang sangat besar. Belum lagi terdapat kapal selam yang semena-mena menembakkan rudalnya.

Review Hungry Shark World | Screenshot 9

Namun semakin lama kamu hidup, tentunya skor serta Gold yang diperoleh akan semakin besar pula. Gold inilah yang nantinya bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan hiu (Speed, Bite, dan Boost) atau membeli jenis hiu baru yang lebih besar.

Selain hiu, kamu juga dapat membeli peliharaan yang akan menemanimu menjelajah, dan aksesori yang dapat memberikan Gold hingga skor ekstra jika kamu memakainya. Ya, kamu tidak salah membaca. Hiu milikmu bisa dihias menggunakan berbagai aksesori nyentrik seperti topi, payung, hingga kumis.

Lautan yang lebih dalam dan lebih indah

Review Hungry Shark World | Screenshot 2

Dalam sekuel terbaru ini, sang developer memberikan tujuh belas hiu dengan tujuh ukuran berbeda yang bisa dimainkan (XS, S, M, L, XL, XXL, dan !!). Masing-masing hiu dan ukurannya memiliki nilai kemampuan serta aksesibilitas yang berbeda.

Misalnya, terdapat beberapa area dalam suatu stage yang hanya bisa dikunjungi oleh hiu ukuran tertentu. Begitu juga dengan makhluk laut lainnya yang hanya bisa kamu makan apabila hiu milikmu sudah memenuhi ukuran yang ditentukan.

Mekanisme permainan tersebut jelas membuat saya semakin penasaran akan tempat-tempat menarik yang dimasukkan dalam game ini. Terlebih lagi kualitas visual Hungry Shark World yang patut diacungi jempol akan membuatmu betah untuk terus-menerus melakukan grinding. Kehadiran terumbu karang, kapal karam, serta buih-buih di latar belakang mampu membuat atmosfer permainan menjadi lebih nyata.

Review Hungry Shark World | Screenshot 10

Dibandingkan dengan seri sebelumnya, kamu dapat menyaksikan ekosistem laut yang lebih ramai dan enak dilihat. Makhluk hidup yang bisa dimakan juga terasa lebih banyak. Sehingga kamu akan merasakan tempo permainan yang lebih cepat dan seru dibandingkan dengan judul terdahulu.

Hungry Shark World memiliki total tiga stage untuk kamu jelajahi, yaitu Pacific Island nan indah, Arctic Ocean yang dingin dan dijaga ketat oleh pasukan militer, serta Arabian Sea yang dipenuhi oleh limbah-limbah pabrik. Khusus untuk Arctic Ocean dan Arabian Sea baru bisa kamu akses setelah memiliki sejumlah hiu yang dibutuhkan.

Masing-masing stage tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri. Mulai dari jenis-jenis hewan laut berbeda untuk dimakan, landmark unik, misi baru, dan tentu saja suasana visual yang berbeda satu sama lain.

Bersiaplah untuk menjadi hiu raksasa!

Review Hungry Shark World | Screenshot 3

Dua fitur baru yang disematkan dalam Hungry Shark World adalah Mega Gold Rush (tiga kali lipat lebih lama dari Gold Rush) dan HUNGRY. Kehadiran dua fitur ini jelas akan memperkaya pengalamanmu bermain.

Ketika Mega Gold Rush aktif, semua hal menjadi berwarna emas yang ketika dimakan akan memberikanmu Gold, dan kamu mampu memakan apapun (termasuk ranjau).

Fitur favorit saya adalah HUNGRY. Fitur ini akan aktif ketika kamu berhasil mengumpulkan huruf-huruf penyusun kata hungry yang tersebar di suatu stage. Ketika HUNGRY aktif, bersiaplah untuk mengamuk tiada ampun!

Review Hungry Shark World | Screenshot 4

Hiu kamu, apapun itu ukuran dan tipenya, akan membesar, menjadi sangat cepat, dan mampu memakan segalanya. Fitur HUNGRY juga akan secara otomatis mengaktifkan Mega Gold Rush dan menaikkan score multiplier kamu hingga berkali-kali lipat.

Grinding yang rewarding, IAP opsional

Hungry Shark World bisa kamu dapatkan di Google Play Store atau App Store secara gratis. Hal terbaiknya adalah, kamu tidak harus mengeluarkan uang ekstra untuk bisa menikmati game ini sepuasnya.

Pasalnya, Hungry Shark World tidak menerapkan sistem stamina sehingga kamu bisa bermain berkali-kali mulai dari matahari terbit hingga, well, terbit kembali. Selain itu, Gem dan Gold sebagai in-game currency juga cukup mudah kamu dapatkan dengan melakukan grinding yang begitu menyenangkan.

Review Hungry Shark World | Screenshot 11

Namun bagi kamu yang tidak ingin terganggu oleh iklan di dalam game, mungkin perlu mengeluarkan minimal Rp75.000. Karena setiap pembelian Gold atau Gem akan secara otomatis menonaktifkan iklan yang kerap muncul dan terkadang berlangsung terlalu lama.

Begitu juga apabila kamu tidak sabar melakukan grinding dan ingin langsung menggunakan hiu paling besar berukuran XXL, uang yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit.

Hiu terkuat, Great White Shark, dibanderol dengan in-game currency 150.000 Gold atau 1.500 Gem, atau bisa langsung ditebus dengan membeli Gold atau Gem tersebut seharga Rp739.000.

Lima menit yang menyenangkan dan memuaskan

Review Hungry Shark World | Screenshot 5

Kesimpulannya, Hungry Shark World adalah game yang sangat menyenangkan untuk dimainkan. Terlebih lagi, satu kali run through game ini hanya membutuhkan waktu lima hingga sepuluh menit—membuat game ini cocok dimainkan untuk sejenak menghilangkan penat dari kesibukan sehari-hari.

Pengalaman bermainmu akan semakin kaya dengan kualitas visual yang memanjakan mata. Fitur-fitur menariknya juga membuat permainan terasa dinamis dan lebih seru semakin lama kamu bermain. Semakin besar ukuran hiu yang digunakan, maka akan semakin puas kamu memainkannya.

Tentunya kamu dapat membayangkan perjuangan yang dulu pernah dilalui ketika masih menjadi seekor hiu kecil, lalu kini—dengan hiu ukuran XXL—kamu bisa melahap hampir segala hal yang ada di hadapanmu sambil tertawa jahat. Skor yang dihasilkan pun akan semakin tinggi.

Review Hungry Shark World | Screenshot 7

Game ini juga tidak terlalu mengandalkan IAP untuk bisa dinikmati secara menyeluruh. Tidak ada sistem energi di sini, atau fitur-fitur khusus yang hanya bisa diakses menggunakan Gem. Kamu bisa mendapatkan hiu terbesar yang pernah ada dengan grinding yang menyenangkan, dan tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

Mengingat citra baik sang developer yang rutin memasukkan fitur baru ke dalam seri sebelumnya, saya yakin Hungry Shark World pun akan menjadi semakin besar, seru, dan kaya akan fitur di kemudian hari.

Bagi kamu yang pernah memainkan Hungry Shark Evolution sebelumnya, pasti kamu akan menyukai sekuel terbarunya ini.

Game Info
Hungry Shark World
Ubisoft Entertainment -  May 04, 2016
Genre:  Action
Size:   Varies with device
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Hungry Shark World – Lahap Semua yang Bergerak Sambil Tertawa Jahat! appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Galaxy S7 – Inikah Flagship Terbaik Samsung?

$
0
0

Kita patut mengacungkan jempol kepada Samsung. Perusahaan asal Korea Selatan ini mendengarkan kritik dari para penggunanya dan mengubah cara mereka dalam membuat smartphone. Hasilnya adalah Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge yang hadir dengan balutan material kaca dan metal premium nan elegan. Duet smartphone tersebut mampu bersaing dengan punggawa smartphone Apple, iPhone, di pasar dunia—sekaligus menjadi salah satu smartphone paling powerful di tahun 2015.

Kali ini dengan flagship terbarunya, Galaxy S7, Samsung seakan kembali menyempurnakan seri sebelumnya dengan fitur expandable storage dan casing kedap air yang sempat absen di Galaxy S6. Ini membuktikan bahwa Samsung masih mendengarkan kebutuhan penggunanya yang menginginkan kembalinya fitur tersebut di Galaxy S7.

Apakah dengan flagship terbarunya Samsung dapat kembali merebut tahtanya sebagai merk smartphone Android nomor satu di Indonesia? Mari kita simak ulasan berikut.

Spesifikasi

LayarSuper AMOLED 5,1 inci, 1440 x 2560 piksel, dengan fitur Always On
ProsesorExynos 8890 Quad-Core 2,3 GHz Mongoose + Quad-Core 1,6 GHz Cortex-A53
GPUMali-T880 MP12
RAM4 GB
ROM32/ 64 GB, microSD (mendukung hingga 200 GB)
Kamera12 MP f/1.7 26 mm dengan sensor 1/2,6 inci
Kamera Depan5 MP f/1.7, 22 mm
Dimensi142,4 x 69,6 x 7,9 mm
Bobot152 g

Desain

Review Samsung Galaxy S7|Image 1

Bagian bawah smartphone ini hampir sama dengan smartphone lain, yang memiliki konektor Micro-USB untuk mengecas baterai, speaker, serta primary microphone. Yang sedikit membedakannya adalah port audio 3,5 mm di bawah layar. Menurut saya ini sangat mempermudah kamu yang senang menggunakan smartphone untuk mendengarkan lagu. Karena posisi kabel headset tidak lagi tertekuk seperti saat port berada di bagian atas smartphone.

Sangat disayangkan posisi speaker berada pada posisi yang sangat rentan tertutup oleh tangan saat memegang smartphone dengan posisi lanskap. Bagi kamu yang senang bermain game dengan headset, posisi tangan saat memegang smartphone akan sedikit terganggu karena adanya jack headset yang menonjol—masalah yang selalu mengganggu para gamer mobile seperti saya di hampir seluruh tipe smartphone.

Review Samsung Galaxy S7|Image 2

Pada bagian sisi smartphone hanya terdapat tombol volume serta tombol power, dan tidak terlihat lagi adanya slot kartu SIM seperti yang ada pada desain Galaxy S6. Posisi slot kartu SIM sekaligus Micro SD, serta lubang secondary microphone, dapat ditemukan di bagian atas smartphone. Sayangnya, IR blaster yang sempat hadir pada Galaxy S6 kali ini harus absen.

Review Samsung Galaxy S7|Image 3

Kaca bagian belakang Galaxy S7 memiliki desain yang curvy. Ini memungkinkan Samsung untuk menghadirkan kembali kapasitas baterai yang lebih besar—sebuah fitur yang sempat absen juga di Galaxy S6.

Karena menggunakan material kaca, bagian belakang tersebut sangat rentan terhadap sidik jari, benturan, serta goresan benda keras. Tentu saja kamu dapat menggunakan case tambahan untuk melindungi smartphone. Akan tetapi tambahan case tersebut akan sedikit merusak estetika yang telah dihadirkan Samsung dalam smartphone ini.

Desain kamera juga mengalami sedikit perubahan. Desain kamera tidak lagi menonjol keluar seperti yang ditemukan pada Galaxy S7, yang membuat pendahulunya itu sulit untuk diletakkan pada permukaan datar.

Review Samsung Galaxy S7|Image 4

Pada bagian depan smartphone, terdapat layar dengan bentang 5,1 inci beresolusi 2K, kamera 5 MP, proximity sensor, lampu notifikasi LED, dan tombol capacitive. Terdapat juga tombol tengah dengan sensor sidik jari yang aman, nyaman, serta memudahkan kamu untuk membuka kunci layar dengan cepat.

Layar

Review Samsung Galaxy S7|Image 5

Galaxy S7 masih dipersenjatai oleh layar Super AMOLED beresolusi 2K, atau 2560 x 1440, yang sama seperti pendahulunya. Bagi sebagian orang mungkin hal ini agak mengecewakan, mengingat tidak adanya peningkatan dari teknologi tahun lalu.

Walau begitu, hampir tidak mungkin bagi mata telanjang kita untuk dapat melihat perbedaan resolusi dari layar smartphone ini—kecuali kamu menggunakannya untuk keperluan VR, yang mana layarnya akan sangat “bersinar” ketika dipasangkan dengan Gear VR. Terlepas dari itu, layar Galaxy S7 masih sangat luar biasa untuk digunakan sehari-hari. Layar tersebut menyajikan warna yang tegas serta warna hitam legam ciri khas layar Super AMOLED.

Penggunaan VR bukan hanya untuk game saja! Simak beberapa penggunaan lain untuk VR di dunia nyata.

Samsung sangat “menggembar-gemborkan” teknologi Always On, yang memaksimalkan potensi layar Super AMOLED dengan mematikan piksel hitam. Dengan teknologi yang menjadikan Galaxy S7 lebih hemat daya ini, pengguna dapat langsung melihat waktu dan notifikasi tanpa perlu menyalakan layar smartphone mereka.

Sensor sidik jari

Review Samsung Galaxy S7|Image 8

Sensor sidik jari yang sempat ada di pendahulunya juga dihadirkan Samsung di flagship terbarunya ini. Kali ini dengan dukungan native dari Android 6.0. Artinya selain dapat digunakan sebagai mode keamanan smartphone, kamu juga dapat menggunakan sensor sidik jari ini untuk verifikasi pembelian di Google Play Store dan aplikasi lain yang kompatibel.

Kemampuan anti air

Review Samsung Galaxy S7|Image 6

Selain kemampuan sensor sidik jari yang lebih baik, Samsung juga kembali menghadirkan kedua fitur yang paling banyak diminta oleh pengguna smartphone mereka: Kemampuan anti air dan dukungan Micro SD, yang keduanya sempat absen di Galaxy S6.

Samsung sangat mengerti permasalahan ini dan berusaha menjawabnya di Galaxy S7. Sertifikasi IP68 yang ada di Galaxy S7 menjadikannya sebagai smartphone yang tahan debu dan tahan direndam di dalam air hingga kedalaman 1,5 meter selama 30 menit. Menariknya, Samsung menghadirkan fitur ini tanpa perlu merepotkan penggunanya dengan penutup karet untuk melindungi slot kartu SIM dan lubang untuk mengecas.

Walaupun kebanyakan dari kamu akan berujar, “Ah buat apa saya bawa smartphone mahal dekat-dekat air?” akan tetapi kita tidak dapat menebak kapan momen bencana akan hadir. Dengan hadirnya kemampuan anti air di Galaxy S7 ini setidaknya kekhawatiran kamu dapat sedikit berkurang.

Dukungan Micro SD

Review Samsung Galaxy S7|Image 7

Dukungan Micro SD yang ada dalam Galaxy S7 menurut saya agak sedikit janggal. Dengan fitur Android 6.0 yang memungkinkan Micro SD digunakan sebagai memori internal, pihak Samsung tidak memanfaatkannya. Sehingga Micro SD tidak dapat digunakan sebagai adoptive storage, melainkan hanya sebagai storage biasa.

Hal ini dapat dimaklumi karena mungkin masih banyak pengguna yang melakukan transfer data dari dan ke smartphone menggunakan card reader, atau menggunakan Micro SD untuk keperluan lain—selain menyematkannya ke dalam smartphone mereka.

Kinerja sistem

Berbicara tentang performa di atas kertas, sepertinya kita tidak perlu meragukan Samsung dalam menghadirkan kinerja papan atas di flagship mereka. Walau hubungan Samsung dengan Qualcomm sempat renggang karena Snapdragon 810 yang tidak bekerja sesuai dengan standar Samsung—yang mendorong mereka untuk mengembangkan prosesor mereka sendiri, Exynos 7420, yang disematkan di Galaxy S6—kini Qualcomm dan Samsung kembali bekerja sama. Galaxy S7 pun memegang gelar sebagai smartphone dengan prosesor Snapdragon 820 pertama di dunia.

Walaupun versi Galaxy S7 yang saya review menggunakan Exynos 8890, tetapi performanya di atas kertas hampir sama dengan versi Snapdragon 820. RAM 4 GB yang disematkan dalam Galaxy S7 juga sangat mendongkrak kinerja smartphone ini, terutama ketika digunakan untuk multitasking dan menjalankan aplikasi serta game yang intensif.

Review Samsung Galaxy S7|screenshot 1

Dari sisi software, Samsung juga menyertakan aplikasi untuk memudahkan bisnis dan produktivitasmu. Smartphone ini secara default menggunakan Android 6.0.1, versi Android terbaru yang memperkenalkan berbagai fitur baru yang menarik.

Seperti pada tipe smartphone lainnya, Samsung masih tetap menggunakan TouchWiz sebagai antarmuka di Galaxy S7. Berbeda dengan TouchWiz yang hadir pada smartphone Samsung sebelumnya, kali ini antarmuka khas Samsung ini telah jauh lebih ringan—walaupun masih terdapat aplikasi bawaan yang tidak dapat dihapus.

Kinerja gaming dan multimedia

 Samsung Galaxy S7Sony Xperia Z3+ DualSony Xperia Z3
3DMark Score (Ice Storm Unlimited)286261979617060
3DMark Graphics Score328292799420290
3DMark Physics Score19613977610955
Antutu Score1015755907555567
Geekbench3 SIngle Core20781056987
Geekbench3 Multi Core637234292894
GfxBench Manhattan27 fps23 fps13 fps
GfxBench T-Rex
53 fps46 fps30 fps

Peningkatan juga berlaku pada kinerja gaming Galaxy S7. Saya sempat menguji beberapa game yang memiliki kualitas grafis tinggi seperti Real Racing 3, N.O.V.A 3, dan Modern Combat 5Game tersebut dapat berjalan lancar tanpa ada lag atau stutter apapun. Masalah optimasi yang selalu menghantui sebagian besar game Android masih tetap hadir, akan tetapi tidak akan terlalu mengganggu pengalaman gaming kamu.

Samsung juga bekerja sama dengan salah satu pemain besar di dunia VR, Oculus, untuk membuat Gear VR. Dengan headset ini, Samsung menyulap smartphone flagship mereka menjadi sebuah wahana VR yang cukup mumpuni.

Review Samsung Galaxy S7|SS3 Review Samsung Galaxy S7|SS2 Review Samsung Galaxy S7|SS1

Ditenagai sepenuhnya oleh smartphone yang disematkan padanya, Gear VR adalah salah satu jalan untuk mencoba keajaiban dunia VR. Dengan tidak menggunakan kabel apapun, Gear VR memungkinkanmu menjelajahi dunia VR tanpa takut terbelit kabel yang mengganggu.

Kerapatan piksel yang ada pada Galaxy S7 juga tidak akan mengganggu realitas VR yang sedang kamu nikmati, tidak seperti kompetitor lain yang masih menggunakan layar 1080p dengan kerapatan layar yang saya anggap masih belum optimal untuk penggunaan VR.

Kamera

Review Samsung Galaxy S7|Image 9

Kemampuan kamera dari Galaxy S7 tidak mengalami peningkatan yang berarti. Pendahulunya Galaxy S6 memiliki sensor dengan resolusi sebesar 16 MP, sementara Galaxy S7 hanya memiliki resolusi 12 MP. Penurunan resolusi kamera ini bukan semata-mata kabar buruk, karena sensornya kini memiliki ukuran yang lebih besar, yaitu 1/2,6 inci. Artinya kamera utama Galaxy S7 dapat menangkap gambar di kondisi pencahayaan rendah dengan lebih baik.

Contoh hasil foto dari kamera Galaxy S7

Review Samsung Galaxy S7-foto1 Review Samsung Galaxy S7-foto2 Review Samsung Galaxy S7-foto3 Review Samsung Galaxy S7-foto4 Review Samsung Galaxy S7-foto5 Review Samsung Galaxy S7-foto6

(Foto ukuran asli dapat diunduh pada tautan ini)

Galaxy S7 adalah smartphone pertama yang dipersenjatai oleh sensor dual-pixel. Teknologi ini menggunakan 12 juta pixel yang ada pada sensor untuk melakukan phase detection autofocus. Hasilnya, kecepatan otofokus pada kamera smartphone ini meningkat drastis, apapun titik fokusnya. Dengan pilihan shooting mode dan pengaturan manual—yang memungkinkanmu menyimpan foto dengan format RAW—menjadikan Galaxy S7 sebagai smartphone dengan kamera terbaik yang dapat kamu miliki.

Saya sempat menyimak beberapa pembicaraan tentang perbedaan merek sensor yang ada pada Galaxy S7 yang berpengaruh kepada tingkat ketajaman gambar dan kontras. Galaxy S7 menggunakan dua sensor kamera yang berbeda pada produk yang diluncurkan, yakni SLSI-S5K2L1 milik Samsung dan SONYIMX260 milik Sony. Sangat disayangkan saya tidak memiliki pembanding untuk menyajikan perbedaan kualitas gambar antara kedua sensor yang berbeda ini.

Baterai

Review Samsung Galaxy S7-SS baterai

Kekurangan terbesar Galaxy S6 berada pada kapasitas baterainya yang hanya berukuran 2550mAh. Berangkat dari keluhan yang disampaikan para penggunanya, akhirnya Samsung memperbaiki kekurangan ini dengan menyematkan baterai berkapasitas 3000mAh pada Galaxy S7.

Seperti disebutkan di atas, desain bagian belakang dari Galaxy S7 yang melengkung memungkinkan penyematan baterai dengan ukuran yang lebih besar. Fitur power saving dan ultra power saving memungkinkanmu untuk dapat menghemat baterai lebih banyak lagi. Akan tetapi pada penggunaan normal, Galaxy S7 memiliki rentang waktu penggunaan satu hari hingga baterai benar-benar habis.

Fitur quick charging yang ada pada smartphone ini memungkinkan kamu untuk dapat mengisi daya dengan lebih cepat. Kemampuan wireless charging juga tersemat ke dalam smartphone ini, walaupun akan memakan waktu lebih lama serta membutuhkan alat pengecas yang kompatibel untuk dapat bekerja secara lebih optimal. Samsung belum mengadaptasi penggunaan USB Type-C seperti smartphone lainnya, tetapi hal ini dapat dimengerti karena tidak sedikit dari pengguna smartphone masih menggunakan kabel Micro USB sebagai media pengisian daya mereka.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Galaxy S7 lebih terlihat sebagai sebuah penyempurnaan dari Galaxy S6 ketimbang produk baru dari Samsung. Galaxy S6 sendiri adalah sebuah produk yang cukup menarik, tetapi Samsung seakan “memperbaiki kekurangan” yang ada pada Galaxy S6.

Peningkatan kualitas juga hadir pada kamera, kinerja sistem secara keseluruhan, desain yang lebih elegan, baterai yang lebih besar, dan keunggulan lainnya—baik dari segi hardware maupun software. Samsung tetap menyematkan fitur terbaik yang ada di Galaxy S6, seperti resolusi layar 2K, wireless charging, dan sensor sidik jari yang lebih baik. Sehingga tidak salah untuk mengatakan kalau dengan flagship mereka kali ini, Samsung kembali menegaskan posisi mereka di pasar smartphone Android dalam negeri dengan kehadiran Galaxy S7.

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Galaxy S7 – Inikah Flagship Terbaik Samsung? appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Uncharted: Fortune Hunter – Tantangan Tanpa Imbalan

$
0
0

Uncharted: Fortune Hunter adalah game yang membuat saya agak pusing kepala. Saat pertama kali mencoba, saya merasa game ini cukup menarik dan menjanjikan. Akan tetapi semakin lama saya bermain, semakin saya merasa bahwa saya ingin berhenti bermain. Andai tidak sedang menulis review mungkin saya akan langsung uninstall game ini setelah satu hari saja.

Sebenarnya konsep dasar Uncharted: Fortune Hunter tidaklah buruk. Sebagai game bergenre puzzle, Uncharted: Fortune Hunter punya konten yang cukup variatif dan akan membuatmu memutar otak. Sayangnya konsep saja tidak cukup. Dengan penyajian yang tidak menarik, tingkat kesulitan yang menyebalkan, serta imbalan yang tidak layak, saya tidak bisa mengatakan bahwa game ini bagus.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 1

Tidak terasa seperti Uncharted

Uncharted: Fortune Hunter mengambil sisi paling membosankan dari Uncharted, yaitu puzzle, dan mengubahnya jadi sebuah game terpisah yang sama sekali tidak terasa punya nuansa Uncharted. Di sini kamu akan melihat Nathan Drake dan Victor Sullivan dalam desain ala kartun yang lebih mengingatkan saya pada Unearthed: Trail of Ibn Battuta daripada seri Uncharted betulan.

Tidak ada unsur cerita sama sekali, kamu hanya menyelesaikan puzzle demi puzzle untuk membuka puzzle berikutnya, seperti kumpulan mini game. Kamu akan sering melihat Nate dan Sully, sapaan akrab dua karakter utama itu, bercengkerama, tetapi isi dialognya hanya saling bertukar one-liner tanpa konteks apa pun.

Ya, saya tahu ini hanya game mobile free-to-play. Akan tetapi mengingat ini game mobile bertema Uncharted yang dirilis bersama dengan Uncharted 4: A Thief’s End, saya berharap ada cerita walau hanya sedikit.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 2

Berbeda dengan Nate biasanya yang punya kemampuan atletik hebat serta beragam senjata menarik, Nate di sini terasa lemah dan membosankan. Nate bahkan tidak bisa melompati batu setinggi setengah meter, dan senjata miliknya hanya sebuah pistol. Itu pun hanya digunakan untuk mengaktifkan switch. Mungkin keluhan saya terkesan terlalu “jahat” untuk sebuah game mobile, tetapi itulah risiko mengusung nama francis sebesar Uncharted.

Terlalu banyak trial and error

Uncharted: Fortune Hunter memiliki gaya permainan puzzle turn-based dengan sistem yang agak aneh. Kamu bisa menggerakkan Nate di atas area kotak-kotak seperti game taktik. Satu kali gerakan dihitung sebagai satu “move,” tidak peduli apakah kamu berjalan satu langkah atau sepuluh langkah. Hanya kegiatan berpindah tempat yang dihitung sebagai move. Aksi lain seperti menembak, menekan switch, atau mengangkat benda-benda tidak termasuk.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 3

Bila kamu menyelesaikan puzzle dengan jumlah move tertentu, kamu akan mendapat imbalan bonus berupa kunci harta. Masalahnya sistem penghitungan move seperti ini sangat membingungkan. Misal kamu punya jatah tiga move, pada kenyataannya kamu bisa saja melakukan lebih dari tiga aksi. Mungkin kamu harus menekan switch tiga kali, lalu menembak sesuatu dua kali, dan entah aksi lain apa yang tidak termasuk move.

Kamu juga tidak akan tahu apa efek suatu switch sebelum mencoba menekannya, jadi jangan heran kalau kamu harus mengulang-ulang puzzle lebih dari sekali demi mendapat kunci. Unsur trial and error lebih kuat daripada penggunaan logika, sehingga game ini terasa begitu repetitif untuk dimainkan.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 4

Variatif tetapi menyebalkan

Dari segi variasi puzzle, harus diakui bahwa Uncharted: Fortune Hunter cukup variatif. Ada lebih dari 200 puzzle untuk diselesaikan, dan masih akan bertambah di masa depan. Jenis switch juga bermacam-macam, ada yang harus ditekan, diinjak, ada juga yang harus ditembak. Tidak hanya switch, tetapi kamu juga harus memikirkan penggunaan dinamit, menggeser balok, dan menghindari berbagai jebakan.

Apakah variatif berarti menarik? Tidak juga. Meski variatif, desain puzzle dan jebakan yang ada sering kali malah menyebalkan. Yang paling saya benci adalah jebakan penembak jarum. Tak hanya menembak, jebakan ini juga akan berputar setiap kali kamu melangkah. Kamu harus benar-benar menghitung berapa langkah yang kamu ambil setiap kali move. Kalau tidak, kamu akan mati dan harus mengulang puzzle dari awal.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 5

Kalau jebakan jarum saja dirasa belum cukup menyebalkan, jangan khawatir. Nantinya kamu akan masuk dalam area puzzle yang sangat gelap. Percayalah, jebakan jarum instant kill berputar dalam kegelapan adalah hal yang sama sekali tidak fun.

Imbalan yang tak memuaskan

Setelah menyelesaikan berbagai puzzle, kamu akan mendapat sejumlah uang, bola kristal (orb), keping emas, atau kunci harta. Uang bisa digunakan untuk membeli kostum, membuka puzzle baru, atau membeli orb. Orb bisa digunakan untuk menghidupkan Nate bila mati di tengah puzzle, sementara kunci bisa digunakan untuk membuka peti harta yang akan kamu dapatkan otomatis secara berkala.

Dari tiga jenis imbalan ini, orb adalah imbalan yang paling tidak berguna. Untuk apa menghidupkan Nate dengan orb? Lebih baik ulang puzzle dari awal, efeknya tidak jauh berbeda. Orb bisa dibeli sebagai in-app purchase, tetapi sepertinya membeli maupun tidak membeli hasilnya akan sama saja.

Uncharted: Fortune Hunter | Screenshot 6

Dengan menghubungkan game ini ke akun PSN milikmu, kamu juga bisa mendapat sejumlah item untuk digunakan di Uncharted 4: A Thief’s End, seperti kostum, weapon skin, dan beragam booster. Malah imbalan untuk Uncharted 4: A Thief’s End lebih menarik daripada imbalan untuk game ini sendiri. Wajar saja sih, namanya juga companion app.

Kesimpulan

Repetitif, menyebalkan, dan tidak rewarding. Kira-kira begitulah kesan yang saya dapat dari memainkan Uncharted: Fortune Hunter. Saya juga sering sekali mengalami crash entah mengapa, jadi rasanya makin menyebalkan lagi.

Mungkin seharusnya Uncharted: Fortune Hunter tidak usah dirilis terpisah, tetapi jadi mini game saja dalam Uncharted 4: A Thief’s End. Kalau kamu main Uncharted 4: A Thief’s End, kamu bisa termotivasi main game ini demi mendapat kostum-kostum bonusnya. Akan tetapi kalau kamu hanya ingin main game puzzle yang berdiri sendiri, masih banyak pilihan lain yang lebih menarik di luar sana.

Game Info
UNCHARTED: Fortune Hunter™
PlayStation Mobile Inc. -  May 05, 2016
Genre:  Puzzle
Size:   145M
Installs:   10 - 50
Gratis
Download

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Uncharted: Fortune Hunter – Tantangan Tanpa Imbalan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Warung Chain: Go Food Express – Penerus Ramen Chain yang Didambakan

$
0
0

Dulu saya pernah berangan-angan bagaimana seandainya bila ada developer game Indonesia yang mencoba merilis game time management ala Cooking Dash, namun dengan nuansa cita rasa masakan lokal sebagai tema utamanya.

Angan-angan saya tadi tidak lepas dari peran Ramen Chain yang pada saat itu menjadi salah satu game time management buatan lokal dengan presentasi paling menarik yang pernah saya temukan di mobile. Kini setelah lebih dari tiga tahun, angan-angan saya tadi terwujud berkat Touchten yang merilis sebuah penerus spiritual Ramen Chain, namun dengan cita rasa lokal yang menggoda selera jari bermain saya. Seperti apa nikmatnya? Berikut adalah ulasannya.

Warteg: the Game

Warung Chain | Screenshot

Warung Chain merupakan spin-off dari serial game Ramen Chain yang dirilis oleh Touchten. Sekadar informasi bagi kamu yang belum tahu. Tahun lalu Touchten juga telah merilis Ramen Celebrity yang bisa dibilang merupakan sekuel Ramen Chain namun hadir di bawah naungan situs komedi terbesar di dunia yaitu 9GAG.

Pada dasarnya Warung Chain adalah game time management yang permainannya kurang lebih hampir sama dengan Ramen Chain. Layaknya game time management pada umumnya, di sini pemain diajak untuk merangkai kombinasi makanan yang tepat dalam waktu yang sangat terbatas.

Untuk skema kontrolnya sendiri, saya yakin kamu yang pernah bermain game kasual seperti Kitchen Story, Ramen Chain, dan lainnya tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalani permainan Warung Chain. Begitu pelanggan datang, kamu harus tap sesuai aneka ragam lauk, sayur, dan nasi yang tersedia sesuai dengan pesanan mereka.

Seandainya kamu salah dalam mengatur lauk yang ada di piring pesanan mereka, maka mau tak mau kamu harus mengulang pengaturan piringmu dengan jalan membuang lauk dan nasi yang ada di atasnya. Hmm … mubazir juga, batin saya.

Ragam karakter dan variasi kuliner yang penting untuk menghilangkan kejenuhan

Warung Chain | Screenshot 2

“Selamat siang pak… bisa tunjukkan surat izin berjualan makanan Anda?”

Sebagai pengelola warung, tugasmu satu-satunya adalah memenuhi aneka ragam permintaan masakan pelanggan yang sedang singgah ke dalam warung kamu.

Berhubung warung sering menjadi rujukan tempat makan dengan harga yang bersahabat bagi semua kalangan, otomatis akan ada banyak sekali jenis pengunjung yang mampir ke warung kamu, mulai dari pak polisi, wanita kantoran, kernet bus, siswa sekolah, bahkan hingga jagoan romawi kuno dari game Brave Warriors juga ikut-ikutan memesan makanan di tempatmu.

Kehadiran variasi karakter pembeli tadi tidak hanya menjadi pemanis belaka. Beberapa di antara mereka ada juga yang memiliki perilaku khusus seperti durasi memikirkan masakan lama yang memaksa kamu untuk memprioritaskan pembeli lainnya.

Selain itu terdapat juga tipe pelanggan lainnya yang saya rasa memiliki durasi permintaan paling cepat, sehingga kamu perlu mengutamakan layananmu kepadanya, demi pencapaian skor bintang sempurna.

Warung Chain | Screenshot 2

Agar kamu tidak jenuh dengan tema “merangkai” masakan yang itu-itu saja, kali ini Touchten menghadirkan variasi masakan baru yang akan terbuka bila kamu berhasil menyelesaikan level yang diminta.

Yep, Tak hanya sekadar aksi menyajikan masakan khas warteg saja, di beberapa level game ini kamu juga diajak untuk menyediakan variasi makanan lainnya seperti Martabak Bandung dan bakso Malang.

Berhubung saya berdomisili di Malang, disertakannya masakan khas kota ini di Warung Chain memberikan kesan sentimental yang menyenangkan karena baru pertama kalinya saya melihat ada bakso kota saya muncul dalam sebuah game.

Keberadaan variasi makanan yang disesuaikan ciri khas wilayah di Indonesia ini jelas bisa menjadi potensi menarik yang bisa dimanfaatkan Touchten untuk update Warung Chain ke depannya nanti.

Bayangkan saja bila di kemudian hari, Touchten merilis update level baru di mana ciri khas masakan kota lainnya diangkat sebagai jenis makanan warung kamu berikutnya. Menyertakan masakan Minang untuk kota Padang atau Lontong Balap dan Lontong Kupang untuk wilayah Surabaya di update berikutnya mungkin. Apapun itu, yang jelas keberadaan variasi masakan lainnya cukuplah diperlukan untuk Warung Chain.

Presentasi jempolan dari Touchten

Warung Chain | Screenshot 4

Beberapa karakter dari game keluaran Touchten lainnya juga ikut hadir memeriahkan warung yang kelola

Masih melanjutkan predikat yang diraih game Ramen Chain sebelumnya, Warung Chain masih termasuk sebagai game time management dengan presentasi terbaik di platform mobile. Melalui penggunaan aset grafis 2D yang diusung oleh Touchten, Warung Chain mempunyai kualitas visual menarik dan rapi yang membuat game ini tak kalah unggul dibandingkan game sejenis buatan luar negeri.

Untuk presentasi di bagian suara, apa yang ditampilkan Warung Chain sendiri juga terbilang bagus berkat reaksi pelanggan yang begitu kental dengan nuansa Indonesianya, lengkap dengan logat dan aksen obrolan yang familier oleh telinga kita. Meskipun bagian musiknya sendiri terkadang terkesan repetitif, namun hal tersebut tidak akan mengurangi keseluruhan kesan yang dirasakan pemain.

Monetisasi tipikal game freemium penuh iklan di mana-mana

Warung Chain | Screenshot 6

Sebelum berbicara mengenai IAP, saya perlu menyoroti perbedaan antara Warung Chain dengan game sebelumnya Ramen Chain, terutama dalam hal monetisasi. Sebagai game freemium, Touchten menerapkan model monetisasi merepotkan, di mana pemain diwajibkan untuk mengunduh app tertentu guna mengakses level Weekly Challenge di menu utama.

Sebagai penikmat game yang tak suka diganggu iklan intrusif, hal ini jelas menjadi masalah bagi saya karena app yang ditawarkan sendiri terkesan dipaksakan kepada pemain hanya agar mereka bisa mengakses mode baru yang disediakan.

Dalam mode Weekly Chalenge tadi para pemain bisa mendapatkan poin Kadosaku yang menjadi salah satu “nilai jual” dalam game ini. Bagi kamu yang tidak tahu apa itu Kadosaku, fitur ini adalah semacam sistem penukaran poin berhadiah yang menggoda para pemainnya dengan aneka reward menarik mulai dari pulsa, voucer belanja, dan lain-lain.

Jadi, bila kamu tergolong sebagai gamer pemburu hadiah, mau tak mau kamu harus mengikuti langkah yang telah dijelaskan tadi.

Warung Chain | Screenshot 5

Masih dalam hal monetisasi, Touchten kali ini mengganti fitur upgrade warung yang sebelumnya ada dalam Ramen Chain, dan mengubahnya dengan sistem unlock level menggunakan koin yang pemain peroleh dari penyelesaian level.

Jumlah perolehan koin sendiri akan dilipat gandakan jika kamu bersedia menonton video iklan yang diselipkan Touchten di setiap akhir level. Dengan metode yang sama pula, kamu juga bisa menggandakan log in reward dua kali lipat seandainya bersedia menonton video iklan lainnya.

Cukup banyak sekali model penerapan iklan yang disertakan ke dalam game Warung Chain, mulai dari video ads, pemasangan app yang intrusif, hingga tutupan banner iklan pada bagian bawah layar permainan. Masalahnya adalah, Touchten tidak memberikan solusi untuk menghilangkan iklan-iklan tersebut meskipun kita sudah membeli IAP emas yang disediakan.

Hal ini membuat kita mau tak mau perlu membiasakan diri (dan juga memaklumi) betapa agresifnya monetisasi ads yang terdapat dalam Warung Chain. Toh, Warung Chain sendiri bisa kamu unduh dan mainkan secara gratis tanpa perlu membayar IAP sepeser pun.

Kesimpulan

Warung Chain | Screenshot 7

Secara keseluruhan, Warung Chain merupakan sebuah game time management apik yang begitu menghibur dan cocok dimainkan para penggemar game game kasual di luar sana. Lewat game ini, Touchten bisa dibilang telah berhasil menyajikan sebuah game time management yang cukup solid, baik dari segi presentasi dan juga gameplay.

Walapun kita menjumpai banyak sekali tawaran video iklan, mulai dari yang sifatnya komplementer hingga instalasi app yang masuk dalam taraf mengganggu, Warung Chain merupakan salah satu game lokal yang keberadaannya patut kita perhitungkan di bulan Mei.

Sebagai penutup, ijinkan saya undur diri dulu untuk melanjutkan karir saya sebagai pedagang warung bakso Malang terenak se-Malang raya. Selamat bermain.

Game Info
Warung Chain: Go Food Express
Touchten -  May 03, 2016
Genre:  Arcade
Size:   38M
Installs:   10 - 50
Gratis
Download

The post Review Warung Chain: Go Food Express – Penerus Ramen Chain yang Didambakan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review The Angry Birds Movie – Tontonan Ringan di Kala Liburan

$
0
0

Rasanya sudah semakin banyak kita mendengar kemunculan film yang diadaptasi dari video game. Mungkin kamu ingat beberapa judulnya seperti animasi Final Fantasy: The Spirits Within dan Final Fantasy VII: Advent Children, film penuh aksi Hitman: Agent 47, Street Fighter, dan Mortal Kombat.

Bahkan pada tahun ini akan ada versi live action dari dua francis game besar yang bisa kamu nikmati. Warcraft akan tayang pada musim liburan sekolah nanti, serta Assassin’s Creed di akhir tahun 2016.

Sambil menunggu perilisan dua film tersebut, saya ingin mengajakmu untuk sejenak melepas penat dengan film animasi komedi buatan Rovio Animation, salah satu divisi di Rovio Entertainment, yaitu The Angry Birds Movie.

Film ini memiliki kualitas animasi papan atas, dan sarat akan lelucon-lelucon yang menghibur. Meskipun terdapat beberapa plot yang melompat serta alur cerita yang mudah ditebak, namun The Angry Birds Movie dapat menjadi pilihan film untuk mengocok perutmu.

Kisah Red si burung pemarah

Review The Angry Birds Movie | Red sebagai Badut

The Angry Birds Movie mengisahkan Red, burung merah yang menjadi ikon utama game Angry Birds, yang memiliki sifat cuek dan terkesan pemarah. Tidak seperti para burung lainnya yang selalu ramah dan berbaik hati kepada sesama.

Namun sifat Red demikian bukanlah tanpa sebab. Di bagian awal film kamu akan mengetahui kisah masa kecil Red yang membuatnya menjadi burung pemarah, namun sayangnya garis penghubung tersebut tidak tersampaikan dengan kuat.

Karena suatu kejadian, Red kemudian diwajibkan mengikuti kelas anger management untuk meredakan kemarahannya. Di sesi tersebut, Red bertemu dengan Chuck, Bomb, Terence, serta Matilda sang pemimpin kelas yang ternyata juga memiliki isu kemarahan.

Review The Angry Birds Movie | Kelas Anger Management

Selagi mereka sedang berada dalam sebuah sesi, seluruh pulau dihebohkan dengan kedatangan para babi hijau yang mengaku ingin berteman dengan para burung. Namun bagi kamu yang pernah bermain Angry Birds pasti tahu tujuan mereka sebenarnya, mencuri telur.

Kehadiran para babi ini ternyata mampu memberikan variasi pada plot yang sedang berjalan. Konflik pun mulai jelas terlihat, meskipun saya yakin kamu sudah dapat menebak jalan ceritanya. Selain itu tingkah laku konyol dan bodoh para babi mampu memberikan warna baru kepada film ini.

Dari sini, keseluruhan film selanjutnya akan fokus pada kisah persahabatan dan petualangan Red, Chuck, dan Bomb melindungi telur-telur dari rencana jahat para babi.

Sarat humor dewasa

Review The Angry Birds Movie | Chuck dan Bomb Wise Lake

Jika kamu bermain Angry Birds untuk sejenak “mengistirahatkan” kerja otak, begitu juga ketika menonton film The Angry Birds Movie. Film ini memiliki alur cerita yang sebagian besar linear serta mudah diikuti, sehingga kamu bahkan tidak perlu berpikir untuk bisa mengerti film ini.

Di sepanjang film, kamu akan sering dibuat tertawa oleh tindakan konyol para babi, Chuck, Bomb, dan hampir semua karakter lainnya. Bahkan terdapat beberapa adegan yang mampu membuat saya terpingkal-pingkal.

Meskipun Lembaga Sensor Film memutuskan bahwa The Angry Birds Movie adalah film untuk semua umur, namun saya merasa bahwa film ini lebih pantas untuk dinikmati oleh remaja atau anak-anak dengan bimbingan orang tua.

Review The Angry Birds Movie | Babi Hijau dan Stella

Film ini memiliki referensi terhadap kultur pop yang mungkin hanya dimengerti oleh para remaja atau orang dewasa. Jika kamu lahir setidaknya di awal tahun ’90-an, kamu akan mudah mengidentifikasi referensi Daft Punk di tengah-tengah film, dan cuplikan lagu Never Gonna Give You Up serta Rock You Like a Hurricane yang mengiringi adegan tertentu.

The Angry Birds Movie memiliki banyak lelucon yang kurang pantas untuk anak-anak. Beberapa di antaranya pun dapat saya katakan sudah tergolong dewasa, misalnya (sedikit spoiler) ketika telur-telur tersebut dicuri, Chuck menyarankan para burung untuk mulai “membuat telur” lagi sebagai gantinya.

Untungnya kita berada di Indonesia. Anak-anak yang menonton film ini pada umumnya belum dapat mengerti percakapan humor dewasa tersebut dalam bahasa Inggris dan sang penerjemah film sudah menyesuaikan leluconnya dengan baik sehingga masih aman ditonton semua kalangan.

Animasi 3D yang bersaing dengan Pixar

Review The Angry Birds Movie | Seluruh Karakter

Siapa yang pernah menyangka sebuah studio game mobile mampu membuat film animasi layar lebar? Rovio yang berdiri pada tahun 2003, bekerja sama dengan Sony Pictures Imageworks dalam menciptakan The Angry Birds Movie.

Jujur, saya memiliki ekspektasi yang biasa saja terhadap kualitas grafis film ini. Namun ternyata The Angry Birds Movie mampu menyuguhkan kualitas yang dapat dikatakan bisa bersaing dengan studio animasi ternama seperti Pixar dan DreamWorks Animation.

Setiap karakter yang terdapat pada film ini unik, dan semuanya digambarkan dengan cukup detail. Hal yang sama juga berlaku pada berbagai objek film ini, mulai dari pepohonan, perairan, rumah-rumah, hingga (sedikit spoiler) ruangan berisi jutaan dinamit berhasil dipresentasikan dengan baik.

Elemen game Angry Birds yang cukup kental

Review The Angry Birds Movie | Katapel Red

Rovio ternyata tidak setengah-setengah menggarap film animasi layar lebar mereka ini. Para karakter di film The Angry Birds Movie diisi suaranya oleh bintang ternama Hollywood.

Jason Sudeikis (We’re the Millers, Epic), Josh Gad (Pixels, Frozen), dan Danny McBride (This Is the End, Pineapple Express) berhasil memberikan Red, Chuck, dan Bomb karakter yang kuat. Bahkan aktor senior Sean Penn (The Secret Life of Walter Mitty, Gangster Squad) turut mengisi suara sebagai Terence, meskipun hanya bergumam saja.

Namun masalahnya, The Angry Birds Movie seharusnya menceritakan sekelompok burung pemarah. Tetapi hanya Red yang terlihat pemarah pada film ini. Chuck malah bersifat ceria dan jenaka, dan Bomb yang, well, polos dan bodoh.

Review The Angry Birds Movie | Mighty Eagle

Meskipun sedikit menyimpang dari karakter, namun film ini secara mengejutkan dapat memasukkan elemen game ke dalam film tanpa terlihat terlalu memaksa.

Hal yang paling mudah ditemukan adalah katapel yang nantinya digunakan untuk melontarkan burung-burung melawan para babi hijau. Contoh lainnya di awal film, Red mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan satu hingga tiga bintang (penilaian di setiap level Angry Birds).

Seluruh karakter yang pernah muncul dalam game Angry Birds pun juga hadir dalam film ini, meskipun tidak dalam porsi yang sama. Selain tokoh utama, yaitu Red, Chuck, Bomb, Matilda, dan Terence, kamu juga akan melihat Stella, Hal, dan Bubbles sebagai cameo. Oh iya, Mighty Eagle juga memiliki kisahnya tersendiri di film ini, lo.

Sudahkah kamu mencoba sekuel ​game mobile jutaan dolar, Angry Birds 2?

Pilihan film kala liburan

The Angry Birds Movie adalah film yang seratus persen ditujukan untuk hiburan semata, melepas penat dari kesibukan sehari-hari. Tidak ada twist, momen menyentuh hati, ataupun alur cerita yang dalam di film ini. Semua yang dipresentasikan dapat diikuti dengan sangat mudah.

Sepanjang 97 menit, kamu akan terus diberikan kekonyolan-kekonyolan yang setidaknya mampu membuatmu tersenyum. Di balik humor-humor dewasa yang ditunjukkan oleh The Angry Birds Movie, film ini masih memiliki pesan moral untuk para anak-anak yang menontonnya.

Jika kamu sedang mencari film yang cocok untuk ditonton sekeluarga, atau sekadar “mengistirahatkan” otak, The Angry Birds Movie dapat menjadi alternatif tepat.

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review The Angry Birds Movie – Tontonan Ringan di Kala Liburan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Angry Birds Action! – Strategi Adalah Kunci Kemenangan

$
0
0

Saya rasa hampir semua gamer mobile sudah tidak asing lagi dengan Rovio dan Angry Birds. Developer game ternama dari Finlandia ini selalu mengeluarkan beragam iterasi inovatif dari seri burung merah pemarah favorit jutaan orang. Kali ini saya berkesempatan menjajal iterasi terbaru mereka yang tidak kalah unik dan menantang. Game tersebut ialah Angry Birds Action!

Angry Birds Action! dirilis berdekatan dengan jadwal penayangan film layar lebar hasil kerja sama Rovio dan Sony yang berjudul The Angry Birds Movie. Film dengan visual 3D ini masih tentang sang burung merah, namun dengan desain yang sangat berbeda dari versi orisinalnya. Nah Angry Birds Action! menggunakan desain terbaru dari film tersebut.

Angry Birds Action | Artwork

Balutan visual cerah penuh ragam warna

Pembaruan desain burung-burung dalam Angry Birds Action! sedikit banyak mengingatkan saya dengan kelucuan tokoh Minion dalam game Despicable Me: Minion Rush. Kamu akan menjumpai empat burung maskot andalan Rovio dalam game, yakni Red, Bomb, Chuck, dan Terence. Keempatnya hadir dengan perbedaan dalam jenis kemampuan.

Film The Angry Birds Movie tidak hanya menghadirkan desain baru para burung pemarah, tapi juga menyajikan lelucon yang menghibur

Presentasi 3D yang cerah dan tampil penuh warna juga membuat mata begitu nyaman memainkan Angry Birds Action! Tentunya hal ini akan semakin membuat kamu betah menikmati keseruan game ini. Bagi kamu yang mungkin sudah memiliki anak, Angry Birds Action! bisa menjadi salah satu alternatif video game untuk dimainkan bersama anak.

Angry Birds Action | Artwork 6

Dari kiri ke kanan, yakni Red, Bomb, Terence, dan Chuck.

Kompleksitas gameplay dan strategi permainan

Kamu yang sudah sangat familier dengan permainan Angry Birds mungkin akan merasakan kemiripan Angry Birds Action! dengan seri pendahulunya. Game ini masih mengandalkan mekanisme “melempar” burung untuk menghancurkan target. Bedanya, kali ini para burung bukan dilempar dengan katapel, tetapi ditarik berlari di daratan.

Angry Birds Action! menggunakan orientasi portrait pada tampilan permainan. Pemain akan melempar para burung pemarah cukup dengan tarikan satu jari ke belakang dari posisi mereka berdiri. Panjang tarikan ini bisa dilakukan setidaknya sepanjang ruas jari pemain.

Mekanisme permainan ini menjadi sulit saat para burung berada dekat pinggiran layar. Jari tidak memungkinkan menarik pada arah yang berlawanan dari posisi dempet tersebut. Satu-satunya cara apabila dalam kondisi seperti ini adalah dengan memantulkan burung pada sisi yang berdempetan.

Angry Birds Action Chuck | Artwork

Setiap burung juga memiliki keunikan masing-masing seperti game orisinalnya. Misalnya Bomb yang akan meledak saat mengenai target atau Chuck yang saking cepatnya sampai waktu di sekitarnya berhenti berjalan. Ini juga masih ditambah dengan senjata yang dapat dipakai seiring kamu memperolehnya level demi level.

Beberapa alat tersedia untuk kamu gunakan, seperti bola yang lebih cepat menggelinding saat memantul dari tabrakan, lalu ada kristal es yang membuat benda mana pun yang diterjang para burung langsung berubah menjadi es. Kehadiran alat-alat semacam ini menambah kompleks strategi untuk menyelesaikan tiap level.

Angry Birds Action | Artwork 4

Fitur lain yang juga meningkatkan kesulitan Angry Birds Action! adalah roda undian yang kamu putar setiap memulai suatu level. Roda ini akan mengacak tantangan tambahan apa yang akan ditambahkan dalam level tersebut. Salah satu yang cukup menyebalkan hingga saya harus bolak-balik mengulang adalah tambahan rintangan angin. Angin ini membuat burung tidak dapat berlari lurus karena pengaruh hembusannya.

Ragam target yang harus diselesaikan membuat permainan tidak cepat membosankan. Ada kalanya kamu harus mengumpulkan telur, ada juga harus mengumpulkan anak burung dalam satu sarang. Berjubelnya fitur dalam Angry Birds Action! serasa tidak akan habis untuk dimainkan.

Banyaknya fitur yang disediakan Rovio untuk memainkan Angry Birds Action! memang tak ayal menambah kerumitan setiap levelnya. Saya bahkan harus berulang kali game over karena kehabisan persenjataan.

Angry Birds Action | Screenshot 2

Sistem energi yang cukup wajar

Perlu kamu ketahui bahwa setiap level dalam Angry Birds Action! terdiri dari dua-tiga area yang harus dilewati. Setiap kali kalah, permainan masih bisa dilanjutkan dengan menggunakan gem. Jumlah yang dibutuhkan akan semakin mahal apabila kamu berulang kali game over. 

Angry Birds Action! hanya menyediakan tiga energi di mana setiap level menghabiskan satu energi. Jeda waktu untuk mengembalikan satu energi terasa agak lama saat saya ingin segera menyelesaikan banyak level dengan cepat. Namun, setidaknya ada satu opsi lain untuk mendapatkan energi gratis, yaitu dengan melihat iklan. Kehadiran mekanisme energi ini membuat sesi permainan tetap bisa dibatasi dengan sewajarnya.

Angry Birds Action | Bird Code 1 old

Ramai akan fitur-fitur bonus

Rovio juga menyediakan saluran ToonsTV berisi konten-konten animasi Angry Birds. Jadi sembari menunggu energi penuh kembali, kamu bisa menghabiskan waktu menonton berbagai judul film pendek seperti Piggy Tales, Angry Birds Stella, hingga favorit saya Rocket Science Show. Saya yakin anak-anak pasti sangat suka dengan hiburan tersebut.

Developer mempersembahkan banyak mini game melalui fitur Bird Code. Dengan memindai beragam kode unik bergambar Angry Bird, kamu  akan menjumpai banyak hal baru seperti mini game endless runner dan whack-a-mole.

Bila kamu memindai Bird Code di atas, kamu akan mendapatkan fitur Augmented Reality yang memungkinkanmu berfoto dengan salah satu dari keempat burung dalam Angry Birds Action! Para hewan lucu ini dapat diatur letaknya, disesuaikan ukurannya, hingga diubah posenya. Masih banyak kode-kode tersembunyi lainnya, beberapa di antaranya terdapat pada produk LEGO Angry Birds dan mainan Angry Birds dari restoran McDonald’s.

Angry Birds Action } Screenshot 10

IAP cukup mahal, tapi bersifat opsional

Awal permainan Angry Birds Action terasa mudah karena jumlah gem untuk modal bermain cukup banyak. Seiring kekalahan menghampirimu, kamu akan sadar betapa bergunanya gem.

Gem adalah produk IAP dari Angry Birds Action! yang dapat berfungsi sebagai bantuan apabila sesekali mengulang level. Sebagai game gratis, hal ini memang sangat lumrah ditemukan. Namun saya rasa harganya agak terlalu mahal pada pembelian jumlah besar.

Jumlah gem yang dibutuhkan selalu bertambah banyak kalau terus-menerus mengulang karena kalah ataupun kehabisan energi. Membeli IAP di Angry Birds Actions! serasa dirampok, tapi untungnya hal ini bersifat opsional.

Angry Birds Action | Artwork 7

Kesimpulan

Secara keseluruhan, saya pikir Angry Birds Action! juga memiliki faktor ‘X’ yang ada dalam semua iterasi sebelumnya. Terdapat faktor adiktif yang membuat saya memainkannya terus saking tidak terima dengan kekalahan dan juga karena rasa penasaran akan cara terbaik untuk menyelesaikan tiap level.

Angry Birds Action! pertama kali akan tampak sebagai sebuah game ceria penuh warna yang menyenangkan. Namun seiring permainan berlanjut, kamu akan menemukan banyak kesulitan yang bisa membuat frustrasi sendiri. Kompleksnya game juga terlihat dari banyaknya fitur yang tersedia sehingga penentuan strategi sebelum menembakkan para burung pemarah harus dilakukan dengan tepat.

Saya pribadi akan menyarankan untuk menggunakan IAP sebijaknya saja. Dengan gameplay yang cukup kompleks di setiap levelnya, mengeluarkan banyak uang untuk gem rasanya tidaklah perlu. Meskipun tingkat kesulitan tiap level terus meningkat, bermain secara santai dan perlahan tidak akan mengurangi keseruan Angry Birds Action! .

Rovio sebelumnya juga pernah merilis spin-off dari seri Angry Birds dalam genre RPG

Angry Birds Action! sangat cocok bagi anak-anak berkat aksi jenaka para burung pemarah yang bisa menjadi hiburan tersendiri. Namun, orang tua tetap harus mengawasi sesi permainan anak supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti membeli IAP berlebihan tanpa sadar.

Game Info
Angry Birds Action!
Rovio Entertainment Ltd. -  Apr 27, 2016
Genre:  Arcade
Size:   321M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

The post Review Angry Birds Action! – Strategi Adalah Kunci Kemenangan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Lenovo Vibe K4 Note – Pesaing Baru di Pasar Smartphone Mid-end

$
0
0

Pasar persaingan smartphone di kelas mid-end memang tidak pernah sepi pembeli. Ini yang menjadikannya seperti tambang emas bagi para produsen smartphone. Mereka berlomba-lomba untuk menelurkan produk-produk yang menyasar pasar menengah ini, dan salah satunya adalah Lenovo.

Tidak mau ketinggalan, Lenovo juga meluncurkan smartphone kelas menengah terbaru mereka, Lenovo K4 Note, yang dibanderol dengan harga cukup terjangkau. Dengan phablet terbaru mereka ini, Lenovo berusaha untuk bersaing di pasar mid-end, yang sebelumnya sudah diramaikan oleh berbagai produsen smartphone.

Seakan menjadi penyempurna Lenovo K3 Note yang hadir awal tahun lalu, Lenovo Vibe K4 Note kini hadir meramaikan pasar smartphone menengah dengan segudang fitur yang tersemat di dalamnya, seperti speaker stereo yang jernih dan nyaring, frame metal, juga sensor pemindai jari—spesifikasi yang hanya dapat kita temukan pada smartphone premium. Kualitas musik yang dihasilkan oleh Wolfson WM8281 juga cukup menarik untuk disimak bagi kalian para audiophile.

Dengan sederetan fiturnya yang menarik, apakah Lenovo Vibe K4 Note mampu untuk bersinar di tengah persaingan pasar smartphone mid-end yang sangat sengit ini? Simak artikel saya yang kali ini akan mencoba untuk mengupas lebih dalam tentang Lenovo K4 Note.

Spesifikasi

LayarIPS LCD 5,1 inci, 1080 x 1920 piksel, dengan Corning Gorilla Glass 3
ProsesorMediatek MT6753, Octa-Core 1,3 GHz Cortex-A53
GPUMali-T720MP3
RAM3 GB
Memori internal16 GB, microSD (mendukung hingga 128 GB)
Kamera13 MP f/2.2 dengan phase detection autofocus dan dual-tone flash
Kamera Depan5 MP f/2.2
Dimensi153,6 x 76,5 x 9,2 mm
Bobot158 g

Desain

Lenovo Vibe K4 Note dibalut dengan material berbahan plastik serta frame metal yang memberikan kesan elegan namun tetap tangguh. Bagian belakang yang memiliki permukaan matte tidak akan meninggalkan sidik jari serta memudahkanmu untuk menggenggam tanpa takut smartphone akan slip dari tangan. Bobot serta ukurannya juga terbilang cukup standar bagi kamu yang sudah terbiasa memegang phablet.

ReviewK4Note|Foto K4 Note Overall

Bagian depan Lenovo Vibe K4 Note memiliki bentang layar berukuran 5,5 inci yang beresolusi Full HD, kamera depan beresolusi 5 MP, dua speaker stereo bertenaga 1,5 W, proximity sensor—yang posisinya sedikit “tersembunyi, lampu notifikasi LED, dan tombol capacitive yang tidak dilengkapi dengan backlight—yang akan sedikit menyulitkan penggunaan pada kondisi gelap. 

Walaupun bagian depannya telah didominasi oleh layar yang besar, ternyata Vibe K4 Note tetap dapat menyematkan tombol capacitive dan speaker grill dengan desain yang ciamik. Posisi speaker grill yang menghadap ke pengguna memungkinkan keluaran suara yang maksimal. Dan dengan teknologi DOLBY ATMOS, pengalaman gaming kamu menjadi lebih maksimal.

ReviewK4Note|Kolase Sisi 1

Bagian sisi smartphone dibalut oleh frame metal yang membuatnya tampil layaknya smartphone premium. Tombol volume dan power berada pada sisi kanan smartphone sementara sisi kirinya tidak ada tombol apapun. 

Pada bagian atas smartphone terdapat port audio 3,5 mm dan lubang port charging/ Micro USB berada pada bagian bawah smartphone—berdampingan dengan microphone. Posisi port audio 3,5 mm sangat nyaman bagi kalian yang senang bermain game di smartphone kalian. 

ReviewK4Note|Foto sisi belakang

Bagian belakang smartphone ini dilengkapi oleh kamera beresolusi 13 MP dengan dual-tone flash, secondary mic, dan sensor pemindai sidik jari yang dapat bekerja dengan sangat baik. Walau dapat dengan cepat membuka layar, posisinya yang hampir menempel dengan kamera membuat saya beberapa kali mengotori kamera dengan sidik jari.

Panel pemindai sidik jari ini juga dapat digunakan sebagai tombol capacitive. Kamu bisa mengatur panel ini menjadi tombol back, home, recent app, dan bahkan sebagai tombol shutter untuk kamera.

Dengan baterai non-removable berkapasitas 3300 mAh, kamu dapat melakukan berbagai aktivitas hingga seharian penuh. Dengan penggunaan standar media sosial, browsing, beberapa kali memotret, dan mendengarkan musik, smartphone dapat bertahan hingga satu hari full. Saya tidak terlampau sering menggunakan smartphone ini untuk bermain game karena performa gaming yang sedikit kurang memuaskan.

Sayangnya, walau ukuran baterai cukup besar, tetapi Lenovo tidak menyertakan fitur fast charging. Saya membutuhkan waktu hingga lebih dari dua jam untuk mengisi daya pada smartphone ini dengan charger yang disertakan.

Performa Sistem

ReviewK4Note|Kolase UI

Kamu dapat memilih tampilan antarmuka VIBEUI atau tampilan antarmuka ala Android dengan melakukan pengaturan pada launcher

Dipersenjatai oleh prosesor Octa-Core MT6753 1,3 GHz, GPU Mali-T720 MP3, dan RAM 3 GB, hampir tidak ada stutter atau lag yang saya hadapi dalam penggunaan smartphone ini, kecuali ketika digunakan untuk bermain game. Kinerja prosesor dan GPU yang ada dalam smartphone sepertinya kurang ideal apabila digunakan untuk bermain game berat. Ketika saya menggunakan smartphone ini untuk bermain game seperti Real Racing 3, N.O.V.A 3, dan Modern Combat 5, kecepatan frame yang dihasilkan terlihat kurang nyaman untuk dimainkan. 

 Lenovo Vibe K4 NoteSony Xperia Z3+ DualXiaomi Redmi Note 3
Basemark OS 2.072914541537
Basemark X42921624414732
Antutu Score382155907575051
Geekbench3 Single Core60510561573
Geekbench3 Multi Core253134293570
GfxBench Manhattan4,2 fps23 fps14 fps

Terlepas dari performa gaming yang sedikit mengecewakan, smartphone ini memiliki kemampuan multimedia yang luar biasa. Smartphone ini mulai bersinar apabila kita berbicara tentang kemampuannya di bidang audio.

Salah satu keunggulan Lenovo Vibe K4 Note adalah codec audio Wolfson WM8281 yang digunakannya. Ini memungkinkan kamu untuk memainkan file audio beresolusi tinggi. Saya sedikit heran, kenapa Lenovo tidak mengiklankan smartphone ini sebagai smartphone audio.

ReviewK4Note|SS DOLBY ATMOS

Saya sempat mencoba smartphone ini untuk memainkan sebuah lagu dan hasil keluarannya cukup baik, dengan karakter suara yang sedikit warm dan suara vokal yang maju ke depan khas Wolfson. Keunggulan suara ini juga didukung oleh fitur DOLBY ATMOS yang semakin memperkuat karakter suara yang dimainkan melalui equalizer serta DSP yang ada di fitur ini. Speaker yang ada pada smartphone juga mampu memainkan suara dengan nyaring dan jernih. 

ReviewK4Note|Kolase VR

Lenovo menyematkan fitur Theater Max VR pada Vibe K4 Note, fitur yang memungkinkan kita untuk dapat menyaksikan konten apapun, terutama video, menggunakan kacamata ANTVR yang disertakan. Kamu dapat mengaktifkan mode VR ini dengan menahan tombol power kemudian nyalakan pengaturan VR Mode. 

Kamera

Lenovo Vibe K4 Note dipersenjatai kamera 13 MP f/2.2 dengan sensor Samsung ISOCELL yang memiliki beberapa fitur menarik: Phase detection autofocus serta dual-tone flash. Pada bagian depannya juga terdapat kamera 5 MP f./2.2.

ReviewK4Note|SS Interface kamera

Bagian antarmuka dari kamera sangat rapi. Kamu mungkin akan menemukan shooting mode yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan smartphone lain, tetapi masih nyaman digunakan.

Tersedia juga mode HDR, yang dapat kamu akses pada pojok kiri layar, sementara mode flash tersedia di bawah ikon HDR. Bagi kamu yang senang selfie, mode Beauty juga tersedia untuk kamu. Sensor pemindai jari yang ada pada bagian belakang smartphone dapat kamu atur juga untuk mempermudah pengambilan selfie—dengan menjadikannya sebagai tombol shutter.

ReviewK4Note - Foto 1

Hasil foto outdoor, pencahayaan baik

ReviewK4Note - Foto 2

Hasil foto outdoor macro

ReviewK4Note - Foto 3

Hasil foto indoor, pencahayaan baik

ReviewK4Note - Foto 4

Hasil foto indoor, low light

Hasil foto dari kamera cukup baik dengan reproduksi warna yang akurat. Masih terlihat sedikit noise, tetapi saya cukup maklum karena ini adalah kamera smartphone. Kamera depan kurang dapat memuaskan saya dengan kualitas gambarnya. Foto yang dihasilkan terbilang kurang tajam dengan warna yang sedikit pucat.

Verdict

Walau harganya berada di pasar menengah, smartphone ini tidak terasa “murah.” Frame metal yang menghiasi sisi smartphone terasa ciamik dengan kombinasi case plastik matte yang memberikan kesan premium. Penambahan sensor pemindai jari juga adalah salah satu fitur menarik yang hanya dapat kita temukan pada smartphone tertentu.

Kamera juga berhasil bekerja dengan baik. Sayangnya, kualitas kamera selfie tidak sebaik kamera belakangnya—juga apabila dibanding dengan kamera selfie dari smartphone lain. Ini dapat dimaklumi mengingat pasar yang diincar Lenovo adalah pasar mid-end—yang tidak terlalu menuntut fitur teratas.

ReviewK4Note|foto produk

Fitur yang menurut saya cukup bersinar adalah kemampuannya untuk memutar file audio beresolusi tinggi. Apabila kalian adalah audiophile yang berencana untuk membeli smartphone dengan kemampuan audio yang mumpuni, smartphone ini sangat cocok untuk kalian.

Performa gaming sedikit mengecewakan. Akan tetapi apabila kamu bukan gamer yang setiap hari bermain game berkualitas grafis tinggi, smartphone ini masih dapat kamu gunakan untuk memainkan game-game casual.

Lenovo Vibe K4 Note adalah smartphone yang menarik, terutama apabila kita melihat banderol harganya, yang hanya sekitar Rp3 jutaan. Lenovo terbukti berhasil untuk menghadirkan sebuah smartphone multimedia menarik yang pantas untuk dilirik di pasar smartphone mid-end yang selalu marak pembeli.

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Lenovo Vibe K4 Note – Pesaing Baru di Pasar Smartphone Mid-end appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Assassin’s Creed Identity – Game Premium yang Dibebani Skema Freemium

$
0
0

Jika kamu mendengar nama Assassin’s Creed, besar kemungkinan yang langsung terbayang di benakmu adalah sebuah aksi petualangan epik dengan melibatkan lokasi eksotis, serta perseteruan Assassin melawan Templar yang melatarbelakangi peristiwa penting dalam sejarah dunia nyata.

Pemahaman kita mengenai game Assassin’s Creed tadi terbentuk karena sejak awal seri tersebut rilis di tahun 2007 silam, Ubisoft telah membentuk identitas game action yang begitu kuat hingga mengakar dalam benak para pemainnya. Dan kini, lewat keberadaan game mobile terbarunya berjudul Assassin’s Creed Identity, Ubisoft seolah hadir memberikan fan service menarik untuk memperingati sembilan tahun Assassin’s Creed sebagai game action yang patut diperhitungkan di berbagai platform, termasuk mobile. 

Lantas bagaimana dengan permainannya sendiri? Apakah Ubisoft kali ini sukses menyajikan sebuah spin-off mobile yang layak menyandang nama besar Assassin’s Creed? Mari kita lihat sama-sama.

Iterasi terbaru dari petualangan sang Assassin di perangkat mobile

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 1

Assassin’s Creed Identity sendiri bisa dibilang adalah game mobile Assassin’s Creed pertama yang hadir membawakan pengalaman bermain urban-traversal action seperti dalam Assassin’s Creed versi console.

Sekadar informasi kecil saja, Ubisoft sebelumnya sudah cukup sering merilis versi mobile dari game Assassin’s Creed mulai dari era game Java hingga OS mobile modern seperti iOS dan Android. Namun dari sekian banyak game yang mereka hasilkan, belum ada yang dibuat sebagai game third person action menyerupai “cetak biru” dari permainan Assassin’s Creed versi console.

Secara garis besar, Assassin’s Creed Identity merupakan sebuah action RPG yang akan membawamu ke dalam aksi petualangan di zaman Renaissance Italia. Sama halnya dengan Assassin’s Creed versi console, dalam game ini kamu bermain layaknya seorang Assassin, di mana membunuh menjadi mata pencaharian utamamu untuk mendapatkan experience dan koin guna membeli equipment baru.

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 2

Ada dua mode permainan yang akan sering kamu jalani di sini, yaitu mode Campaign dan satu lagi adalah mode Contracts. Mode Campaign sendiri adalah jalinan misi dengan latar cerita yang kurang terkemas secara menarik tentang konflik antara Assassin melawan Crows, organisasi kriminal Italia yang berada di bawah naungan Templar.

Sedangkan untuk mode kedua, Contracts, kamu akan diajak menjalani rentetan misi tak bercerita dengan reward uang serta experience yang cukup menggiurkan untuk keperluan leveling Assassin kamu. Lewat mode ini kamu bahkan bisa “menyewa” karakter Assassin milik temanmu untuk membantu menyelesaikan kontrak yang kamu jalani.

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 3

Kalimat open-world sendiri sebetulnya juga kurang cocok untuk digunakan di game ini. Mengapa? Karena sebetulnya dunia yang ditampilkan Assassin’s Creed Identity terbagi-bagi dalam susunan peta yang tidak terlalu luas dan ditutup dinding pembatas di sana-sini.

Di sepanjang level ini, kamu akan berkeliling menjelajahi isi peta tersebut guna menyelesaikan berbagai objektif yang diberikan mulai dari membunuh target khusus, melindungi NPC tertentu, membuntuti lawan, dan lain-lain. Gaya permainan kamu nantinya juga akan ditentukan oleh tipe kelas Assassin yang kamu gunakan.

Terdapat empat kelas Assassin yang bisa kamu pilih dalam Assassin’s Creed Identity. Kamu bisa bermain sebagai Berserker yang unggul dalam hal pertarungan jarak dekat, Shadowblade yang ahli menyerang musuh dari jarak jauh, dan terakhir Trickster, Assassin yang unggul dalam mengecoh lawan-lawan mereka.

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 2

Kelas karakter keempat adalah Thief yang hanya bisa dimainkan jika kamu sudah “membeli” karakter tersebut lewat sebuah toko bernama Heroic Shop. Sesuai namanya, dengan karakter ini kamu bisa mencuri koin dari para NPC dan musuh, serta menggunakan bom flash untuk kabur dari kejaran penjaga.

Terlepas apa pun jenis kelas yang kamu pilih, toh ujung-ujungnya aksi membunuh tetap menjadi solusi utama kamu dalam menyelesaikan sebuah misi. Jadi apakah kamu mau melakukan pendekatan stealth atau tidak dalam sebuah misi, itu semua hanyalah soal gaya bermain kamu saja.

Kontrol yang membahayakan rencana stealth sang Assassin

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 4

Masih berbicara soal gameplay, Assassin’s Creed Identity memiliki penyakit yang sebetulnya juga seringkali dialami game third person action lainnya di luar sana, yaitu kontrol. Untuk skema pengendaliannya sendiri, kita diberikan virtual joystick yang bagian kirinya berfungsi untuk menggerakkan karakter dan posisi kanan untuk mengatur sudut pandang kamera kita.

Kedua kombinasi joystick tadi sangatlah penting untuk mengatur indikator “Parkour Helper” yang berfungsi sebagai alat pengukur apakah bangunan di depan kita bisa dipanjat atau tidak. Meskipun dengan konsep skema kontrolnya tadi pengendalian karakter game ini kelihatannya cukup simpel, namun pada kenyataannya mengatur posisi kamera dan gerakan sang Assassin tidaklah senikmat yang kita bayangkan.

Seringkali aksi memanjat dan menuruni tembok dalam Assassin’s Creed Identity terbentur faktor ketidaksengajaan saya dalam mengatur perspektif kamera. Entah apakah ini termasuk bug atau tidak, namun yang jelas saya berulang kali melakukan manuver bodoh yang tidak diharapkan, hanya karena pada saat itu saya justru memanjat dinding di saat saya seharusnya menyelinap dari balik tembok.

Sinkronisasi online yang menyebalkan

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 6

Internet lancar jaya tidak menjadi jaminan di sini

Bayangkan skenario semacam ini, kamu sudah susah payah menyelesaikan misi Campaign panjang di mana objektif sampingan di dalamnya juga sudah terselesaikan dengan sempurna. Begitu memasuki bagian penghitungan skor akhir, langkah permainanmu mendadak terhenti oleh gangguan konektivitas server yang berpotensi menghilangkan progres bermain sebelumnya. Menyebalkan bukan?

Skenario di atas merupakan contoh kasus yang saya alami dalam Assassin’s Creed Identity. Dengan tujuan untuk menyimpan datamu agar sang Assassin bisa digunakan pemain lain di luar sana, saya melihat Ubisoft telah menciptakan sistem sinkronisasi online yang kurang begitu efektif karena mau tidak mau kamu harus tersambung internet di saat sebagian besar permainanmu dihabiskan dalam game single player.

Sinkronisasi data pemain akan selalu berlangsung baik itu di saat kamu mengatur kelengkapan equipment karakter, penjelasan objektif misi, proses leveling skill, dan banyak lagi lainnya. Durasi sinkronisasinya juga tidak bisa ditebak, bahkan di saat indikator sinyal paket data saya sedang penuh sekalipun. Jadi jika kamu sedang bermain Assassin’s Creed Identity, pastikan kamu telah tersambung dengan koneksi internet yang cukup mumpuni.

Ada sisa-sisa skema game freemium di balik bungkusnya sebagai game premium

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 6

Uh… oh apa ini? Mahal sekali

Dengan harganya yang tidak murah (saat tulisan ini dibuat game tersebut dibanderol seharga Rp75.000), saya mengharapkan Assassin’s Creed Identity sebagai game premium yang memiliki konten hiburan cukup berbobot seperti halnya seri Grand Theft Auto, Max Payne, dan game mobile premium lainnya. Sayangnya, harapan saya tadi sirna karena dicemari keberadaan skema IAP dengan model penyampaian yang hampir kurang lebih sama seperti game Assassin’s Creed modern, dalam hal ini Assassin’s Creed Unity.

IAP yang saya maksudkan adalah pembelian koin Animus yang perlu kamu pergunakan untuk upgrade senjata, membeli skill “spesial”, membuka slot Assassin serta senjata tambahan, dan lain-lain. Kebutuhan koin yang terkadang tidak sebanding dengan perolehan di saat menyelesaikan misi memaksa untuk melakukan grinding terus menerus atau mencari jalan pintas lewat pembelian IAP yang sangat mahal tadi.

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 8

Oh jadi kamu ingin mengenakan kostum versi hitam dari Altair, silakan beli game ini untuk kedua kalinya supaya bisa mendapatkannya

Sekadar informasi saja, Assassin’s Creed Identity awalnya memang dikembangkan sebagai game free-to-play sebelum Ubisoft memutuskan untuk menjualnya dengan harga premium.

Meskipun IAP tersebut awalnya tidak terkesan termasuk mengganggu, namun begitu kamu menyelesaikan sepuluh misi utama dalam mode Campaign, konten Assassin’s Creed Identity secara perlahan mulai diarahkan menuju aktivitas grinding tak berkesudahan, monetisasi DLC, serta pembelian outfit spesial agar Assassin kamu terlihat seperti jagoan utama dari serial Assassin’s Creed di console.

Ke depannya, jika model persaingan leaderboard mulai diterapkan, bisa jadi Ubisoft akan semakin agresif mengimplementasikan monetisasi mereka di Assassin’s Creed Identity. Intinya jika kamu sudah berhasil menamatkan mode Campaign game ini, maka bersiap-siaplah karena sesungguhnya permainan utama dari Assassin’s Creed Identity baru mulai berjalan.

Kesimpulan

Assassins Creed Identity Review | Screenshot 9

Terlepas beberapa kekurangan tadi, Assassin’s Creed Identity sebetulnya adalah game action yang mungkin saja mendapat nilai sempurna jika saja tidak diboncengi monetisasi IAP yang membuat alur permainannya sedikit mirip dengan game freemium di luar sana.

Dengan kelebihannya sebagai game action yang mendekati pengalaman bermain Assassin’s Creed versi console, saya tidak menampik jika ke depannya Assassin’s Creed Identity bisa menjadi kandidat game mobile terbaik di tahun 2016. Kita lihat saja nanti bagaimana perkembangan konten yang dihadirkan Ubisoft, akankah mereka berhasil atau tidak, biar lah waktu yang membuktikan.

Berhubung harganya cukup mahal, untuk saat ini saya sarankan kamu lebih baik menunggu hingga adanya potongan harga atau kemungkinan digratiskannya game ini oleh Ubisoft seperti yang dialami Assassin’s Creed Pirate setahun setelah game tersebut dirilis.

Game Info
Assassin's Creed Identity
Ubisoft Entertainment -  May 18, 2016
Genre:  Action
Size:   97M
Installs:   10,000 - 50,000
75,000
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Assassin’s Creed Identity – Game Premium yang Dibebani Skema Freemium appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Beat Racer – Balapan Mobil sambil Ditemani Musik EDM

$
0
0

Rhythm game merupakan salah satu jenis game yang sangat jarang dirilis. Meskipun begitu, tidak jarang terdapat penggemar game bergenre musik—termasuk saya. Beberapa game bernuansa ritme seperti Patapon, Elite Beat Agents, DJ Max, serta Bust A Groove adalah beberapa judul favorit saya.

Beat Racer merupakan game pertama yang dikembangkan dan dirilis oleh sebuah developer baru bernama Lila Soft. Perusahaan pengembang game yang juga adalah anak perusahaan dari D’strict Holdings ini telah melakukan beberapa proyek lainnya, seperti projection mapping, hologram, dan konten augmented reality. D’Strict Holdings sendiri pernah melakukan pemasangan hologram untuk PSY dan BIGBANG, serta projection mapping untuk launching show Tiffany di Beijing.

Beat Racer adalah game balapan mobil yang terinspirasi oleh musik dari Daft Punk dan film yang berjudul Tron. Perpaduan dunia yang penuh cahaya ditemani dengan musik EDM (electronic dance music) sangatlah kental di Beat Racer. Kita seakan dibawa memasuki sebuah dunia digital yang penuh musik dan diajak balapan dengan menggunakan mobil sambil berusaha mengalahkan musuh berupa mobil lainnya.

Melaju dan mengalahkan musuh dengan musik futuristis

Beat Racer - logoPada Beat Racer, kamu akan memulai balapan di delapan dunia dengan musik yang berbeda. Kamu diajak untuk mengumpulkan Beat Coin dan Crystal yang tercecer pada dunia tersebut. Nantinya ini akan menjadi mata uang di Beat Racer.

Kamu diharuskan untuk menjadi pembalap dengan posisi terdepan di setiap dunia. Karena begitu posisi kamu dibalap oleh musuh, maka seketika itu juga kamu akan mati. Kontrol dari game ini sangatlah mudah karena kamu hanya perlu melakukan gerakan swipe ke kiri, kanan, dan atas untuk menghindari rintangan, serta swipe bawah untuk menyerang musuh.

Beat Racer - Screenshot1Meskipun memiliki kontrol yang mudah, kemunculan Beat Coin, Crystal, rintangan, dan musuh yang acak dapat menggagalkan ambisimu untuk bertahan hidup di Beat Racer. Sering kali saya kalah karena berambisi mengambil seluruh Beat Coin dan Crystal, lalu tertabrak oleh rintangan yang berada tepat di depannya.

Menabrak rintangan tidaklah membunuh kamu secara langsung, tetapi Beat Point kamu di atas layar akan langsung kembali kosong dan musuhmu akan langsung menyambar dan memusnahkan kendaraanmu. Semakin jauh kamu bertahan hidup melewati dunia dalam Beat Racer, maka akan semakin sulit rintangan yang ada dan semakin banyak jumlah Beat Coin dan Crystal yang akan kamu akumulasi.

Beat Coin dapat kamu gunakan untuk membeli mobil baru atau melakukan upgrade mobil yang ada. Sedangkan Crystal dapat kamu gunakan untuk hidup kembali jika kamu musnah ditabrak lawan, atau untuk membeli dunia baru pada fitur Challenge. Sayangnya tidak ada kegunaan lain dari kedua mata uang tersebut selain yang tadi telah disebutkan.

Jalanan penuh dengan lampu neon yang terinspirasi oleh Tron

Beat Racer memiliki delapan dunia yang disajikan dengan sangat indah di bawah gemerlap warna lampu neon. Setiap dunia memiliki pemandangan yang berbeda ditemani alunan musik EDM.

Dengan seluruh elemen dari game yang didesain secara tiga dimensi, visual dari Beat Racer dapat dipastikan merupakan kelas atas. Pemandangan yang diberikan juga berubah sesuai dengan jumlah combo yang dilakukan oleh kamu. Combo keberhasilan mengumpulkan Beat Coin dan Crystal secara berturut-turut dapat mengubah efek warna lampu neon dari biru menjadi kuning dan merah.

Beat Racer - Screenshot2Selain mengubah efek warna lampu neon, keberhasilan combo juga dapat memberikan efek kekal dan tak terkalahkan seperti Mario dalam Super Mario Bros. saat mendapatkan bintang emas. Mobil kamu akan melaju dengan sangat kencang untuk waktu yang terbatas. Kamu dapat menabrak seluruh rintangan. Selain itu, tidak akan ada musuh yang dapat mengejar dan menyerangmu selama beberapa detik.

Pemandangan futuristis serta efek yang modern bertebaran di sepanjang game. Efek pada saat mendapatkan Crystal berwarna merah dan meledaknya musuh yang berwarna biru cukup memberikan kepuasan diri pada saat bermain.

Musik EDM fantastis serta adiktif

Musik electronic dance dalam Beat Racer tidak dapat dimungkiri keindahannya. Kamu diajak untuk memainkan game seperti mendengarkan album yang berisi delapan judul musik EDM. Untuk mendengarkan musik berikutnya, kamu dipaksa untuk melewati dunia tersebut.

Bagi para pencinta musik EDM seperti Daft Punk atau Skrillex, kamu pasti mengetahui bahwa musik dari Beat Racer sudah melebihi musik sebuah game. Bahkan sangat mungkin untuk Lila Soft untuk merilis sebuah CD musik yang berasal dari soundtrack Beat Racer secara komersial.

Alunan musik EDM yang menemani kamu dalam menghindari rintangan dan juga mengalahkan musuh memberikan semangat untuk melewati dunia tersebut. Efek suara pada saat mendapatkan Beat Coin serta Crystal juga sangat pas disesuaikan oleh musik. Dapat diakui bahwa musik EDM adalah nilai utama dari Beat Racer. Wajib bagi kamu untuk memainkan game ini sambil menggunakan headphone.

Grinding yang membosankan disertai monetisasi yang tidak memaksa

Meskipun disertai dunia tiga dimensi yang memukau serta musik EDM yang sangat merdu didengarkan di telinga, saya merasa bosan untuk memainkan Beat Racer secara terus-menerus. Grinding yang kamu lakukan tidak begitu memberikan perubahan yang berarti kecuali kecepatan dari mobil yang kamu gunakan.

Beat Racer - Screenshot3Fitur upgrade mobil hanya menambah kecepatan mobil. Sedangkan fitur membeli jenis dan warna mobil baru hanyalah sebagai penghabis mata uang Beat Coin kamu. Saya berharap untuk update ke depan akan ada fitur power up atau equipment pada mobil agar gameplay terasa lebih seru dan tidak membosankan.

Pada fitur Challenge, kamu dapat memilih dunia dan menorehkan skor tertinggi—bahkan skor sempurna. Kamu dapat melakukan grinding Beat Coin dan Crystal di sini jika hanya ingin memainkan game ini selama lima menit saja.

Beat Racer juga memberikan banyak kemudahan mendapatkan Beat Coin dan Crystal melalui bonus login harian dan juga dengan menonton iklan. Seperti biasa, kamu mendapatkan Beat Coin atau Crystal secara gratis hanya dengan menonton iklan berdurasi tiga puluh detik hingga satu menit. Fitur microtransaction tidak begitu penting selain hanya untuk mempercepat permainan.

Dunia dan musik yang memukau dengan gameplay datar

Percobaan awal Lila Soft dalam memasuki industri game mobile tidak dapat diremehkan. Mulai dari musik EDM yang memukau disertai dengan dunia yang dipoles dengan indah sesuai dengan tema dapat menciptakan sebuah lingkungan yang menarik untuk dimainkan.

Sayang hal ini tidak dipadukan dengan fitur yang menarik serta adiktif bagi para pemain untuk dapat kembali bermain secara terus-menerus. Kurangnya fitur power up dan juga equipment pada mobil yang kamu mainkan membuat game ini cepat terasa membosankan. Bayangkan betapa menarik dan luasnya Beat Racer bila memiliki fitur tersebut.

Saya juga berharap pada update ke depan Lila Soft dapat memasukkan fitur untuk memilih penggunaan kontrol yang lebih banyak, seperti tap dan tidak hanya swipe saja. Karena terkadang kontrol swipe bisa jadi tidak responsif jika kita ingin bermain santai.

Suka game bertema balapan? Cek daftar game balap motor terbaik untuk Android di sini

Kesimpulannya, Beat Racer adalah game yang menarik untuk dimainkan baik dari segi musik dan juga visual. Beat Racer sangat layak untuk dicoba dan memiliki potensi untuk memberikan fitur lebih baik ke depannya. Beat Racer sudah tersedia untuk iOS untuk iPhone dan iPad dan akan muncul untuk platform Android dalam waktu dekat.

Game Info
Beat Racer
LILA SOFT -  May 18, 2016
Genre:  Games, Music, Arcade
Size:  79.63 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah dan Iqbal Kurniawan)

The post Review Beat Racer – Balapan Mobil sambil Ditemani Musik EDM appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review VOEZ – Melodi Warna-Warni

$
0
0

Rayark kembali mempersembahkan sebuah game rhythm untuk platform iOS dan Android. Setelah sebelumnya sukses dengan Cytus serta Deemo yang cukup keren, kini mereka menyajikan VOEZ dengan nuansa yang lebih ceria. Khas game bikinan Rayark, VOEZ tampil dengan tampilan visual menggoda, memastikan siapa pun yang melihat susah memalingkan kepala.

Saya sendiri tidak mau terlalu hype terhadap VOEZ ketika diumumkan karena saya punya pengalaman buruk dengan kedua game pendahulunya dalam hal teknis. Mungkin kamu masih ingat bagaimana Cytus Lambda punya waktu loading yang cukup parah. Deemo versi PS Vita pun dirilis dengan banyak bug mengganggu. Apakah VOEZ berhasil mematahkan pandangan pesimis saya? Simak di bawah.

VOEZ | Screenshot 1

Dinding always online yang menyebalkan

Begitu mulai memainkan VOEZ, saya langsung disambut oleh pesan menyebalkan yang menyatakan bahwa saya harus selalu online selama bermain. Game wajib online di mobile memang sudah lumrah, namun biasanya kebutuhan tersebut muncul di game yang memang butuh interaksi multiplayer. Kalau cuma game rhythm dan single player, mengapa harus selalu online? Saya jadi bingung.

Belakangan kemudian saya jadi tahu bahwa penyebab harus online tersebut adalah adanya sistem sejenis cross-save dalam VOEZ. Setelah kamu mendaftar, kamu bisa menggunakan akunmu baik di iOS maupun Android, dan save data milikmu akan tersinkronisasi. Seluruh lagu yang sudah kamu buka ikut terbawa di semua device, namun kamu hanya boleh log in di satu device dalam satu waktu.

VOEZ | Screenshot 2

Sayangnya, pada prakteknya proses pergantian akun adalah hal yang cukup ribet untuk dilakukan, apalagi kalau kamu log in dengan akun Facebook. VOEZ otomatis terhubung pada aplikasi Facebook yang kamu miliki, jadi saat ganti akun kamu terlebih dahulu harus log out dari aplikasi Facebook tersebut. Hati-hati juga jangan sampai log in saat perangkat lain sedang menggunakan akunmu, karena hal tersebut bisa menimbulkan eror sehingga aplikasi harus ditutup paksa.

Secara teori sebenarnya fitur cross-save cukup menarik, tapi pada akhirnya keharusan online setiap waktu malah mengganggu karena bila koneksi internetmu bermasalah kamu benar-benar akan langsung ditendang keluar permainan. Ditambah lagi tiap kamu mulai main, game ini selalu melakukan pengecekan update. Saya sangat tidak menyarankan kamu main VOEZ tanpa koneksi Wi-Fi yang lancar.

VOEZ | Screenshot 3

Seperti Deemo, namun lebih canggih

VOEZ memiliki permainan inti yang cukup mirip dengan Deemo. Kamu harus menekan not-not yang berjatuhan dari atas dengan cara tap, hold, maupun slide, namun dengan variasi baru sehingga permainan terasa lebih menarik. Contohnya, not yang sedang jatuh bisa tiba-tiba berubah posisi sebelum sampai tujuan. Ada juga jenis not hold yang bisa bergeser, jadi kamu harus melakukan hold sambil slide bersamaan.

Banyaknya variasi not didukung oleh tampilan antarmuka keren, membuat setiap lagu yang kamu mainkan jadi terasa sangat seru. Suasananya agak sulit dijelaskan kalau hanya lewat teks dan screenshot, jadi saya sarankan kamu lihat saja video gameplay di akhir artikel ini. Yang jelas kepopuleran Rayark sebagai salah satu pengembang game rhythm ternama bukan hanya isapan jempol.

VOEZ | Screenshot 4

Meski gameplay yang ditawarkan sangat seru, saya sedikit kecewa karena lagi-lagi saya menemukan masalah teknis di mana efek suara yang muncul saat bermain selalu berbunyi terlambat sekitar setengah detik dari waktu memencet notnya. Entah apa penyebabnya, yang jelas ini bukan masalah kalibrasi dan sepertinya tergantung dari device yang kamu miliki. Akhirnya saya putuskan untuk mematikan saja efek suaranya supaya bisa main dengan nyaman.

Selain fitur gameplay utama, VOEZ menyediakan mode Diary yang isinya adalah kombinasi antara ilustrasi keren, sedikit cerita, dan quest. Dengan memenuhi kondisi yang diminta oleh quest, kamu bisa membuka entri Diary baru serta mendapatkan kunci. Kunci tersebut berguna untuk membuka lagu baru atau membuka player icon untuk menghiasi profilmu.

VOEZ | Screenshot 5

Masih kekurangan konten gratis

Kekurangan terbesar VOEZ bila dibandingkan Cytus maupun Deemo adalah jumlah lagunya yang saat ini masih terlalu sedikit. Total hanya ada lima puluh lagu dalam game, dan hanya sepuluh di antaranya yang bisa dimainkan secara gratis. Kamu memang bisa membuka lagu baru dengan kunci dari quest, tapi maksimal paling-paling kamu hanya akan mendapat empat lagu tambahan.

Untuk membuka sisa lagu lainnya kamu harus membeli kunci sebagai in-app purchase seharga kurang lebih US$1 per kunci (Rp14.000 di Play Store Indonesia). Harga tersebut saya rasa masih ada dalam kisaran wajar untuk konten game rhythm begini. Ke depannya Rayark juga menjanjikan VOEZ akan jadi game rhythm dengan jumlah lagu terbanyak yang pernah ada, jadi jumlah kontennya pasti akan terus bertambah.

Hanya ada satu hal yang agak tidak jelas dari segi IAP dalam VOEZ yaitu player icon. Terdapat total 264 player icon dalam game ini, dan untuk tiap satu kunci kamu bisa membuka tiga icon secara acak. Artinya kamu butuh sekitar 80 kunci untuk membuka semua icon yang jelas-jelas sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap gameplay. Yah, anggap saja ini fitur gacha khusus fan hardcore dan para sultan.

VOEZ | Screenshot 6

Kesimpulan

VOEZ kembali memantapkan posisi Rayark sebagai salah satu developer game rhythm terbaik di platform mobile, terutama dari urusan gameplay. Variasi-variasi not yang seru ditambah efek visual cantik adalah formula sukses yang masih terus dipertahankan. Untuk sekarang VOEZ memang masih kekurangan konten, namun saya yakin game ini bisa populer untuk waktu yang lama.

Kalau kamu mengunduh VOEZ sekarang dan berharap untuk main tanpa mengeluarkan uang, siap-siap saja cepat bosan karena lagunya itu-itu saja. Mungkin ada baiknya kamu menunggu dulu sampai Rayark merilis update berisi konten tambahan. Tapi kalau tujuanmu sekadar ingin tahu saja, atau penasaran karena kamu adalah fan game Rayark, VOEZ tak ada ruginya untuk dicoba.

Game Info
VOEZ
Rayark International Limited -  May 25, 2016
Genre:  Games, Music, Music, Arcade
Size:  170.75 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review VOEZ – Melodi Warna-Warni appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Phantom of the Kill – Jalan Tak Berujung

$
0
0

Perkenalan perdana saya dengan Phantom of the Kill adalah saat menghadiri gelaran Tokyo Game Show tahun lalu. Saya yang sempat berkunjung ke booth milik Fuji & Gumi Games kala itu cukup terpesona dengan kemegahan panggung serta beragam acara yang mereka hadirkan, di samping karena tergiur iming-iming merchandise gratis yang dibagikan oleh para penjaga booth berparas cantik.

Saat itu saya cukup kecewa karena Phantom of the Kill hanya tersedia secara eksklusif di Jepang. Namun, hati kecil saya cukup rela tidak bisa memainkannya melihat desain gameplay yang kental dengan aktivitas grinding tiada henti. Impresi tersebut kini terkonfirmasi, setelah saya memainkan Phantom of the Kill versi global yang dirilis oleh Gumi beberapa saat lalu.

Walaupun demikian, Fuji & Gumi Games mengklaim bahwa Phantom of the Kill cukup populer karena telah dimainkan oleh lebih dari 3,5 juta gamer mobile di Jepang. Apakah ada hal menarik lainnya di samping aktivitas grinding yang membuat sekian banyak gamer tertarik memainkannya? Mari simak ulasan saya lebih lanjut.

Phantom of the Kill Initial Loading | Screenshot

Rakus data

Kesan pertama yang saya dapatkan setelah mengunduh Phantom of the Kill di iPhone adalah sangat rakus akan data. Segera setelah aplikasi terpasang di perangkat, game langsung meminta tambahan data untuk diunduh. Alhasil ukuran file yang pada awalnya “hanya” sekitar 100 MB langsung membengkak menjadi sekitar 1,2 GB.

Tidak berhenti sampai di situ, game akan selalu mengunduh data dari server setiap kali saya hendak terjun ke sebuah misi. Merekrut anggota tim, memodifikasi equipment, memperbaiki senjata, hingga menampilkan aksi duel antara dua unit pun semuanya membutuhkan koneksi internet untuk menentukan berhasil atau tidaknya aktivitas yang saya lakukan.

Kebutuhan untuk selalu terkoneksi dengan server ini mungkin akan cukup memberatkan bila kamu memiliki kuota internet terbatas. Kebutuhan ini membuat bermain Phantom of the Kill menjadi dilematis, mengingat Fuji & Gumi Games mendesainnya sebagai game mobile yang dapat dimainkan di mana saja.

Phantom of the Kill Anime | Screenshot

Karakter dan animasi keren yang mubazir

Fuji & Gumi Games menghadirkan desain karakter yang keren khas JRPG. Selain itu, mereka juga melengkapi narasi dalam game dengan cutscene berupa video animasi pendek. Mengikuti kisah dalam game bagaikan sedang menonton sebuah episode anime atau menikmati visual novel.

Sayangnya, kisah dalam Phantom of the Kill termasuk cukup sulit untuk dicerna. Latar belakang cerita tentang umat manusia yang berada di ambang kepunahan dan harus melawan para monster dengan bantuan sekelompok orang berkekuatan khusus terkesan sangat absurd dan sulit dipahami. Belum sempat saya memahami latar belakang konflik yang terjadi maupun keterkaitan antar karakter, game sudah menghadirkan sederet tokoh baru lagi dengan cerita masing-masing.

Setelah menampilkan sederet karakter yang tampak badass, developer malah menampilkan mereka dalam visual bergaya chibi 3D saat berada dalam gameplay utama. Tidak ada yang salah dengan pilihan ini memang, namun menurut saya tampilan chibi 3D malah membuat pertarungan dalam Phantom of the Kill terkesan menjadi sekadar bercanda. Perasaan ini mirip ketika saya bermain Corpse Party: Blood Drive tahun lalu.

Phantom of the Kill Gameplay | Screenshot

Strategi kompleks

Permainan strategi dalam Phantom of the Kill mirip dengan Fantasy War Tactics yang telah dirilis oleh penerbit Nexon terlebih dahulu. Kamu akan membentuk sekelompok tim untuk berhadapan dengan para monster dalam arena berbentuk tile-based.

Setiap karakter memiliki karakteristik masing-masing. Ada yang tangguh dalam pertarungan jarak dekat, sebagian lainnya mampu melancarkan serangan dari jarak jauh, serta yang bisa berperan sebagai karakter support dengan memberikan efek buff maupun heal. Mekanisme seperti ini cukup memberikanmu keleluasaan dalam mengatur strategi.

Kamu dan lawan secara bergantian menggerakkan semua unit masing-masing dalam pertempuran hingga salah satu pihak berhasil mengalahkan semua unit milik lawannya. Terdapat bonus yang bisa diperoleh dengan menyelesaikan tantangan dalam setiap misi, seperti meraih kemenangan hanya dalam sejumlah langkah atau tidak kehilangan satu unit pun selama pertempuran. Kehadiran tantangan sampingan ini membuat pertarungan semakin seru, demi mengejar bonus yang sangat berguna untuk memperkuat tim secara keseluruhan.

Phantom of the Kill Grinding | Screenshot

Grinding tak berkesudahan

Awal permainan Phantom of the Kill melawan musuh berkekuatan seimbang terasa menyenangkan, dengan kekuatan unit milikmu yang sedikit lebih kuat sehingga kamu bisa membiasakan diri dengan mekanisme game. Tingkat kesulitan ini menanjak sangat curam setelah menjalani lebih dari dua puluh misi dalam mode Story.

Hasil dari pertempuran berjalan relatif antara kekuatan unit milikmu dengan kekuatan pihak musuh. Bila kamu lebih kuat, maka kamu hampir bisa dipastikan akan menang. Sebaliknya, bila kamu kalah kuat, maka kamu harus melakukan grinding terlebih dahulu untuk meningkatkan level.

Mekanisme grinding seperti ini akan berjalan sepanjang server Phantom of the Kill masih beroperasi, atau selama kamu masih memiliki minat untuk memainkannya. Walau kamu telah menamatkan mode Story pun, saya rasa Fuji & Gumi Games akan terus menambahkan cerita tambahan yang membuat umur game menjadi semakin panjang.

Selain mode Story, kamu juga dapat menikmati beragam mode permainan maupun tantangan lain yang hadir secara berkala. Terdapat pilihan quest sampingan, event tantangan dalam jangka waktu terbatas, serta mode Colosseum yang akan menghadapkanmu dengan pemain lain secara online. Menyelesaikan beragam misi sampingan ini akan memberimu reward khusus serta poin EXP yang sangat berguna untuk meningkatkan level unit milikmu.

Phantom of the Kill Summon and Lazuli | Screenshot

Sarat unsur judi

Sebagian besar hero dalam Phantom of the Kill dapat diperoleh secara acak dengan menggunakan fitur Summon. Ada dua jenis Summon yang bisa kamu lakukan, yaitu Summon dengan menggunakan poin Mana dan Summon dengan mata uang premium berupa Lazuli.

Sayangnya, untuk mendapatkan karakter hero yang benar-benar berguna dalam pertempuran, kamu diminta untuk menggunakan Lazuli yang cukup mahal bagi gamer mobile di Indonesia. Untuk memanggil satu hero dengan Lazuli, setidaknya kamu harus morogoh kocek sekitar Rp75.000.

Bagaimana bila bermain tanpa uang? Pengalaman saya melakukan Summon dengan poin Mana selalu menghasilkan hero maupun equipment “sampah” yang hanya berguna sebagai material Fusion untuk memperkuat hero atau senjata.

Kamu pun belum tentu akan mendapatkan hero yang diinginkan karena game mengadopsi sistem gacha. Game akan mengacak hero yang muncul, sehingga kamu perlu melakukan Summon entah berapa kali hanya untuk mendapatkan hero yang diincar.

Phantom of the Kill Characters | Banner

Unsur judi tidak terbatas hanya pada Summon hero. Untuk proses Fusion hero maupun senjata, hingga memperbaiki equipment yang rusak pun, semuanya melibatkan probabilitas di mana aktivitas yang kamu lakukan bisa gagal. Bila kamu ingin agar semua aktivitas itu dijamin berhasil, maka kamu dipersilakan untuk menggunakan mata uang premium.

Kamu sebenarnya bisa memperoleh Lazuli secara cuma-cuma dengan menyelesaikan serangkaian misi dalam game. Namun, jumlah yang bisa kamu peroleh dengan cara ini sangatlah kurang dibandingkan kebutuhan untuk menyusun tim kuat guna mendapatkan progres bermain.

Phantom of the Kill Main Screen | Screenshot

Kesimpulan: Hanya untuk penggemar RPG strategi yang sabar (atau kaya)

Phantom of the Kill sebenarnya dibuat dengan cukup bagus. Desain antarmuka yang dibuat vertikal menjadikan pengalaman bermain di smartphone terasa sangat nyaman. Elemen strategi yang ada dalam game juga cukup kompleks dengan banyak hero yang bisa dikumpulkan. Sayangnya, semua sisi positif tersebut dibayangi oleh paywall yang tinggi serta aktivitas grinding tiada henti.

Bermain Phantom of the Kill terasa seperti diisap ke sebuah lubang hitam tak berujung. Bila kamu mencari game sejenis yang lebih berkualitas, saya sarankan kamu bermain Banner Saga atau Lost Frontier yang walaupun dirilis sebagai game berbayar, namun memiliki value jauh lebih tinggi.

Game Info
Phantom of the Kill
gumi Inc. -  May 17, 2016
Genre:  Role Playing
Size:   34M
Installs:   10,000 - 50,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Review Phantom of the Kill – Jalan Tak Berujung appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Touch Tank – Tekan, Tahan, dan Lontarkan!

$
0
0

Sebagai satu dari sekian developer yang namanya sudah cukup sukses di tanah air, Touchten saya rasa sudah identik dengan aneka game mobile berkualitas yang tak kalah menarik dengan game buatan developer luar negeri.

Lewat ragam keunikan tema dari setiap game yang mereka bawakan, developer asal Jakarta ini selalu saja berhasil mencuri perhatian saya dengan beberapa judul menarik seperti Brave Warriors, Target Acquired, dan belum lama ini Warung Chain yang mengusung kekayaan budaya masakan Indonesia.

Nah, setelah sebelumnya kita sudah bersusah payah menyajikan masakan enak kepada pelanggan restoran di Warung Chain, kali ini Touchten mengajak kita untuk bersusah payah menghadapi perang artileri dalam game terbaru mereka Touch Tank.

Perang artileri seru dalam genggaman

Touch Tank | Screenshot 1

Lewat Touch Tank, kali ini kita terjun menghadapi pertempuran artileri antar tank yang seru dan menantang. Faktor tantangan dalam permainan Touch Tank tak lepas dari skema kontrolnya yang begitu simpel. Dalam game ini, kita hanya diberikan kontrol tap pada bagian layar untuk untuk melontarkan serangan artileri dari tank yang kita kemudikan.

Bila kamu pernah bermain game adu tembakan artileri seperti serial Worms atau game online klasik Gunbound, saya yakin kamu akan terbiasa dengan permainan Touch Tank. Di sini ketepatanmu mengukur sudut kemiringan senjata dalam menghadapi gempuran musuh, baik itu dari darat maupun udara, akan diuji.

Lawan pun tidak tinggal diam menghadapi berondongan meriam kamu. Di sela-sela kesibukanmu menembaki musuh, mereka juga akan balik menembak dengan pola yang bisa ditebak—meskipun terkadang lebih sering meleset daripada kena. Seandainya kamu terkena tembakan musuh sampai dua kali, maka tank tersebut akan segera hancur dan kamu pun perlu mengulangi permainan lagi dari awal.

Touch Tank | Screenshot 2

Touch Tank menggunakan objektif permainan arcade yang sangat sederhana. Di sini tujuanmu bermain adalah memperoleh skor sebaik mungkin demi koleksi reward yang cukup menarik. Reward tersebut bisa berupa koin untuk membeli undian tank baru, atau achievement untuk ditukarkan dengan poin KadoSaku (semacam platform penukaran poin berhadiah dari Touchten).

Walaupun model permainannya terbilang sangat standar, keberadaan reward yang cukup solid setidaknya cukup memberikan kita alasan untuk terus menerus bermain hingga beberapa sesi berikutnya.

Touch Tank | Screenshot 3

Masih terkait soal gameplay, saya akui Touch Tank bukanlah game yang terbilang mudah untuk dikuasai semua orang. Meskipun implementasi kontrolnya terbilang cukup sederhana, namun di sini kamu betul-betul dituntut untuk bisa memperhitungkan arah jatuh misil, sebelum peluru lawan mengenaimu lebih dulu.

Setiap musuh yang kamu jumpai mempunyai pola serangan mereka sendiri. Mulai dari meriam stasioner yang menembak tiap beberapa detik sekali, tank musuh yang perlu ditembak dua kali untuk hancur, ranjau, dan lain-lain.

Di Touch Tank seringkali tembakan saya meleset karena saya salah memperhitungkan arah jatuhnya misil yang saya tembakkan. Ini terjadi karena kontur tanah yang tidak rata serta jumlah musuh yang berbaris terlalu dekat satu sama lain. Hal tersebut membuat reaksi menembak pemain terasa kurang begitu cepat, sehingga kamu perlu menggunakan power-up spesial untuk lolos dari situasi semacam ini.

Sejauh ini ada dua jenis power-up yang saya temukan di Touch Tank. Pertama adalah power-up jenis starter yang bisa kamu beli menggunakan koin di awal mula permainan. Lalu power-up kedua merupakan jenis senjata yang dijatuhkan musuh saat tank mereka hancur.

Ini koleksi tank milikku, mana koleksi kamu?

Touch Tank | Screenshot 4

Selain gaya permainannya yang sederhana dan unik, salah satu daya tarik Touch Tank adalah sistem pembelian tank dengan model gacha yang acak dan mendorong kamu untuk mengoleksi semuanya.

Mekanisme semacam ini bukanlah hal yang baru lagi dalam sebuah game mobile. Model reward ini dipopulerkan pertama kali oleh Crossy Road dan sekarang sudah menjadi hal yang cukup jamak kita temukan dalam beberapa game mobile bergenre arcade di luar sana.

Kurang lebih ada 30 tank yang bisa kamu buka di sini, mulai dari tank berbentuk “normal,” tank kesatria naga, hingga tank berbentuk warung makanan Takoyaki yang dikemudikan oleh seekor Gurita.

Touch Tank | Screenshot 5

Yang menarik, di sini kamu juga bakal menjumpai tank yang dikendarai karakter dari game Touchten lainnya, seperti Warung Chain serta karakter Tini dari Tebak Kata Saku. Sosok Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal sebagai Ahok, turut ambil bagian dalam permainan ini.

Setiap tank menyajikan tampilan latar belakang level yang berbeda-beda untuk menambah variasi permainan. Meskipun konsep ini menarik, sayangnya jumlah variasi latar yang diberikan Touchten masih dirasa agak sedikit kurang, terutama mengingat beberapa tank mendaur ulang tampilan level yang sama berkali-kali. Hal ini membuat permainan menjadi terkesan repetitif, apalagi jika kamu sudah terbiasa mengikuti pola kemunculan musuh yang tampil di layar.

Monetisasi yang ramah untuk ukuran kantong kita semua

Touch Tank | Screenshot 6

Untuk ukuran game arcade yang begitu simpel, Touch Tank jelas menerapkan monetisasi permainan yang tidak neko-neko bagi para pemainnya. Game ini bisa kita nikmati dengan gratis tanpa harus mengeluarkan uang sama sekali. Kamu bisa mematikan koneksi internet untuk menghindari iklan video yang bermunculan di setiap sisi continue permainan.

Namun jika kamu bermain dengan cara ini, maka kamu jelas akan melewatkan bonus pengambilan koin lewat cara menonton video iklan serta penawaran continue gratis yang jauh lebih efisien. Pasalnya koin yang kamu kumpulkan bakalan lebih sering digunakan untuk membeli dan melengkapi koleksi tank kamu. Bila kamu mengincar salah satu tank yang ada di sana, kamu boleh saja membeli tank tersebut secara satuan dengan harga Rp3.000 saja.

Kesimpulan

Touch Tank | Screenshot 7

Secara keseluruhan Touch Tank merupakan game karya anak bangsa yang harus kamu coba, terlebih untuk mengukur kemampuanmu dalam game adu tembak artileri yang begitu menantang. Apa yang membuat game buatan Touchten ini begitu menarik adalah mekanisme kontrolnya yang simpel dan unik, serta format permainan yang bisa dibilang gampang-gampang susah.

Mati karena faktor konyol dan memalukan mungkin akan menjadi fase yang harus kamu hadapi di awal mula permainan. Namun, saya yakin, bila kamu sudah mulai terbiasa menghadapi pola permainannya yang memerlukan kecermatan tinggi, kamu mungkin bisa menikmati game ini. Jika sudah begitu, mungkin kamu malah tidak sabar menanti-nanti kemunculan koleksi tank berikutnya di update terbaru Touch Tank.

Game Info
Touch Tank
Touchten -  May 17, 2016
Genre:  Action
Size:   34M
Installs:   1,000 - 5,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post Review Touch Tank – Tekan, Tahan, dan Lontarkan! appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Viewing all 242 articles
Browse latest View live