Quantcast
Channel: Android Reviews – Tech in Asia Indonesia
Viewing all 242 articles
Browse latest View live

Review Star Trek Timelines – Fan Service yang Patut Dicoba Para Trekkie

$
0
0

Berbeda dengan Star Wars, saya pikir Star Trek adalah salah satu dari sekian film sains fiksi terpopuler yang hingga kini belum terjemahkan secara baik ke dalam medium video game. Rasanya kemunculan game Star Trek yang bagus bisa dianggap layaknya oasis bagi para fan alias Trekkie.

Melihat hal tersebut, developer Disruptor Beam tampaknya menyadari bahwa ini bisa dijadikan sebagai peluang game mereka berikutnya setelah merasa cukup sukses membawakan Game of Thrones: Ascent. Dengan pengalaman yang mereka miliki, Star Trek kemudian dihadirkan ke dalam bentuk permainan strategi yang sepintas tampak seperti peningkatan dari gameplay strategi Game of Thrones: Ascent.

Sebuah Fan Service yang Nyaris Lengkap

Star Trek Timelines | screenshot 1

Hampir semua karakter dari film dan serial TV Star Trek terdahulu ada di sini. Termasuk Picard versi Borg

Lewat Star Trek Timelines, Disruptor Beam terlihat jelas ingin mewujudkan khayalan para Trekkie lewat pengalaman bermain game Star Trek yang lebih baik dibandingkan game sebelumnyaJalan cerita tentang anomali waktu (alias timeline) yang dikemas oleh Disruptor Beam memberikan kebebasan bagi para pemain untuk berkreasi membuat kru pesawat Enterprise impian mereka.

Di sini kamu bisa menggabungkan berbagai karakter dari tiga alur cerita serial TV Star Trek, mulai generasi Kapten Kirk, Kapten Jean-Luc Picard dari Star Trek Next Generation, hingga Kapten Sisko (yang saya sendiri juga baru tahu) dari generasi Star Trek Deep Space Nine.

Star Trek Timelines | screenshot 2

Setiap awak kapal yang kamu miliki mempunyai atribut yang sangat berguna untuk misi personel

Bagi mereka yang tidak pernah mengikuti serial TV Star Trek, hal tersebut terkesan sepele, namun bagi para Trekkie keanekaragaman karakter ini tentu menjadi sebuah fan service yang sangat menarik untuk diperhatikan.

Sayangnya untuk saat ini Star Trek Timelines tidak menyertakan awak kapal Enterprise pimpinan versi muda Kapten Kirk dalam film layar lebar Star Trek versi J.J. Abrams dan Kapten Archer dari serial Star Trek: Enterprise. Jika keberadaan mereka diterapkan ke dalam update ekspansi cerita berikutnya, maka saya bisa mengatakan Star Trek Timelines sebagai game Star Trek terlengkap yang pernah kita temukan di mobile.

Dua Game Strategi Menarik dalam Satu Kemasan

Star Trek Timelines | screenshot 3

Aspek grafis benar-benar menjadi bagian pemanis dalam game ini

Berbicara soal gameplay, developer Disruptor Beam bisa dibilang telah berhasil menemukan formula yang cukup menarik untuk meringkas serunya perang pesawat ala Star Trek ke dalam genggaman. Game ini memiliki dua jenis inti permainan yang sama-sama mengandalkan strategi pemain dalam memilih momentum dan menentukan mana kru yang tepat untuk diterjunkan ke dalam mode adventure.

Tentu sebuah game bertema Star Trek tidak akan lengkap jika tidak menonjolkan aksi perang dan diplomasi antar pesawat yang selama ini  menjadi ciri khas dalam setiap serial TV dan filmnya. Untuk memfasilitasi bagian tersebut, Disruptor menciptakan mekanisme bermain yang sekilas mirip seperti sebuah aksi battle RPG namun dilengkapi dengan berbagai istilah teknologi Star Trek seperti senjata Phaser, Photon torpedo, deflector shield, dan sebagainya.

Star Trek Timelines | screenshot 4

Lapor kapal oleng Kapten!

Agar bagian space battle ini terasa solid, Star Trek Timelines menyuguhkan aksi perang pesawat yang dikemas secara apik dengan tampilan full 3D. Meskipun kita tidak secara langsung mengemudikan pesawat Enterprise yang kita miliki, namun setidaknya pesawat tersebut selalu bereaksi mengikuti setiap perintah yang kita pilih, mulai di saat kita melakukan manuver menghindar hingga saat menyerang tameng pesawat lawan. Melihat perang antara pesawat Enterprise berduel dengan pesawat Klingon tak pernah semenarik di sini.

Untuk gameplay kedua, Disruptor menyajikan permainan strategi bergaya choose your own adventure yang merupakan peningkatan dari apa yang pernah saya temukan dalam Game of Thrones: Ascent. Dalam mode adventure tersebut kamu akan membawa tiga anggota kru pesawatmu untuk menjelajahi beragam rintangan yang telah disediakan.

Star Trek Timelines | screenshot 5

Selain ditentukan oleh atribut individu, bagian ini juga dipengaruhi oleh ras, trait dan profesi yang dijalani karaktermu

Bagian permainan satu ini menuntut kamu untuk memperhatikan satu di antara empat atribut yang berguna untuk menyelesaikan setiap jenis tantangan, mulai dari Diplomasi, Security, Command, dan Engineering. Sukses tidaknya percabangan yang kamu pilih nanti akan dibandingkan dengan atribut yang dimiliki kru kamu apakah sesuai dengan persyaratan angka yang harus ditempuh untuk menyelesaikannya.

Bagian menariknya lagi, misi jenis ini juga akan mempengaruhi faksi mana yang akan kamu hadapi di mode space battle. Bila keputusanmu kamu cenderung condong berpihak kepada satu faksi, maka di bagian akhir misi planet tersebut kamu akan dihadiahi kru pesawat baru sesuai faksi yang terpilih.

Meskipun kedua bagian gameplay ini menawarkan pengalaman yang berbeda, namun keberadaan mereka seolah saling mengisi antara satu sama lain. Hal ini memberikan variasi yang saya pikir cukup untuk membuatmu betah bermain Star Trek: Timelines, apalagi jika kamu familier sekali dengan serial ini sebelumnya.

Bagus namun Bukan Berarti Jaminan Sempurna

Star Trek Timelines | screenshot 6

Secara keseluruhan apa yang ditampilkan Disruptor Beam ke dalam Star Trek: Timelines sudah terbilang cukup baik. Tampilan grafis yang 3D berikut ilustrasi karakter yang menyerupai tokoh pemeran aslinya memberikan kesan bahwa ini adalah game yang serius dibuat untuk menyenangkan hati para penggemarnya.

Meskipun demikian bukan berarti Star Trek: Timelines menjadi hiburan mobile tanpa cela. Ketika saya mengulas game ini melalui iPad Air generasi pertama, saya seringkali mengalami crash di saat akan memulai sesi pertempuran antar pesawat. Penurunan frame rate juga berulang kali saya temukan di saat game ini menampilkan banyak sekali efek laser dan detail meteor di belakang layar.

Meski hal tersebut tidak terlalu merugikan, tapi saya pikir ke depannya diperlukan optimalisasi device yang lebih baik lagi supaya tidak mengurangi keasyikan kita bermain. Saya harap masalah yang sama tidak akan kamu temui di Android.

Star Trek Timelines | screenshot 7

Entah apakah ini karena persoalan device iOS atau bukan, yang jelas saya berulang kali mengalami crash setelah layar ini keluar

Star Trek: Timelines sendiri bisa kamu unduh dan mainkan secara gratis tanpa perlu risau dengan keberadaan paywall yang akan menghambat keasyikanmu menjelajah isi semesta Star Trek. Sayangnya untuk aspek monetisasi, Disruptor Beam memberlakukan status VIP yang terasa kurang begitu adil bagi mereka yang sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk game ini.

Sekadar informasi, status VIP merupakan aspek leveling sampingan dari karaktermu yang hanya akan bisa bertambah jika kamu membeli IAP kristal Dilithium yang dibanderol dengan harga tidak murah (minimal Rp75000 untuk paket tidak berlangganan).

Star Trek Timelines | screenshot 8

Monetisasi dari galaksi mana lagi ini Kapten?!?

Dengan meningkatkan level VIP ini, kamu bisa membuka beberapa fitur seperti slot karakter tambahan, membuka avatar karakter baru, regenerasi energi yang lebih cepat, serta fitur scan speedup berulang-ulang demi mendapatkan item langka secara acak setiap harinya. Keberadaan status VIP ini tentunya membatasi pemain dari sejumlah fitur yang nantinya akan semakin menjadi kebutuhan dasar dalam permainan tingkat lanjut.

Cara monetisasi seperti ini seolah menjadi investasi yang secara tidak langsung dipaksakan kepada para pemain. Intinya tidak ada hal yang sepenuhnya bisa dinikmati secara gratis dalam permainan Star Trek: Timelines. Kamu hanya dipersilakan bermain hingga mencapai bagian yang cukup tinggi sebelum keperluan meningkatkan level awak kapalmu membuat game ini terasa mustahil dilanjutkan tanpa membeli IAP dan meningkatkan status VIP.

Kesimpulan

Star Trek Timelines | screenshot 9

Untuk sebuah game mobile bertema Star Trek, saya pikir Dirsuptor Beam telah berhasil menjawab keinginan para Trekkie yang mengharapkan game Star Trek berkualitas untuk perangkat mobileHal ini bukan main-main karena dari segi gameplay, Star Trek: Timelines dinilai sukses menyajikan game strategi yang bisa dinikmati secara mendalam, sekaligus memberikan fan service nyaris sempurna kepada pemain.

Sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan nilai yang positif dari segi monetisasi. Saya khawatir skema yang diterapkan game ini ke depannya akan diikuti beberapa judul game free-to-play lainnya, karena jelas-jelas akan memberatkan pemain yang lebih mengandalkan aktivitas grinding dalam bermain.

Terlepas dari kekurangan tadi, saya tidak melarang kamu untuk mencoba Star Trek Timelines karena memang game ini cukup menggoda untuk dimainkan. Sekarang semuanya saya kembalikan ke kamu, apakah kamu siap untuk terlena mengarungi angkasa Star Trek di sini kemudian berkomitmen dengan jumlah uang yang tidak sedikit demi status VIP?

Game Info
Star Trek Timelines
Disruptor Beam -  Jan 15, 2016
Genre:  Strategy
Size:   30M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

The post Review Star Trek Timelines – Fan Service yang Patut Dicoba Para Trekkie appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Pocket Mortys – Keseruan Adaptasi Serial Kartun Rick and Morty

$
0
0

Apabila kamu menyukai serial kartun Rick and Morty dan pernah memainkan seri sebelumnya yang berjudul Rick and Morty: Jerry’s Game, maka kamu harus bersenang hati sekarang juga. Pasalnya, developer sekaligus produser Rick and Morty, Adult Swim, kembali merilis seri game terbarunya dengan genre RPG yang berjudul Pocket Mortys di platform Android dan iOS belum lama ini.

Namun ada perbedaan dari segi gameplay dibandingkan game sebelumnya yang Adult Swim hadirkan di Pocket Mortys. Kamu sekarang tidak lagi bermain mengumpulkan skor dari meletuskan balon di layar gadget kamu, melainkan bertualang bersama Rick dan Morty menuju ke dimensi lain yang unik.

Seru dan konyol!” Begitulah saya mengomentari game ini. Jujur meskipun sama sekali belum memainkan seri terdahulunya, Pocket Mortys mampu memberikan impresi yang baik. Dan perlu kamu ketahui juga bahwa Adult Swim mendesain Pocket Mortys mirip dengan game Pokémon lo. Maka tidak heran jika game ini disebut sebagai parodi Pokémon.

Kamu yang sudah penasaran ingin tahu keseruan apa yang kakek Rick beserta cucunya perbuat di Pocket Mortys kali ini, silahkan simak ulasan berikut.


Plot yang Sederhana dengan Bumbu Komedi

Pocket Mortys | Screenshot 1

Salah satu keseruan yang Pocket Mortys sajikan adalah ceritanya. Kisah bermula saat sosok Rick dari dimensi lain datang dan mengacau. Akibat ulahnya tersebut kakek Rick dan cucunya, Morty, menghadapi kesulitan besar. Mereka harus ditahan oleh sekelompok dewan yang disebut Council Rick (lagi-lagi Rick) karena dianggap bertanggung jawab atas kehebohan tersebut.

Masalah yang mereka hadapi tidak semudah yang dibayangkan. Karena Rick dan Morty harus memenuhi syarat yang diajukan oleh para Council Rick sebelum mereka berdua dibebaskan.

Mampukah kakek pecandu alkohol beserta cucunya yang polos tersebut lepas dari tahanan para Council dan kembali ke dunia mereka seperti semula? Ya, kamu akan menemukan jawabannya setelah memainkan game ini tentunya.

Pocket Mortys | Screenshot 2

Seperti yang saya katakan sebelumnya, Pocket Mortys mampu memberikan impresi dengan baik karena ceritanya dibuat begitu sederhana. Tidak ada hal rumit yang  akan membuat kamu pusing mengikuti game ini. Ditambah lagi, jalinan hubungan antara Rick dan Morty yang dituangkan ke dalam dialog menurut saya menjadi value tersendiri di Pocket Mortys.

Sayangnya, saya tetap merasa seperti ada yang kurang. Entah kenapa saya berharap game ini memiliki cut-scene yang hadir di tiap sesi permainan. Meskipun terdengar berlebihan dalam mengandai-andai, saya yakin jika hal tersebut akan membuat Pocket Mortys tampil seseru dan selucu serial kartunnya, dan bisa menjadi bahan refreshing tentunya di sela-sela permainan.


Batu, Gunting, Kertas, dan Hal Lucu Lainnya.

Pocket Mortys | Screenshot 3

Jika kamu pernah bermain game Pokémon sebelumnya, pasti tahu bahwa Pokémon memiliki beragam jenis tipe; sebut saja tipe air, tipe api, tipe tanah, tipe listrik, you name it. Kamu tidak akan menemukan semua tipe itu di Pocket Mortys, karena selain akan mengendalikan Morty sebagai “Pokémon jadi-jadian” ketika bertarung, kamu juga hanya miliki hanya tiga jenis tipe. Ya, kamu tidak salah lihat, hanya ada tiga tipe. Tipe tersebut ialah batu, gunting, dan kertas?!

“Lo, jadi teringat permainan masa kecil …” Kata saya dalam hati. 

“Elemen” tersebut dapat efektif jika kamu bertarung menggunakan tipe yang cocok dengan milik Morty musuh. Contohnya, jika musuh bertipe batu, maka kamu dapat mengalahkannya dengan efektif menggunakan kertas. Sederhana, bukan?

Namun kekurangan dari implementasi tipe di Pocket Mortys adalah keterbatasan tipe yang Morty miliki itu sendiri. Kamu bayangkan saja, mengalahkan para Morty jadi terasa simpel dan mudah. Cukup mengganti elemen yang cocok melawan milik Morty lain dan …  done! Kamu hampir bisa melakukan critical-hit setiap saat ke musuh. Penuh tantangan?


Ayo Menangkap dan “Jogress” Morty

Pocket Mortys | Screenshot 4

Morty di dunia Pocket Mortys dapat kamu tangkap dan koleksi dengan alat yang disebut Morty Manipulator Chip. Cara menangkapnya cukup mudah, kamu hanya perlu membuat HP musuh sekarat lalu Morty Manipulator Chip dapat kamu gunakan. Sepintas ini hampir mirip dengan di alat penangkap di game Pokémon. Hanya saja MMC (saya menyebutnya demikian) berbentuk seperti cip kecil, sedangkan di Pokémon, bola.

Mengingat di awal permainan harga MMC cukup mahal, saya sarankan agar kamu mengumpulkan sejumlah schmeckless (mata uang di game) terlebih dahulu sebelum membelinya melalui menu Rick Store nanti.

Pocket Mortys | Screenshot 5

Meskipun tipe Morty hanya ada tiga, sepertinya Adult Swim mampu mengatasi kekurangan tersebut dengan menambah elemen lain di dalam game. Selain menangkap ternyata kamu juga dapat melakukan “jogress” para Morty yang kamu miliki, lo.

Caranya pun mudah, cukup miliki dua Morty dengan tipe yang sama, lalu kamu bisa menggabungkannya melalui Morty Day Care di dalam game. Alhasil, kamu akan menemukan banyak variasi sekaligus meningkatkan kekuatan Morty yang kami miliki. Seperti contoh screenshot di atas.


Microtransaction – Rp13.586 untuk Sekali Percobaan

Pocket Mortys | Screenshot 6

Apakah kamu termasuk yang rajin menggunakan fitur in-app purchase saat bermain game? Seperti yang kita tahu bahwa baik konsol maupun game mobile kini sudah banyak memiliki fitur in-app purchase di dalamnya. Tidak jarang juga banyak diskon menggiurkan yang ditawarkan untuk setiap pembelian item yang tersedia.

Pertanyaannya sekarang, apakah worth membeli konten tersebut dengan menggunakan mata uang asli? Tentu berbeda-beda jawabannya, tergantung isi dompet dan tipe gamer itu sendiri..

Pocker Mortys memiliki layanan in-app purchase berbentuk kupon yang akan memberikan sejumlah keuntungan di dalamnya. Kamu nanti bisa mengaksesnya melalui mesin bernama Blips and Chitz di dalam game.

Pocket Mortys | Screenshot 7

Mesin tersebut akan mengundi secara langsung dan kamu akan mendapatkan sejumlah item, atau jika beruntung, bahkan “seekor” Morty sekalipun. Berbicara pengalaman, saya pernah mendapatkan satu Morty dan tiga item bagus lainnya. Lumayan untuk satu kali percobaan.

Harga kupon paling murah yang bisa kamu dapat adalah Rp13.586. Jika isi dompet kamu cukup lebih, membeli lima kupon atau lebih sepertinya tidak menjadi masalah.

Namun karena game ini bukan termasuk genre MMO (Massive Multiplayer Online), menurut saya membeli kupon dalam jumlah banyak memerlukan pertimbangan matang. Namun seperti yang saya katakan barusan, jika isi dompet kamu menunjang tidak akan menjadi masalah dengan harga yang tercantum.


Tampilan Grafis 2D yang Cukup Memuaskan

Pocket Mortys | Screenshot 8

Pocket Mortys hadir dengan gaya 2D penuh warna yang terlihat cukup memuaskan. Mengingat ini adalah game parodi, maka tampilannya pun disajikan mirip dengan game Pokémon. 

Lagipula menurut saya memang mungkin lebih cocok jika grafis yang ditampilkan Pocket Mortys cukup 2D saja. Karena meskipun grafis adalah hal yang penting, tidak semua game memerlukan grafis yang tinggi untuk dapat dinikmati, bukan? Sejauh ini saya masih merasa fun dengan grafis yang ditampilkan game ini.


Kesimpulan – Gratis Diunduh dan Wajib Dimainkan

Secara keseluruhan Pocket Mortys mampu menghibur. Meskipun hanya sebuah parodi, Pocket Mortys disajikan dengan begitu baik. Saya malah berharap jika suatu saat AdultSwim Games kembali membuat sekuel Pocket Mortys. 

Mengingat game ini dapat kamu unduh secara gratis, maka tidak ada alasan untuk tidak mencoba Pocket Mortys sekarang juga. Dengan game berukuran 65 MB kamu sudah bisa merasakan keseruan dan kejenakaan yang tidak banyak game gratis lain berikan. Pokoknya, kamu wajib memiliki dan mencobanya sekarang juga.

Game Info
Pocket Mortys
[adult swim] games -  Jan 13, 2016
Genre:  Simulation
Size:   65M
Installs:   10 - 50
Gratis
Download

The post Review Pocket Mortys – Keseruan Adaptasi Serial Kartun Rick and Morty appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Crashlands – Aksi Survival Berbalut Elemen RPG yang Sangat Seru dan Menyenangkan!

$
0
0

Beberapa tahun belakangan ini, keberadaan game survival adventure seperti menjadi sebuah genre baru yang menarik untuk diikuti perkembangannya. Sejak dipopulerkan oleh Minecraft tahun 2009 silam, sejumlah developer indie beramai-ramai memproduksi game sejenis yang intinya kurang lebih sama dengan ide yang lebih unik dan belum pernah terbayangkan sebelumnya, seperti Don’t Starve, Terraria, Risk of RainMines of Marsdan lain sebagainya.

Crashlands buatan developer Butterscotch Shenanigans sendiri bisa dibilang merupakan pendatang baru dalam persaingan game adventure survival yang telah saya jelaskan di paragraf pertama. Supaya tampil berbeda, developer yang dikenal lewat Quadropus Rampage dan Flop Rocket ini mencoba dengan pendekatan RPG yang terasa lebih kental dibandingkan para pesaingnya.

Lantas apakah dengan pendekatan RPG ini menjadikan Crashlands sebagai pengalaman game survival baru yang membuatnya layak masuk ke dalam daftar wajib main? Mari kita ulas bersama-sama.

Selamat Datang di Kerasnya Planet Woanope

Crashlands | art

Selamat datang dan nikmati petualanganmu di planet antah berantah Woanope

Seperti yang telah saya singgung minggu laluCrashlands merupakan game survival adventure yang menempatkan kamu dalam sebuah planet alien bernama Woanope. Sebagai seorang sopir truk antar galaksi bernama Flux Dabes, kamu diceritakan terdampar di planet ini bersama asisten robot bernama Juicebox yang selalu memberimu ceramah seputar cara bertahan hidup di alam liar dan upaya mendapatkan kembali kargomu yang hilang.

Woanope sendiri bukanlah planet yang serta merta bisa menerima kehadiranmu dengan tangan terbuka. Dengan tiga tipe lingkungan yang diposisikan dalam sebuah peta dunia berukuran sangat luas, Butterscotch Shenanigans tak hanya menyajikan dunia yang cukup menarik untuk dijelajahi, tapi juga mengisinya dengan populasi alien dan sumber daya alam berbeda-beda.

Di sini kamu bisa menjumpai berbagai makhluk alien, mulai dari yang bisa diajak untuk bersekutu seperti kaum Tendraam dan alien Brubus, hingga “hewan liar” seperti Wompit, Womjack, lalu Throak yang akan langsung menyerangmu apabila kamu mengganggu mereka.

Crashlands creatured | screenshot

Supaya suasana petualangan kamu semakin menarik, Crashlands juga memiliki fitur perubahan siang dan malam yang mempengaruhi faktor pencahayaan serta keagresifan monster di sekitarmu. Beberapa monster bahkan ada juga yang hanya muncul di saat malam menjelang. Hal ini mendorong kamu untuk melakukan perburuan khusus pada malam hari, di mana tantangan yang kamu hadapi akan jadi lebih besar dibanding sebelumnya.

Mati bukanlah suatu hal yang perlu kamu persoalkan di sini, karena pada tingkat kesulitan apapun yang kamu pilih, game ini memberikan opsi respawn supaya kamu tetap terus melanjutkan permainan tanpa kehilangan progres cerita sama sekali. Hanya saja, kamu akan kehilangan sejumlah resource yang telah dikumpulkan dan kamu perlu berjalan menuju lokasi batu nisanmu untuk mengambilnya kembali.

Crashlands | screenshot 1

Inilah momen di mana saya menyadari bahwa keluyuran di malam hari bukanlah hal yang patut untuk dilakukan

Untungnya agar pemain tidak merasa jenuh melakukan aktivitas berjalan ke sana kemari alias backtracking di dunia Crashlands yang cukup luas, Butterscotch Shenanigans memiliki fitur Quick Travel yang bisa kamu akses dengan mudah melalui menu peta.

Quick Travel hanya bisa digunakan jika kamu sudah menemukan titik teleportasi yang berguna menjadi checkpoint peta kamu. Dengan ini, mati pun menjadi satu hal yang tidak terlalu dipersoalkan karena kamu bisa respawn di home base dan melakukan teleportasi ke tempat yang paling dekat dengan lokasi mayatmu tadi.

Bukan Survival Adventure Biasa, Melainkan RPG dengan Formula Kill, Craft, Repeat!

Crashlands | screenshot 2

Saya dan peliharaan saya: Yazzuka mencari lokasi menarik untuk markas kami berikutnya

Selama bermain Crashlands, hal yang paling membekas di benak pikiran saya adalah bagaimana elemen RPG dalam game ini membuat saya seolah-olah bermain grinding ala Diablo namun dengan elemen survival seperti Don’t Starve dan game sejenisnya.

Berbeda dengan game survival adventure lain yang lebih ditekankan ke dalam permainan open-world sandbox, Crashlands memiliki elemen RPG di hampir semua bagian permainannya, mulai dari crafting item, atribut dari efek equipment, sistem quest dari NPC, hingga struktur urutan dunianya yang disesuaikan level para pemain.

Crashlands | screenshot 3

Indikator merah menandakan arah serangan musuh yang perlu kamu hindari agar tidak terluka

Hal lainnya yang membuat game ini terasa seperti RPG adalah skema kontrol dan susunan desain antarmukanya yang sekilas mengingatkan saya dengan permainan hack and slash RPG di PC.

Selain diberikan deretan tombol shortcut untuk mengakses item secara instan, kita juga bisa melihat arah serangan musuh lewat indikator merah yang diperlihatkan lawan. Perpaduan skema kontrol yang indah dengan gameplay action yang taktis ini membuat aksi survival dalam Crashlands terasa lebih seru dibandingkan game sejenisnya.

Berbicara soal elemen crafting, di sini kita diberikan ruang inventory yang hampir tidak terbatas untuk menampung semua resource yang telah dikumpulkan. Hal tersebut memberikan kita kebebasan untuk melakukan aktivitas resource gathering tanpa perlu waswas untuk kembali berjalan pulang ke markas.

Crashlands | screenshot 4

Teruslah membuat senjata yang sama berulang-ulang demi mendapatkan efek yang kamu dambakan

Bagusnya lagi, game ini juga memberimu hadiah berupa unlockable item yang diperoleh dengan cara melakukan gathering resource sama berulang-ulang. Aktivitas grinding pun semakin terasa manfaatnya karena jerih payahmu mengumpulkan resource akan diganjar dengan bertambahnya koleksi item yang bisa kamu buat nanti, entah itu furnitur, hiasan ruangan, pernak-pernik lampu, dan lain-lain.

Masih tentang fitur yang sama, di sini kita juga menjumpai random equipment berdasarkan hasil crafting, di mana setiap potongan baju dan senjata yang kita buat akan diberi atribut secara acak. Sama seperti Diablo, perolehan atribut setiap equipment tadi kemudian dibagi berdasarkan nama kualitas senjata dan warna apa yang muncul pada bagian namanya.

Dengan fitur semacam ini, saya bahkan rela menghabiskan hampir semua resource yang saya punya demi mendapatkan equipment untuk karakter saya gunakan. Karena seperti yang sempat singgung di atas, semakin bagus atribut perlengkapan kamu, semakin besar keberhasilanmu mengarungi sisi lain planet Woanope.

Kesimpulan: Survival Adventure yang Sangat Cocok untuk Dimainkan lewat Perangkat Mobile

Crashlands | screenshot 5

Saya akui bermain game ini di perangkat layar sentuh terasa sangat responsif, apalagi di momen-momen genting seperti menghindari serangan Wompit yang terkadang susah untuk ditebak, lari dari bola api alien Tartil, dan lain-lain. Terus terang saat saya mengulas Crashlands melalui perangkat Android kesayangan, saya belum bisa membayangkan bagaimana kontrol versi PC dari game ini yang sepenuhnya mengandalkan penggunaan mouse untuk bergerak.

Pada intinya, Crashlands merupakan sebuah game survival adventure yang sangat brilian dan layak untuk kamu mainkan, apapun itu platform pilihan kamuNilai sempurna yang saya berikan untuk game ini bukan karena rasa iba terhadap nasib salah satu anggota Butterscotch Shenanigans yang berjuang melawan kanker sambil menyelesaikan game ini sebagai karya terakhirnya di saat bersamaan.

Nilai sempurna untuk Crashlands ini murni sebagai bentuk perwakilan segala kesenangan yang saya dapatkan selama menghabiskan waktu menaklukkan planet Woanope yang kejam di akhir pekan. Jika sebelum membaca ulasan ini kamu sempat ragu apakah memutuskan beli atau tidak, maka inilah jawaban saya untukmu, “Beli dan mainkan salah satu game mobile terbaik di tahun 2016 ini segera, Kawan!”

Game Info
Crashlands
Butterscotch Shenanigans -  Jan 20, 2016
Genre:  Role Playing
Size:   57M
Installs:  N/A
69,471
Download

The post Review Crashlands – Aksi Survival Berbalut Elemen RPG yang Sangat Seru dan Menyenangkan! appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Overpainted – Penuh Warna di Dalam Gelapnya Ruangan

$
0
0

Hai pembaca setia Tech in Asia Indonesia! Seperti biasanya, selain menghadirkan berita menarik seputar teknologi dan startup, Tech in Asia Indonesia juga sangat rajin mengulas banyak hal tentang dunia game beserta tip dan triknya, dan yang pastinya itu semua diulas oleh para jurnalis handal yang kece juga tentunya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyajikan kamu semua dengan review dari salah satu game mobile yang menurut saya memiliki value yang mengagumkan di dalamnya; sederhana, kreatif, dan penuh tantangan. Game tersebut tidak lain adalah Overpainted.

Game bergenre puzzle besutan developer Milky Brain ini sepertinya menawarkan sesuatu yang ‘tidak biasa’ dibanding game mobile pada umumnya. Overpainted begitu berbeda karena konsep dan desain permainan yang dimilikinya sangat unik, dan dapat dikatakan simpel.

Baiklah tidak perlu berlama-lama, buat kamu yang sudah penasaran, mari kita simak ulasan Overpainted berikut ini.


Ruang Gelap yang Penuh Jebakan

Overpainted | Screenshot 1

Bayangkan jika kamu tersesat di dalam dungeon yang luas, gelap, sekaligus berbahaya, kira-kira apa yang harus kamu lakukan agar bisa keluar? “Mudah, kamu cukup keluarkan saja ‘pintu kemana saja’ milik Doraemon. Masalah selesai. :p”

Oke, tulisan jayus saya barusan tidak perlu diambil serius walaupun maksudnya tetap berhubungan dengan game ini. Let’s get straight to the point.

Sejak awal permainan, Overpainted sebetulnya sudah secara to the point mengajak kamu bertualang ke dalam dunia gelap yang penuh bahaya dan jebakan. Kamu akan mengendalikan sebuah kotak putih kecil mirip karet penghapus dan membantunya untuk mencari jalan keluar melalui sebuah portal. Namun sayangnya jalan menuju jalan keluar tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Kesulitan yang disuguhkan game ini adalah kamu tidak akan bisa mengetahui bentuk ruangan atau posisi jebakan yang ada di Overpainted, karena semuanya terlihat gelap. Selain itu, semakin tinggi stage yang kamu capai, semakin sulit dan bervariasi pula ruangan dan jebakannya.

Solusi satu-satunya adalah dengan menggunakan …


Kemampuan si Kotak Kecil

Overpainted | Screenshot 2

Kotak kecil yang kamu mainkan dapat menyemprotkan cat berwarna-warni dari segala arah apabila kamu melakukan slide atau tap di atasnya. Cat warna-warni itulah yang kemudian akan mengisi kekosongan ruangan gelap agar kamu dapat membantu Si Kotak kecil tersebut keluar menuju sebuah portal. Cukup simpel, bukan?

Tapi tunggu dulu, seperti yang saya katakan sebelumnya, tiap stage memiliki variasi ruangan dan posisi jebakan yang tidak terduga. Maka dari itu, kamu dituntut untuk sabar dan hati-hati, atau jika tidak kamu akan melihat skor kematian yang cukup banyak di layar permainan.

Saya sendiri sudah mengantongi total skor kematian sebanyak 159 kali. Itu saja baru menginjak chapter kedua, stage ke-27.


Bos – Tantangan Sesungguhnya atau Hanya Pemanis dalam Game?

Overpainted | Screenshot 3

Setiap akhir stage, kamu akan dihadapkan oleh satu bos. Jujur pada awalnya saya tidak menyangka jika game seperti ini ternyata memiliki bos di dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi juga.

Meskipun tidak banyak yang bisa saya jelaskan mengenai hadirnya bos di Overpainted, namun yang pasti, bos yang hadir memiliki bentuk variatif dan tergolong cukup sulit untuk dikalahkan. Sekaligus, (menurut hemat saya) ini adalah cara kreatif Milky Brain untuk menjadikannya sebagai ‘pemanis’ dalam game.


Achievement – Mencoba Sekali Main Tanpa Mati? Gila!

Overpainted | Screenshot 4

Salah satu achievement Overpainted yang membuat saya terperangah adalah Heartbeat. Bayangkan saja, kamu harus menuntaskan seluruh chapter yang ada dengan mengandalkan ‘hati’ dan harus sekali coba. Itu artinya kamu tidak boleh mati lebih dari satu kali! Meskipun nyatanya achievement tersebut tersedia, tetap saja dijamin kamu harus membutuhkan usaha ekstra agar mendapatkannya.

Untuk saat ini Overpainted hanya memiliki lima achievement saja. Semoga saja Milky Brain melakukan update achievement yang lebih gila lagi di masa depan.


Bisa Dimainkan Secara Offline

Overpainted | Screenshot 5

Bagaimana rasanya ketika kamu sudah berusaha mati-matian melewati rintangan, namun tetap mati juga? Kesal pastinya, dan Itu hal yang wajar di alami banyak gamer saya pikir. Tapi bagaimana jika kamu sudah berupaya penuh untuk melewati rintangan kemudian mati hanya karena dipotong oleh iklan yang muncul di layar? Tidak lucu, kan? Well … saya sarankan agar smartphone milik kamu memiliki pelindung kuat yang tahan dari benturan keras.

Kekurangan Overpainted yang cukup menganggu saya adalah iklan yang muncul selama permainan. Bukan apa-apa, saya pikir lebih baik berhenti bermain selama lima menit daripada dipotong iklan berdurasi dua belas detik, terutama apabila sedang bermain game yang cukup menggerus batin.

Namun di satu sisi, untungnya Overpainted dapat dimainkan secara offline. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi saya dan gamer lain tentunya saat berada jauh dari cakupan jaringan internet.


Kesimpulan – Gampang-Gampang  Susah, dan Cocok untuk Gamer Penyuka Tantangan

Overpainted | Screenshot 6

Game yang mengandalkan timing dan momentum memang sudah cukup banyak hadir di platform mobile sekarang ini, dan Overpainted termasuk salah satunya. Saya pikisr Overpainted  cocok bagi kamu yang mencari pengalaman bermain game yang unik sekaligus seru.

Selama saya memainkan game ini, ada satu hal penting yang saya pahami, saya merasa sepertinya Overpainted memang mengharuskan kamu mengantongi banyak skor kematian selama permainan.

Tunggu dulu, saya tidak mengatakan hal itu merupakan cara bermain Overpainted yang benar. Hanya saja, itulah yang saya lakukan setiap awal memasuki stage baru. Saya mempelajari timing, memperkuat feeling permainan dan mencari momentum yang tepat, dan kemudian … wuzzz, mulai bermain serius. Sulit rasanya jika mampu melewati tiap stage yang tersedia tanpa mati dari awal permainan.

Jika kamu menggemari game dengan gameplay dan grafis unik penuh tantangan, Overpainted jelas bukan sebuah game yang bisa dilewatkan begitu saja. Saat ini Overpainted bisa kamu dapatkan secara cuma-cuma di Android, dan dengan harga yang cukup murah di iOS. Jadi tunggu apalagi? Segera penuhi layar hitam smartphone kamu dengan warna-warni penuh bahaya.

Game Info
Overpainted
Milky Brain Ltd -  Dec 16, 2015
Genre:  Arcade
Size:   50M
Installs:   10,000 - 50,000
Gratis
Download
Game Info
Overpainted
Dmitrii Bushuev -  Dec 10, 2015
Genre:  Games, Arcade, Entertainment, Puzzle
Size:  46.58 MB
Installs:  N/A
Rp. 29.000
Download

The post Review Overpainted – Penuh Warna di Dalam Gelapnya Ruangan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Downwell – Pantang Pulang Sebelum Menyentuh Dasar Jurang!

$
0
0

Beberapa waktu belakangan ini, petualangan saya dalam mencari game platformer terbaik seakan berjalan hambar dan membosankan. Hampir semua game yang saya temukan hanya berbeda dari sisi luarnya saja, namun dari segi gameplay tetap menghadirkan sensasi yang kurang lebih sama. Hingga kemudian saya menjumpai pengecualian yang cukup menarik melalui game berjudul Downwell.

Sejak diumumkan oleh developer Moppin tahun lalu, Downwell dengan permainan platformer sederhananya yang unik telah membangun ekspektasi tersendiri bagi saya. Di saat kebanyakan game platformer yang saya jumpai akhir-akhir ini mengajak pemainnya untuk bertualang mengarungi layar dari kiri ke kanan, Downwell justru mengajak kita terjun bebas mengarungi kedalaman jurang vertikal yang tak hanya seru, namun juga sangat menyenangkan. Seseru apa? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Terjun Bebas ke dalam Sumur Tak Berujung yang Mematikan

Downwell | screenshot 1

Downwell versi PC

Sebagai sebuah game platformer yang disajikan dengan grafis jadul ala game komputer CGA di tahun 80-an, terus terang penampilan Downwell tidaklah semewah game sejenis lainnya. Apalagi untuk ukuran game keluaran tahun 2015 ke atas. Namun jika kamu adalah gamer yang mampu mengesampingkan aspek grafis, kamu akan menjumpai sebuah permainan seru yang membuat kamu tak akan keberatan untuk mengulangi progres bermainmu berkali-kali.

Dalam Downwell kamu akan bermain sebagai karakter tanpa nama dalam upayanya menuruni sumur tak berujung demi mendapatkan harta karun terpendam. Perjuanganmu menuruni sumur kerap mengalami gangguan dari berbagai macam jenis makhluk yang tak bersahabat, sehingga kamu perlu melalui level demi level dengan bersenjatakan sepatu Gunboots.

Permainan Downwell yang demikian sederhana sekilas membuat saya teringat akan game Kid Icarus yang pernah saya mainkan di console NES dua dekade silam. Hanya saja bedanya dalam game ini kamu akan bergerak menuruni labirin vertikal dari atas ke bawah, dan besar kemungkinan kamu juga tak akan mengetahui makhluk apa lagi yang menunggumu di bawah sana.

Downwell | screenshot 2

pheww… pheww… pheww

Downwell sendiri tidak mengusung skema kontrol rumit untuk menerjemahkan inti permainannya yang simpel. Di sini kamu hanya diberikan opsi untuk bergerak ke kanan dan kiri, berikut tombol melompat yang berfungsi juga sebagai tombol untuk menembakkan Gunboots ke arah bawah.

Berbicara soal Gunboots, senjata unik yang menempel pada bagian kakimu ini memiliki beragam variasi peluru dan kamu bisa menggantinya dengan cara mengambil power-up yang tersebar di beberapa lorong gua. Meskipun jumlah peluru yang kamu miliki tidak terbatas, namun kamu tetap dituntut untuk mengisi ulang senjatamu kembali dengan cara mendaratkan karaktermu di tanah.

Hal ini memberimu tantangan bermain untuk memikirkan ulang setiap langkah strategi yang diambil. Apakah kamu nekat bermain agresif dan memprioritaskan aksi terjun tanpa memikirkan berapa jumlah peluru yang tersisa? Atau justru bermain secara hati-hati supaya selamat hingga mencapai akhir level?

Mekanisme Arcade yang Efektif Membuat Betah Bermain Berulang-ulang

Downwell | screenshot 3

Hal menarik yang bisa kamu jumpai dalam game ini adalah keberadaan sistem upgrade Perk yang hanya akan kamu peroleh jika berhasil melewati setiap level. Dengan ini, kamu dipersilakan untuk memilih satu di antara tiga kemampuan tambahan yang diacak oleh komputer, mulai dari durasi kebal yang lebih lama, peningkatan jarak tembakan, drone, nyawa tambahan, dan lain-lain.

Penggunaan Perk ini juga bisa kamu tumpuk dengan Perk lainnya di setiap level, jadi jangan kaget bila variasi musuh yang kamu hadapi akan bertambah agresif dan semakin menghambat progres bermain kamu.

Downwell | screenshot 4

Setiap butiran berlian yang kamu peroleh bisa kamu gunakan untuk membeli nyawa tambahan dan item baru di toko

Selain fitur di atas, developer Moppin juga menyertakan fitur penyusunan level secara acak yang menjadikan pengalaman bermain kamu tak akan pernah sama untuk kedua kalinya. Bila tantangan ini kamu rasa belum cukup, kamu juga menjumpai bermacam gaya karakter dan template warna layar tersembunyi yang bisa kamu buka dengan cara terus-menerus bermain.

Kombinasi ketiga fitur di atas memberikan replay value yang cukup efektif untuk memancing kita terus bermain Downwell. Saat tulisan ini dipublikasikan, saya bahkan sudah memiliki dua game Downwell sekaligus, satu di PC untuk kenikmatan saya bermain di layar yang lebih besar dan satu lagi versi Android untuk kenikmatan saya bermain di luar ruangan.

Baik versi PC maupun versi mobile, keduanya memiliki gameplay yang kurang lebih sama, hanya saja untuk PC, bagian kiri dan kanan layar permainan akan dibingkai frame khusus yang disesuaikan dengan resolusi layar.

Kesimpulan: Bukan Game Seru yang Mudah untuk Diabadikan ke dalam Screenshot

Secara keseluruhan, Downwell merupakan sebuah hiburan seru yang dikemas untuk memberikan tantangan baru di setiap sesi permainan. Walaupun memiliki presentasi visual dan audio yang terkesan sangat retrogameplay yang diusung game ini cukup efektif untuk membuatmu terpaku di depan layar.

Sebagai game yang menempati posisi terbaik di jajaran game platformer edisi 2015 sekaligus game underrated di tahun yang sama, Downwell bisa dibilang merupakan berlian tersembunyi yang keberadaannya layak untuk kamu mainkan di platform kesayanganmu.

Game Info
Downwell
Devolver Digital -  Oct 15, 2015
Genre:  Games, Arcade, Action
Size:  62.92 MB
Installs:  N/A
Rp. 45.000
Download

The post Review Downwell – Pantang Pulang Sebelum Menyentuh Dasar Jurang! appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Ninjago: Skybound – Game Stealth dari LEGO yang Singkat dan Padat

$
0
0

Game dengan embel-embel LEGO biasanya mendapat nilai tambah tersendiri, terutama untuk anak-anak dan orang tua. Jika di berbagai game Batman kamu bertemu dengan kekerasan yang terlihat eksplisit, maka di versi LEGO kekerasan itu seperti tidak terasa sama sekali. Begitu juga dengan judul-judul lain yang aslinya ditujukan untuk remaja hingga dewasa menjadi pantas dimainkan untuk anak-anak … hingga dewasa.

Ninjago sendiri merupakan francis asli dari LEGO yang mengisahkan petualangan para ninja berbentuk LEGO (tentunya…) melawan kekuatan-kekuatan jahat yang mengancam Pulau Ninjago. Pada game Ninjago: Skybound yang baru saja dirilis ini, para ninja akan melawan Djinn Nadakhan sang penguasa dunia Djinjago.

Di sini kamu akan bertualang bersama Jay, salah satu protagonis seri Ninjago, di kota melayang Djinjago. Kamu akan berusaha untuk mengembalikan potongan-potongan Ninjago yang diambil oleh Djinn Nadakhan dalam rangka membangun kembali kotanya yang telah runtuh. Selain itu, Nadakhan juga menyandera para ninja lainnya di pedang-pedang pusaka.

Dibalut oleh elemen stealth dan eksplorasi, apakah Ninjago: Skybound merupakan sebuah game yang menarik untuk dimainkan? Mari kita simak ulasannya berikut ini.


Mengembalikan Keping demi Keping Pulau Ninjago

Ninjago Skybound | Screenshot 5

Selamatkan sang guru dan teman-temanmu yang terjebak di pedang pusaka!

Pertama-tama mari saya jelaskan terlebih dahulu mengenai tujuan dari game ini. Di Ninjago: Skybound, tugasmu adalah menuntun Jay si ninja biru pergi menuju akhir dari sebuah stage dan terkadang mengalahkan bos yang ada di penghujung stage tersebut.

Di antara kamu dan tujuan akhir, terdapat musuh-musuh yang siap untuk menghajarmu jika ketahuan. Maka dari itu, mengendap-endap adalah sebuah pilihan utama dalam bergerak, kecuali kamu sangat andal dalam melakukan tap berkali-kali pada layar untuk melawan musuh yang mengejar.

Dengan mengendap-endap, kamu bisa menghancurkan lawan (ya, kalau di sini musuhmu akan hancur berkeping-keping ketika kamu berhasil mengalahkannya) dengan sekali tebas. Kamu juga terhindar dari risiko dikeroyok lawan dan mengurangi nyawamu yang hanya berjumlah tiga.

Jika di akhir sebuah stage terdapat bos yang menunggu, maka kamu harus melawannya terlebih dahulu sebelum bisa menyelesaikan stage tersebut. Setiap bos memiliki kekuatan uniknya masing-masing. Untuk mengalahkannya, kamu harus memikirkan bagaimana cara untuk menyerang tanpa terkena serangan sang bos.


Kontrol Satu Jari yang Minim Akurasi

Ninjago Skybound | Screenshot 1

Gambar latar dari Ninjago: Skybound cukup indah untuk dilihat.

Kontrol dari Ninjago: Skybound hanya membutuhkan satu jari, benar-benar satu jari. Untuk berjalan atau berlari ke suatu tempat, kamu bisa melakukannya dengan melakukan tap pada tempat yang dituju. Melompat bisa kamu lakukan dengan melakukan drag layaknya mengontrol katapel di Angry Birds.

Jay juga bisa menempel pada ujung platform dan memanjatnya. Untuk mengalahkan musuh, cukup dengan melakukan tap pada target dan jika kamu melakukannya dari belakang, maka musuh tersebut akan langsung hancur. Jika kamu melakukannya dari depan, maka kamu harus berkali-kali melakukan tap dengan cepat agar musuh tersebut mati dan kamu juga tidak terkena serangan.

Maksud dari LEGO menggunakan sistem satu jari di Ninjago: Skybound ini mungkin baik, untuk memudahkan pemain (terutama anak-anak) mengerti kontrol yang ada. Akan tetapi, hal ini menurut saya malah membuat akurasi kontrol menjadi berkurang secara signifikan.

Beberapa contoh sulitnya mengontrol dengan satu sentuhan ini adalah ketika saya harus dengan cepat bergerak untuk sembunyi dari penglihatan musuh atau adanya proyektil yang mengarah kepada saya. Sering kali saya salah menekan posisi di layar dan membuat saya kalah. Diperparah lagi dengan tidak adanya kemampuan untuk melakukan zoom in/zoom out, membuat manuver dan perhitungan langkah menjadi semakin terbatas.


Eksplorasi yang Menambah Tantangan

Ninjago Skybound | Screenshot 2

Ketahuan! Sembunyi atau lawan?

Ninjago: Skybound tak hanya mengajak kamu untuk mengendap-endap dan menusuk musuh dari belakang, tetapi juga mendorong kamu untuk mengeksplorasi dunia Djinjago dan mengoleksi bintang-bintang yang tersebar. Bintang-bintang ini akan menentukan rating kamu di akhir stage dan juga jumlah Studs (mata uang dalam game) yang didapat.

Agar bisa mendapatkan semua bintang, terkadang kamu harus mengulangi sebuah stage dan menggunakan peralatan yang tepat. Setiap kali bermain, kamu hanya bisa membawa maksimal dua peralatan saja yang memiliki fungsi tertentu, contohnya adalah grappling hook yang memungkinkan kamu melompat ke daerah yang jauh, atau nunchaku yang mampu menghancurkan tembok tipis.

Oh ya, peralatan-peralatan ini harus kamu dapatkan dengan cara membelinya di toko. Maka dari itu adalah sebuah ide yang bagus untuk mengoleksi sebanyak mungkin Studs yang ada dan mengalahkan sebanyak mungkin musuh.

Ninjago Skybound | Screenshot 3

Berayun dengan grappling hook.

Selain menjadi semacam penghargaan, sebenarnya bintang-bintang ini memiliki fungsi utama sebagai kunci untuk membuka area selanjutnya. Dengan begitu, kamu akan lebih terdorong lagi untuk mengelabui semua musuh dan menelusuri seluk-beluk sebuah stage hingga mendapatkan lima bintang.

Sayangnya jumlah stage yang ada agak sedikit. Ninjago: Skybound memiliki enam area. Setiap area berisi tiga stage, sehingga total stage yang ada adalah delapan belas. Area kelima dan keenam pun saat ini masih dalam tahap pengembangan dan belum bisa dimainkan, membuat pengalaman bermain game saat ini cukup singkat.


Kesimpulan

Ninjago Skybound | Screenshot 4

Dapatkan bonus Studs dengan memenuhi gauge stealth!

Secara keseluruhan, Ninjago: Skybound adalah sebuah game yang seru, terutama untuk anak-anak. Game ini masih cukup menantang untuk orang dewasa, namun terasa sekali kompleksitas dan bentuk puzzle yang ada di sini diperuntukkan kepada kelompok umur remaja ke bawah. Dan tidak bisa dipungkiri memang semua game LEGO dibuat agar cocok untuk mereka.

Sedikitnya jumlah stage yang ada dapat dimaklumi karena Ninjago: Skybound adalah game free-to-play yang tidak memiliki iklan sama sekali (kecuali tentunya menjual merek LEGO Ninjago). Saya sendiri berharap LEGO bisa segera melakukan update dan menambah area yang tersisa.

Bagi para penggemar LEGO, Ninjago: Skybound bisa menjadi alternatif game yang bisa kamu mainkan, apalagi jika merek Ninjago adalah favoritmu. Para penggemar game stealth mungkin saja masih kurang puas ketika memainkan Ninjago: Skybound, namun game ini masih bisa menjadi sebuah pilihan kasual yang menghibur dan sedikit memenuhi hasrat ninjamu.

Game Info
LEGO® Ninjago: Skybound
LEGO System A/S -  Jan 22, 2016
Genre:  Action
Size:   92M
Installs:   50,000 - 100,000
Gratis
Download

The post Review Ninjago: SkyboundGame Stealth dari LEGO yang Singkat dan Padat appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Target Acquired – Mega Man Akan Bangga dengan Tingkat Kesulitan Game Ini

$
0
0

Setelah melakukan soft launch akhir tahun lalu, bulan ini akhirnya Touchten merilis Target Acquired secara global untuk platform Android dan iOS. Saya sendiri sudah menjajal versi soft launch dari Target Acquired dan telah menuliskan pengalaman bermain saya.

Target Acquired merupakan proyek besar karya anak bangsa yang terinspirasi dari game Mega Man. Game ini juga melibatkan komposer ternama di dunia game, Manami Matsumae, yang juga merupakan komposer legendaris Mega Man itu sendiri.

Dengan mengantongi dana melalui Kickstarter sebanyak $20.470 (sekitar Rp277 juta), Target Acquired tentu dinantikan oleh para backer, peminat Mega Man, dan gamer Indonesia. Lalu apakah game ini mampu menjawab ekspektasi yang diberikan kepadanya? Review berikut ini akan menjelaskannya.


Kejar-Kejaran Antara Kucing dan Tikus

Target Acquired | Screenshot 1

Di sini kamu berperan sebagai seorang polisi wanita bernama Yura Anders yang bertugas untuk menangkap sang penjahat genius dalam urusan membuat robot bernama Cammy Iyuka. Dalam aksinya, Yura memiliki senjata berupa blaster yang cara kerjanya mirip dengan senjata milik Mega Man. Blaster ini dapat mengisi tenaga dan mengeluarkan tembakan yang sangat kuat.

Kamu akan berlari mengejar Cammy sembari menembak dan menghindari berbagai minion yang ada. Di akhir area, kamu akan berhadapan dengan Cammy dan robotnya. Jika kamu berhasil mengalahkan Cammy, maka kamu bisa melanjutkan pengejaran ke area berikutnya.

Mekanisme permainan yang ada di Target Acquired tak berbeda jauh dengan banyak game endless runner lainnya. Kamu berlari sejauh mungkin, mengumpulkan uang, melakukan upgrade, menyelesaikan misi, dan seterusnya. Kamu akan mendapatkan experience setiap kali menyelesaikan misi dan berbagai fitur baru akan terbuka seiring naiknya levelmu.

Target Acquired | Screenshot 2

Bedanya, di sini kamu akan menemukan berbagai kostum menarik yang memiliki kekuatan masing-masing. Setiap kostum memiliki desain yang keren, sehingga terkadang sayang rasanya untuk melakukan peleburan kostum demi menaikkan level kostum lainnya.

Kamu juga akan menemui aksi ala Mega Man yang memiliki tingkat kesulitan super tinggi. Di sini kamu akan sangat ditantang untuk melakukan setiap lompatan dan tembakan setepat dan seefektif mungkin. Salah sedikit saja, maka nyawamu bisa melayang.

Tingkat kesulitan yang tinggi ini bisa membuat kamu frustrasi tetapi di lain pihak membuatnya menarik untuk dikuasai, apalagi dengan berbagai misi menantang dan misi bos yang menanti. Sepertinya Mega Man tak akan kecewa game yang dipersembahkan untuknya memiliki tingkat kesulitan seperti ini.

Walaupun begitu, terdapat beberapa kendala yang saya temui ketika bermain game ini.


Menuntut Perangkat dengan Spesifikasi Menengah ke Atas

Target Acquired | Screenshot 3

Pertama adalah beratnya game ini di perangkat yang saya miliki (dan pemain lain, dilihat dari review Google Play Store dan komentar di Kickstarter). Sebagai sebuah game endless runner, sewajarnya Touchten menargetkan pasar mid-core ke bawah untuk Target Acquired yang sebagian besar hanya memiliki perangkat mobile bertaraf mid-end hingga low-end.

Sayangnya, game ini berjalan dengan kurang lancar di dua perangkat mobile saya yang bertaraf mid-end (smartphone Lenovo S820 dan tablet Samsung GT-P6800), bahkan dengan pilihan pengaturan grafis minimal. Dengan tingkat kesulitan yang ada, lag yang terjadi di Target Acquired membuat kemungkinan mencapai jarak yang cukup jauh ketika bermain mendekati nihil.

Lag ini menyebabkan adanya penundaan antara saat menekan layar dan Yura beraksi. Ketika saya menekan tombol lompat, Yura baru akan melakukan lompatan sepersekian detik kemudian, sedangkan musuh dan rintangan yang ada benar-benar tidak memberi ampun akan kesalahan kecil pun.

Untungnya, dengan menghapus beberapa game yang memenuhi memori tab saya, akhirnya Target Acquired dapat dimainkan dengan lancar. Akan tetapi nasib smartphone milik saya tidak seberuntung itu. Mungkin alangkah baiknya jika game ini bisa dioptimalkan untuk perangkat dengan spesifikasi menengah ke bawah pada update berikutnya.

Yang kedua adalah adanya bug di mana kostum Yura berubah secara tiba-tiba di tengah permainan. Biasanya hal ini terjadi ketika mengaktifkan opsi revive saat Yura kehabisan nyawa. Bukan sesuatu yang memengaruhi pengalaman secara signifikan, namun sempat membuat saya bingung di momen-momen awal melihatnya.

Terakhir adalah sebuah area yang memiliki latar cukup silau di pegunungan (biasanya merupakan area awal). Latar yang silau ini sangat mengganggu ketika Yura sedang menghadapi Cammy dengan robotnya. Beberapa senjata Cammy menjadi tidak terlihat dengan jelas dan membuat peluru yang terlontar sangat sulit dihindari. Mungkin dengan pengaturan kecerahan pada latar tersebut bisa lebih membantu pemain dalam melihat peluru.


Aneka Kostum yang Menarik

Target Acquired Costume | Screenshot 1 Target Acquired Costume | Screenshot 2 Target Acquired Costume | Screenshot 3

Selain gameplay yang seru, Target Acquired memiliki daya tarik lain yang mendorong saya untuk tetap bermain lagi dan lagi. Seperti yang telah saya sebutkan sekilas di atas, kamu bisa mengoleksi berbagai jenis kostum yang memiliki desain menarik.

Kostum ini bisa didapatkan secara acak dengan menggunakan beberapa mata uang standar ataupun premium. Jika kamu beruntung, kostum dengan tingkat kelangkaan tinggi bisa didapatkan. Kostum ini memiliki status yang lebih tinggi dari biasanya dan dilengkapi dengan skill yang lebih bagus.

Dari sekian kali saya membeli kostum secara acak, tidak ada satu pun kostum yang memiliki desain yang kurang menarik. Hal ini membuat kegiatan mengoleksi kostum jadi lebih menyenangkan dan mendorong saya untuk grinding lagi dan lagi.


Musik dan Suara yang Berkualitas Prima

Daya tarik terbesar dari Target Acquired menurut saya adalah keterlibatan Manami Matsumae, sang komposer seri orisinal Mega Man. Musik yang ia gubah untuk Target Acquired benar-benar menempel di telinga saya dan membuat saya kangen untuk membuka game itu lagi.

Lagu yang paling saya sukai adalah pada menu utama yang bernuansa penuh semangat. Bagi pemain baru, lagu ini bagai menyapamu dengan membawa kesan banyaknya hal seru yang bisa dimainkan di sini. Saran saya adalah baca review ini sambil mendengarkan video berisi lagu yang saya maksud di atas (seperti yang saya lakukan ketika menulis bagian ini).

Satu hal lagi yang harus saya sebutkan di sini adalah kualitas sulih suara yang sangat bagus. Entah Touchten mempekerjakan orang asing atau lokal saya tidak tahu, tapi yang jelas saya tidak mendengar adanya kesalahan penyebutan kata atau aksen yang aneh pada sulih suaranya.


Kesimpulan

Target Acquired | Screenshot 4

Dengan kesulitan tingkat dewa yang sangat menantang ditambah dengan tembakan blaster ala Mega Man, Target Acquired memiliki modal yang kuat untuk menjadi game endless runner paling seru tahun ini. Rasa frustasi pasti datang di awal permainan (susahnya bukan main kawan), tetapi seiring kamu terbiasa maka area demi area bisa saja kamu lewati, tentunya dengan perlahan.

Kostum-kostum yang ada didesain sangat indah, sampai-sampai beberapa kostum dengan tingkat kelangkaan Common saya sangka sebagai Rare saking kerennya desain kostum tersebut. Untuk musik dan efek suara sudah tidak perlu diragukan lagi, telingamu akan dimanjakan sepenuhnya.

Dari segi grafis, Target Acquired memiliki kualitas yang baik, walaupun menjadi bumerang yang membuatnya berjalan lambat di beberapa perangkat. Kemungkinan banyaknya animasi dalam satu layar membuat performa game menjadi kurang lancar sehingga timbul lag yang mengganggu keberlangsungan hidup Yura ketika bermain.

Secara keseluruhan, Target Acquired bisa menjadi obat mujarab bagi kamu yang menunggu Mighty No.9 yang tak kunjung rilis itu, apalagi ditemani karya Manami Matsumae yang juga menggubah lagu di game penerus spiritual Mega Man tersebut. Bagi penggemar game endless runner dan shooter, game ini akan menjadi sebuah tantangan besar yang harus kamu mainkan.

Game Info
Target Acquired
Touchten -  Dec 23, 2015
Genre:  Action
Size:   47M
Installs:   1 - 5
Gratis
Download

The post Review Target Acquired – Mega Man Akan Bangga dengan Tingkat Kesulitan Game Ini appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Final Fantasy IX Mobile – Perlakuan Baik untuk Sebuah Kisah Klasik

$
0
0

Semenjak bangkitnya industri game mobile, kita semakin sering melihat game klasik dirilis ulang untuk perangkat portabel. Salah satu seri yang cukup aktif mendapatkan perilisan ulang ke mobile adalah seri RPG legendaris dari Square Enix, Final Fantasy. Setelah game pertama sampai ketujuhnya dirilis di mobile, Square Enix pun merilis game kesembilan dari seri ini ke Android dan iOS. Entah kenapa mereka melompati Final Fantasy VIII.

Berbeda dengan Final Fantasy sebelumnya yang mendapatkan port kurang berkualitas seperti Final Fantasy VI yang grafisnya tampak seperti tempelan kulkas atau Final Fantasy VII yang kontrolnya terasa seperti memainkan emulator bajakan, Final Fantasy IX termasuk port Final Fantasy yang dikembangkan dengan cukup niat oleh Square Enix.

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 1

Seberapa berkualitaskah Final Fantasy IX yang kini tersedia di Android dan iOS? Mari cek detailnya di bawah. Namun perlu diingat, dalam artikel ini saya hanya akan membahas soal port Final Fantasy IX di mobile. Jika kamu ingin membaca review secara keseluruhannya tentang cerita, gameplay dasar, dan lain sebagainya, cek review nostalgia Final Fantasy IX di sini.


Kontrol

Satu hal yang umumnya langsung menjadi pertanyaan ketika membahas soal game console yang mendapatkan port ke mobile adalah soal kontrol. Tidak mudah mengonversi kontrol dari gamepad yang memiliki banyak input ke kontrol touch screen yang cukup minim jenis inputnya. Meskipun begitu Square Enix dan Silicon Studio Thailand yang bertanggung jawab atas port ini sukses melakukannya dengan sangat baik.

Kamu bisa memilih beragam pilihan yang ada dalam game serta menjelajahi menu cukup dengan kendali layar sentuh biasa. Meskipun memang terkadang sulit untuk mendeteksi apakah kamu tengah menekan sebuah opsi atau sedang ingin menggeser opsi-opsi yang ada (scrolling).

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 2

Untuk bergerak, ada dua cara yang bisa kamu lakukan. Pertama adalah dengan menekan di titik yang ingin dituju dan membiarkan karakter mencari jalan sendiri ke titik tersebut. Kontrol yang satu ini bisa dibilang sangat nyaman, tapi sayangnya tidak bisa diimplementasikan di semua jenis peta. Ada beberapa tempat yang kameranya tidak diarahkan dari atas, tapi hampir sejajar dengan karakter, dan di area-area seperti itulah metode bergerak alternatif di Final Fantasy IX berkuasa.

Sebagai metode bergerak alternatif, kamu bisa menahan jari kamu di bagian mana pun layar, dan mulai menggesernya. Hal itu akan memunculkan semacam analog virtual yang berguna untuk menggerakkan karakter. Meskipun saya menyebutnya sebagai alternatif, dijamin kamu akan lebih sering menggunakan kontrol ini mengingat natur kamera tiap area di Final Fantasy IX yang unik dan berbeda-beda.

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 3

Analog virtual yang muncul di layar

Satu-satunya kekurangan yang saya rasakan dari kontrol alternatif ini adalah fakta bahwa kamu jadi tidak bisa melihat sebagian layar karena tertutup tangan. Jika kamu sudah biasa bermain game di smartphone, tentunya hal ini bukanlah masalah besar. Tapi bagi orang yang jarang memainkan game besar di smartphone dan memiliki tangan yang juga besar, ini jelas merepotkan.


Grafis

Bagian visual mungkin merupakan bagian paling membuat saya galau tentang port Final Fantasy IX di Android dan iOS. Sepintas saja jelas terlihat bahwa Square Enix telah bekerja dengan cukup rajin untuk meningkatkan kualitas model 3D dalam game, sayangnya hal tersebut tidak mereka lakukan dengan background yang ada.

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 4

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 5

Jika dulu pre-rendered background dalam Final Fantasy IX tampak lebih indah dari model 3D karakter dan objek-objek dalam game, maka kali ini yang terjadi adalah hal berlawanan. Game akan tampak sangat kontras di layarmu dengan karakter yang terlihat begitu detail dan latar belakang yang terasa buram.

Kekurangan dari segi kualitas resolusi latar belakang adalah satu dari sedikit hal yang menahan Final Fantasy IX untuk Android dan iOS menjadi port mobile yang sempurna.


“Fitur” Baru (Cheat)

Salah satu fitur baru yang disediakan di versi port Final Fantasy IX adalah adanya cheat untuk memudahkan permainanmu. Cheat yang disediakan dibagi menjadi dua kategori, cheat permanen dan dinamis. Cheat permanen tidak akan bisa kamu batalkan begitu kamu aktifkan, sedangkan cheat dinamis bisa diaktifkan dan nonaktifkan kapan saja ketika kamu menekan tombol pause.

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 6

Tidak, ini cerita, bukan cheat

Cheat permanen yang bisa kamu aktifkan di menu config terdiri dari tiga jalan instan yang sebaiknya kamu pikir-pikir dulu sebelum digunakan. Salah-salah bukannya memudahkan kamu, tetapi malah akan membuat permainan jadi membosankan. Cheat permanen yang tersedia antara lain adalah:

  • Master Abilities: Seluruh kemampuan karakter akan langsung dikuasai begitu kamu gunakan equipment yang dapat memberikan kemampuan tersebut.
  • Lv/Mag Stone Max: Level dan jumlah magic stone yang bisa digunakan oleh karaktermu akan langsung dimaksimalkan.
  • Gil Max: Memaksimalkan jumlah uang yang kamu miliki, sesuatu yang semua orang impikan di dunia nyata.

Sedangkan untuk cheat dinamis yang ada, kamu bisa memilih dari empat pilihan yang tersedia. Pilihannya antara lain adalah:

  • No Random Encounter: Sesuai namanya, kamu tidak akan menemukan random battle sama sekali. Sesuatu yang membuat permainan Final Fantasy IX menjadi sangat lama berkat loading tidak tahu diri yang harus kita semua hadapi.
  • 9.999 Damage: Semua serangan yang kamu keluarkan memberikan daya rusak sebesar 9.999.
  • Ultra-Speed: Kecepatan game akan menjadi berlipat-lipat ganda. Cocok untuk mempercepat eksplorasi, tapi jika diimplementasikan di pertarungan, akan sangat mudah membuatmu mati.
  • Always Trance: Tidak, cheat ini tidak ada hubungannya dengan musik dugem. Melalui cheat ini karakter kamu akan selalu berada dalam kondisi Trance, yang mana membuat pertarungan menjadi lebih lambat karena animasi yang harus kita tunggu, tapi tentunya karakter kamu akan menjadi lebih kuat.

Meskipun ditambahnya berbagai fitur dan cheat di atas terkesan aneh untuk beberapa orang, saya pribadi sangat suka keputusan Square Enix menambahkan hal-hal tersebut. Dengan begitu, jika kamu hanya ingin bernostalgia atau menikmati dunia dan cerita Final Fantasy IX, kamu tidak perlu dipusingkan dengan pertarungan-pertarungan yang memang bukan elemen terkuat dari game ini.

Selain fitur-fitur baru yang berperan sebagai cheat, ada juga fitur yang memang fungsinya untuk memudahkan permainan tanpa berbuat curang seperti Auto-Battle. Melalui fitur ini, kamu bisa melalui pertarungan yang membosankan dan membiarkan karakter kamu melakukan serangan default terus menerus.

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 7

Tidak sampai di situ saja, melalui Final Fantasy IX versi mobile Square Enix juga ingat dengan fitur penting yang kadang lupa disesuaikan dengan zaman modern, apalagi kalau bukan urusan save. Bermain game sebesar Final Fantasy IX di mobile tidaklah mudah. Bayangkan saja kalau sampai baterai habis atau ada panggilan masuk mengganggu sedangkan terakhir kali kamu berbicara dengan Moogle untuk save adalah dua jam yang lalu? Bisa membuat depresi tentunya.

Untungnya Square Enix sudah cukup memikirkan hal ini. Meskipun game tetap tidak memiliki fitur untuk melakukan save di mana pun dan kapanpun, setidaknya Final Fantasy IX versi mobile memiliki fitur auto-save yang sangat berharga. Setiap kali kamu berpindah area, game akan menyimpan progres kamu, dan kamu cukup menekan Continue di menu utama untuk melanjutkan permainan dari auto-save tersebut.


Kesimpulan

Final Fantasy IX Mobile | Screenshot 8

Apakah Final Fantasy IX versi mobile adalah sebuah game yang pantas dibeli? Tentu saja! Jika kamu mengaku penggemar game ini atau penggemar JRPG secara umum, memainkan port berkualitas sambil mendukung Final Fantasy IX adalah hal yang wajib dilakukan. Berbagai hal yang tersedia di port ini juga membuat Final Fantasy IX mobile menjadi game yang cocok dimainkan pemain lama ataupun pemain baru.

Tapi jika kamu tidak terbiasa dengan kontrol di smartphone dan lebih senang memainkan Final Fantasy IX di layar besar, saran saya tunggulah sampai versi Steam yang dijanjikan keluar. Entah kapan game ini akan rilis di PC, tapi firasat saya tidak akan lama lagi.

Game Info
FINAL FANTASY IX for Android
SQUARE ENIX Co.,Ltd. -  Feb 09, 2016
Genre:  Adventure
Size:   1.8G
Installs:  N/A
236,506
Download

The post Review Final Fantasy IX Mobile – Perlakuan Baik untuk Sebuah Kisah Klasik appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Lost in Harmony – Aksi Runner Berpadu Game Rhythm yang Potensial

$
0
0

Endless runner. Apa yang terbayang di benak kepalamu ketika mendengar genre video game yang sudah sangat identik dengan permainan di platform mobile ini? Bosan? Kurang menantang? 

Apabila dua perasaan tersebut hinggap di benakmu, maka ada baiknya kamu mencari penyegaran baru dengan bermain Lost in Harmony. Mengapa? Karena game ini mencoba sesuatu yang baru dengan menggabungkan permainan genre runner dan rhythm ke dalam satu jalinan permainan bercerita yang dramatis. Hasilnya? Well, sebuah suguhan game baru yang menarik untuk kamu coba tentunya.

Déjà vu dengan Salah Satu Bagian Permainan Valiant Hearts

Lost in Harmony | screenshot 1

Adegan game ini mirip dengan bagian permainan kejar-kejaran di Valiant Hearts

Adalah Yoan Fanise, mantan pengarah game Valiant Hearts yang merupakan figur di balik pengerjaan Lost in Harmony. Dengan pengalamannya selama menjabat di Ubisoft, pendiri Digixart Entertainment ini mencoba menghadirkan pengalaman bermain game runner yang benar-benar berbeda lewat Lost in Harmony.

Premis dari Lost in Harmony sebenarnya kurang lebih hampir sama seperti permainan runner yang pernah kamu mainkan sebelumnya. Kamu diminta bergerak menghindari berbagai halang rintang hingga bagian akhir permainan. Bedanya, progres bermain kamu tidak akan langsung berakhir saat menabrak musuh, ketidaktelitianmu bermain hanya akan mempengaruhi skor akhir yang kamu peroleh dari setiap level.

Agar permainan makin terkesan menarik, Digixart memberikan tantangan ala rhythm game di mana kamu diminta melakukan tap pada bagian indikator di saat momen yang tepat. Uniknya lagi, setiap halang rintang dan indikator yang muncul disesuaikan dengan alunan musik latar yang diperdengarkan.

Lost in Harmony | screenshot 2

Alhasil bermain Lost in Harmony terkesan seperti pengalaman game rhythm yang sepertinya pernah saya jumpai dalam salah satu bagian Valiant Hearts. Bagian yang saya maksud adalah aksi kejar-kejaran dengan perspektif depan yang pernah diulas oleh Fahmi.

Selain memiliki bagian permainan yang mirip, Valiant Hearts juga menghadirkan kisah yang luar biasa menarik

Walau tidak seratus persen mirip, setidaknya pengalaman bermain Lost in Harmony bisa dikatakan sama, minus aksi melakukan tap indikator musik pada bagian layar tentunya.

Meskipun unik, sayangnya ada sedikit ganjalan yang mengganggu jalannya permainan Lost in Harmony. Bila kamu cukup jeli, kamu mungkin merasa transisi antara permainan runner menuju bagian rhythm game ini terkesan kurang bagus, sehingga tak sedikit membuat jari pemain kurang siap, bahkan berpotensi membuatmu hampir menjatuhkan perangkat Android dari genggaman.

Hal ini sebetulnya bisa dicegah jika terdapat semacam isyarat kapan momen rhythm game dan runner keluar, sehingga pemain tahu kapan saat yang pas untuk memposisikan kedua ibu jari di layar. Terlepas dari kekurangan tadi, saya anggap hal tersebut bisa menjadi selingan tantangan buat kamu, supaya berfokus lebih ekstra demi mendapatkan skor sempurna.

Presentasi Endless Runner Musikal yang Cukup Potensial

Lost in Harmony | screenshot 3

Oh ya, saya hampir saja lupa memperkenalkan elemen cerita dalam Lost in Harmony. Dalam game ini kamu bermain sebagai Kaito, seorang pemuda berpenampilan emo yang tak bisa lepas dari keberadaan papan skateboard dan seorang gadis bernama Aya.

Bagian cerita yang kamu simak dalam permainan ini berputar-putar antara petualangan masa lalu keduanya, di saat Aya belum terbaring lemah akibat penyakit yang dideritanya. Lewat Lost in Harmony, Digixart memang berniat mendramatisir ceritanya sedemikian rupa agar kamu betah mengikuti semua level yang disajikan.

Lost in Harmony | screenshot 4

Menariknya lagi, dukungan Digixart terhadap aspek penyampaian cerita dan replay value dalam Lost in Harmony diperhatikan secara baik lewat beragam fitur di dalamnya. Di sini kamu yang tertarik mencoba hal baru bisa menggunakan fitur editor level untuk menciptakan beragam level dengan memanfaatkan musik yang ada dalam perangkat kamu.

Selain fitur editor, Digixart juga mempersiapkan jalinan kisah petualangan karakter baru yang hingga kini masih tersembunyi dan baru akan terbuka jika Lost in Harmony sudah diunduh lebih dari 100.000 pengguna. Kabar baiknya lagi, kamu yang menggunakan Android setidaknya bisa mencoba beberapa level Lost in Harmony secara gratis sebelum mempertimbangkan diri untuk membeli sisa levelnya lewat IAP yang disediakan.

Lost in Harmony | screenshot 5

Kamu bahkan bisa mengganti tampilan Kaito dengan berbagai item yang kamu beli dengan uang hasil bermain

Dari segi presentasi, tampilan Lost in Harmony sendiri sudah terbilang cukup apik, begitu pula bentuk penyajian latar musik dan suara yang menjadi bumbu utama permainan. Sebagian besar aset grafis digambar secara manual dengan tangan sehingga menambah kesan artistik permainan. Di beberapa bagian level bahkan dianimasikan secara menarik supaya latar yang kamu lihat tidak terkesan statis dan membosankan.

Untuk penyajian musiknya sendiri, Digixart dibantu dengan komposer peraih Grammy Award, Wyclef Jean, yang sedikitnya telah mengaransemen dua belas lagu klasik indah, mulai dari musik karya maestro seperti Sebastian Bach, Gustav Holst, dan lain sebagainya. Bila kamu familier dengan nama musisi tadi, keberadaan musik tersebut bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi game ini.

Kesimpulan: Tetap Menjadi Game Runner yang Patut Kamu Coba

Lost in Harmony | screenshot 6

Dari segala hal tentang Lost in Harmony yang telah saya sampaikan di atas, game ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi kandidat game endless runner terbaik (dan terunik) di tahun 2016. Secara keseluruhan, pengalaman bermain Lost in Harmony merupakan suatu hal yang positif dan patut untuk kita apresiasi kemunculannya, apalagi buat kamu yang sudah merasa bosan dengan betapa generiknya permainan game runner akhir-akhir ini.

Dengan versi Android yang tersedia secara gratis (meskipun hanya untuk level-level awal saja), Lost in Harmony merupakan hiburan menarik yang saya rekomendasikan untuk kamu di bulan ini. Apabila penasaran dengan kelanjutan kisahnya, kamu bisa membuka versi penuh Lost in Harmony (berikut fitur editornya) dengan membayar Rp59.000 saja. Setidaknya ini lebih baik dibandingkan versi iOS yang memerlukan pembelian awal di App Store dengan harga yang sama.

Game Info
Lost in Harmony
Digixart Entertainment -  Jan 20, 2016
Genre:  Games, Adventure, Music, Entertainment
Size:  382.32 MB
Installs:  N/A
Rp. 59.000
Download

The post Review Lost in HarmonyAksi Runner Berpadu Game Rhythm yang Potensial appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Alto’s Adventure – Pengalaman Tak Berujung yang Indah

$
0
0

Alto’s Adventure, salah satu game runner terbaik tahun lalu versi Tech in Asia, akhirnya hadir di Android pada awal bulan Februari. Sebagai pengguna setia platform robot hijau, saya pun penasaran untuk mencobanya.

Tak lama setelah mengunduhnya, saya pun tidak bisa lepas dari game ini. Menurut saya, Snowman sebagai developer telah membuat resep yang sempurna untuk sebuah game endless runner. Apa yang membuatnya begitu spesial? Mari kita simak ulasannya berikut ini!


Atmosfer Pegunungan yang Menyejukkan

Alto's Adventure | Screenshot 1

Kali pertama masuk ke dalam game Alto’s Adventure, kamu akan disajikan sebuah cerita pendek tentang Alto, seorang gembala llama yang harus mengejar binatang ternaknya yang kabur. Dengan bermodalkan sebuah papan ski, dimulailah petualangan Alto menyusuri pegunungan untuk mengejar sekelompok llama yang berkeliaran (dan juga mengerjai para tetua yang tidur).

Dari sana kamu akan langsung meluncur di sebuah daerah yang tampak seperti Pegunungan Alpen, rumah para llama di Eropa (yang sebenarnya lebih banyak ada di Pegunungan Andes, Amerika Selatan). Mulai dari latar hingga tampilan depan terlihat begitu rapi dan indah, memberikan kesan pertama yang baik untuk mata.

Alto's Adventure | Animation 1

Satu fitur visual yang paling menarik dari Alto’s Adventure adalah adanya perubahan waktu dan cuaca yang terus berganti, termasuk ketika kamu mendiamkan game ini di menu utama atau ketika kamu sudah kalah. Pergantian pagi, siang, dan malam terasa begitu mulus dan memberikan kesan epik, terutama ketika hujan mulai turun ditemani petir yang menyambar.

Dari segi audio, musik yang disajikan mendukung atmosfer gunung yang tenang dan sejuk. Volume suara dari musik sepertinya sengaja dibuat tidak terlalu keras agar efek suara dari sang karakter dan cuaca bisa lebih menonjol. Tak hanya suara papan ski berdecit atau koin berdenting, kamu juga akan disuguhi bunyi hujan dan petir.

Pengalaman mengasyikkan dari audio ini bisa lebih kamu rasakan lagi jika memainkan Alto’s Adventure menggunakan headphone. Bahkan saya sarankan, jika memungkinkan, untuk selalu memainkannya dengan headphone. Tak jarang saya melihat keluar jendela mengecek apakah benar ada petir menyambar (kebetulan memang sedang hujan), padahal itu efek suara cuaca di game ini.


Interaksi yang Melebihi Ekspektasi

Alto's Adventure | Screenshot 2

Kini mari kita beralih ke kontrol dan gameplay. Dari segi kontrol, Alto’s Adventure hanya memiliki satu jenis input saja, yaitu tap pada layar untuk melompat dan menahannya untuk melakukan backflip. Sebuah kontrol yang sangat simpel memang, tapi tidak semudah yang dibayangkan.

Untuk melakukan berbagai trik yang tersedia di game ini, saya butuh sedikit waktu untuk beradaptasi, terutama untuk melompat dan melakukan backflip. Pasalnya, gerakan karakter di Alto’s Adventure sedikit lebih berat dibandingkan game populer sejenisnya, seperti Temple Run 2, Ski Safari 2, atau Target Acquired yang baru saja saya ulas.

Agar bisa melompat dengan optimal pada sebuah tebing misalnya, kamu tidak bisa melompat benar-benar di ujung tebing tersebut. Alih-alih tinggi, kamu justru akan terjatuh dan permainan pun berakhir. Yang harus kamu lakukan adalah melompat beberapa saat sebelum tebing berakhir.

Alto's Adventure | Screenshot 3

Tak perlu lama, saya pun mulai terbiasa dengan kontrol yang ada di Alto’s Adventure. Trik demi trik berhasil saya eksekusi, walaupun tak jarang berakhir dengan badan terjungkir.

Meskipun kontrol yang tersedia di Alto’s Adventure sangat sederhana, akan tetapi trik yang bisa kamu lakukan bisa dibilang cukup banyak. Mulai dari backflip (serta double dan triple backflip), grind, rock bounce, rock smash, ice slide, dan lain sebagainya yang akan kamu ketahui seiring waktu bermainmu bertambah.

Jika kamu bisa mengeksekusi serangkaian trik tanpa jeda, maka kamu akan mendapatkan skor combo yang memiliki nilai berkali-kali lipat dari trik biasa. Di akhir rangkaian trik, kamu akan mendapatkan boost kecepatan sesuai dengan besar combo tersebut. Melakukan combo adalah satu hal yang sangat penting di Alto’s Adventure dan akan kamu rasakan sendiri ketika sudah cukup jauh memainkannya.

Alto’s Adventure  memiliki sistem misi dengan tingkatan level yang juga berperan sebagai tutorial mini. Di sini kamu bisa mengetahui berbagai trik baru yang mungkin tidak terpikir sebelumnya oleh, atau interaksi-interaksi dengan lingkungan yang ternyata memiliki pengaruh tersendiri.


Karakter-Karakter Baru yang Akan Memengaruhi Gaya Bermainmu

Alto's Adventure | Screenshot 4

Jika kamu berhasil menyelesaikan kelipatan sepuluh dari level yang disajikan, maka kamu akan mendapat seorang karakter baru. Setiap karakter ini memiliki ciri khas yang memengaruhi gaya bermain kamu.

Alto, contohnya, memiliki kemampuan yang merata. Maya, karakter kedua yang bisa dimainkan, memiliki akselerasi yang lambat tetapi kecepatan backflip yang cepat (ini karakter favorit saya). Paz yang gempal tidak terlalu gesit dalam memutar-mutar badannya tetapi mampu melakukan boost jauh lebih lama dari karakter lain.

Dua karakter baru ini akan memungkinkan kamu menyelesaikan misi-misi tertentu yang akan sangat sulit dilakukan oleh Alto. Di lain pihak, kamu juga harus mengadaptasi gaya bermainmu agar tidak sering terjatuh berkali-kali, apalagi dengan Paz yang sangat sulit melakukan backflip, kamu harus menahan dirimu melakukan trik tersebut agar bisa bertahan lama.


Kesimpulan: Wajib Main!

Alto's Adventure | Screenshot 5

Satu kata untuk Alto’s Adventure: adiktif. Game ini mungkin akan sesekali membuatmu frustrasi dengan tingkat kesulitan misi yang diberikan, akan tetapi pengalaman bermain yang ditawarkan selalu membuat rindu dan memainkannya kembali. Apalagi ketika saya akhirnya berhasil melewati misi sulit tersebut, hilanglah sudah produktivitas.

Indra penglihatan dan pendengaranmu juga akan mendapat asupan berkualitas tinggi. Sayang kenikmatan ini kadang harus terganggu dengan kualitas grafis dan suara dari iklan yang kurang bagus (untuk versi Android). Ini tentunya hanyalah hal minor. Namun ada satu hal yang harus saya peringatkan kepadamu: jauhkan kuping dari headphone ketika iklan diputar.

Akhir kata, Alto’s Adventure adalah satu game yang wajib kamu mainkan. Tunggu apa lagi? Segera masuki indahnya habitat para llama dengan mengeklik tautan di bawah!

Game Info
Alto's Adventure
Snowman -  Feb 19, 2015
Genre:  Games, Action, Sports
Size:  61.1 MB
Installs:  N/A
Rp. 45.000
Download

The post Review Alto’s Adventure – Pengalaman Tak Berujung yang Indah appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Lonewolf – Aksi Penembak Jitu yang Dibalut Kisah Kelam

$
0
0

Saat ini sudah cukup banyak game bertema sniper yang bisa kamu mainkan di perangkat mobile. Sebut saja Sniper Fury, Sniper X With Jason Statham, atau Hitman: Sniper. Meski cukup berkualitas, beberapa judul tadi terasa sedikit membosankan. Permainan hanya berkutat pada menjalankan misi seefisien mungkin dan melakukan upgrade senjata untuk mempermudah kamu menyelesaikan level.

Banyaknya game sniper yang tersedia di platform mobile tidak mengurungkan niat FDG Entertainment untuk mengembangkan Lonewolf. Game sniper yang satu ini diklaim oleh developernya tidak cocok untuk dimainkan oleh remaja yang belum genap 17 tahun karena menampilkan cipratan darah dan kata sumpah serapah.

Meski menampilkan kekerasan secara eksplisit, adakah hal berbeda yang dapat membuat pengalaman bermain Lonewolf lebih seru dibandingkan dengan game sejenis lainnya? Untuk menjawabnya, simak ulasan saya setelah berhasil menamatkan  em>Lonewolf berikut ini.

Jalan Cerita Kelam Mengiringi Setiap Misi

Review Lonewolf - Screenshot (3)

Lonewolf bercerita tentang pria yang dikenal dengan sebutan … Lonewolf. Ia adalah sniper yang direkrut sebuah organisasi kejahatan bernama The Assembly untuk menghabisi orang-orang yang berseberangan kepentingan. Lonewolf selalu sukses menghabisi target yang diberikan oleh bos The Assembly dengan kemampuan mumpuni miliknya. Namun aneh, ia hampir tak pernah meminta bayaran atas pekerjaannya itu.

Organisasi mulai curiga akan motif sebenarnya dari Lonewolf dalam melakukan pekerjaannya. Dugaan mereka, Lonewolf adalah sniper berdarah dingin yang membunuh hanya untuk kesenangan. Mereka juga mulai takut bila suatu saat Lonewolf berkhianat dan menghabisi mereka.

Latar cerita di atas langsung kamu dapatkan di awal permainan. Jujur saja hal tersebut langsung membuat saya bersemangat untuk terus memainkan game ini, mengingat sangat jarang sebuah game sniper memberikan elemen cerita yang cukup kompleks.

Alur cerita Lonewolf akan terus berkembang seiring kamu menyelesaikan puluhan misi yang tersedia. Misi-misi di sini tidak semuanya mengharuskan kamu untuk melakukan tembakan dari jarak jauh. Beberapa di antaranya dibuat sesuai dengan jalan cerita yang tengah terjadi. Kamu bahkan akan mendapatkan misi yang mengharuskanmu beradu jotos dengan penjaga sebuah tempat persembunyian.

Harus Benar-Benar Tepat Sasaran

Review Lonewolf - Screenshot (2)

Gameplay dari Lonewolf terbilang cukup sederhana sekaligus sulit. Begitu memulai sebuah misi, kamu akan diterjunkan pada sebuah tempat di mana target berada. Target tersebut harus dihabisi dalam sekali percobaan. Jika tembakan pertamamu meleset, maka kamu tidak akan sempat melakukan tembakan kedua karena sang target segera mengetahui keberadaan kamu.

Mengganti senjata juga tidak lantas membuat saya mendapatkan kesempatan kedua. Meski saya telah menggunakan senjata yang cukup bagus, saya masih tidak sempat melakukan tembakan selanjutnya setelah tembakan pertama meleset. Untungnya skema kontrol yang responsif dan letak tombol virtual yang bisa dikustomisasi cukup membantu saya untuk melakukan tembakan sempurna.

Sulitnya Mengatasi Misi yang Memiliki Banyak Target untuk Dihabisi

Review Lonewolf - Screenshot (8)

Melakukan tembakan sejitu mungkin serta tidak boleh meleset satu kali pun rasanya masih wajar dan bisa dimengerti, toh memang itulah inti dari game sniper. Namun nyatanya, tingkat kesulitan dalam game ini tak hanya datang dari hal tersebut.

Ketika kamu berhadapan dengan misi yang memiliki beberapa target. Kamu harus mengetahui urutan yang pas dalam menghabisi mereka satu per satu. Jika urutanmu salah, maka kamu tidak akan bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan misi langsung gagal.

Masalah urutan tersebut membuat saya cukup frustrasi, karena sangat sulit untuk menemukan urutan yang pas jika target terdiri dari lima orang atau lebih. Tidak ada petunjuk jelas akan target mana yang harus saya habisi terlebih dahulu, hanya trial and error yang bisa membuat saya menyelesaikan misi seperti itu.

Kesulitan ini masih diperparah dengan model energi untuk memulai permainan. Jumlah energi maksimal yang bisa dikumpulkan terbatas hanya sampai sepuluh bar. Pengisian kembali energi terasa cukup lama karena untuk mengisi ulang satu bar saja dibutuhkan waktu selama lima menit.

Fitur Upgrade Senjata yang Minim dan Sederhana

Review Lonewolf - Screenshot (7)

Fitur upgrade senjata yang akan kamu temukan dalam Lonewolf sangatlah minim dan sederhana. Kamu tidak perlu mengumpulkan cetak biru atau item tertentu seperti dalam Hitman: Sniper untuk meningkatkan kualitas senjata milikmu. Di sini kamu hanya perlu membeli beberapa part yang bisa kamu gunakan untuk semua jenis senjata, atau langsung membeli senjata lebih bagus dengan harga tak terlalu mahal.

Jumlah senjata yang dapat kamu koleksi dalam Lonewolf juga tak terlalu beragam. Total hanya ada dua puluh varian yang terdiri dari beberapa jenis senjata, seperti pistol, senapan serbu, dan senapan sniper. Kebanyakan modelnya juga dibuat tidak berdasarkan senjata sungguhan di dunia nyata.

Mengikuti Cerita Lonewolf bak Membaca Komik Kriminal

Review Lonewolf - Screenshot (1)

Berbeda dengan game sniper lain yang mengejar unsur realistis dari sisi visual, dalam Lonewolf kamu akan mendapatkan gaya visual kasar bernuansa neo-noir. Tampilan visual yang ditampilkan saat tengah menjalankan misi tidaklah megah. Gambar karakter tidak detail dan pergerakannya juga sangat kaku. Malahan gaya visual pada cutscene yang mengiringi tiap misi terkesan lebih menonjol.

Cutscene yang menyampaikan alur cerita dari Lonewolf dibuat ala komik hitam-putih yang kian mendukung suasana kelam dari latar cerita game ini. Penyampaian cutscene tersebut membuat saya seolah tengah membaca komik kriminal Sin City karya Frank Miller. Tak sampai di situ, percakapan-percakapan dalam cutscene juga berisi berbagai kata sumpah serapah yang semakin memperkuat klaim dari developer bahwa game ini tidak cocok untuk anak-anak.

Satu hal yang cukup mengecewakan dalam presentasi Lonewolf adalah bagian audio yang kurang mendukung gameplay. Minimnya backsound serta kekosongan suara lingkungan membuat perasaan tegang yang saya dapat saat menjalankan sebuah misi menjadi kurang optimal.

Misi yang Hanya Bisa Diselesaikan dengan Fitur Premium

Review Lonewolf - Screenshot (5)

Lonewolf memiliki fitur premium yang bisa kamu beli melalui IAP dengan harga Rp29.000. Fitur ini membuat game Lonewolf terbebas dari iklan dan kamu akan memiliki energi tak terbatas. Selain itu, fitur premium juga akan memberimu mata uang dalam game sebesar 25.000 dan membuka akses ke beberapa senjata khusus untuk dapat kamu gunakan.

Membeli fitur premium ini sejatinya bukanlah suatu keharusan, karena Lonewolf tetap bisa kamu nikmati tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Namun dapat saya pastikan kamu akan amat sangat kesulitan menamatkan Lonewolf tanpa membeli IAP.

Ada beberapa misi yang menurut saya mustahil untuk diselesaikan tanpa senjata super akurat yang hanya bisa kamu dapat dari fitur premium. Belum lagi adanya batasan energi yang saya sebut di atas kian membuat frustrasi.

Kesimpulan: Game Sniper dengan Cerita yang Berbobot

Lonewolf Review | Screenshot 6

Lonewolf memang bukanlah game sniper yang sempurna. Jika kamu mengejar unsur gameplay realistis, maka Lonewolf tidak akan bisa memberikan hal tersebut. Tingkat kesulitan beberapa misi dalam Lonewolf juga terasa bagai sebuah cara licik yang digunakan developer untuk memaksamu membeli fitur premium.

Terlepas dari segala kekurangannya, saya rasa Lonewolf telah berhasil menghilangkan rasa jenuh saya terhadap game sniper di platform mobile yang terasa begitu-begitu saja. Kalau kamu menyukai elemen cerita serta gaya visual yang unik, maka saya pikir Lonewolf dapat memberikan pengalaman bermain yang jarang kamu temukan dalam game sniper lain untuk perangkat mobile.

Game Info
LONEWOLF (17+)
FDG Entertainment GmbH & Co.KG -  Feb 05, 2016
Genre:  Adventure
Size:   69M
Installs:   5 - 10
Gratis
Download

The post Review Lonewolf – Aksi Penembak Jitu yang Dibalut Kisah Kelam appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[REVIEW] Minix Neo U1, Cara Murah Nikmati Smart TV

$
0
0

Pernahkah kamu berencana untuk memiliki sebuah smart TV, tapi belum memiliki dana yang cukup? Tenang, dengan set top box yang tepat kamu bisa “menyulap” televisi biasa di rumah menjadi sebuah smart TV. Salah satunya adalah Minix Neo U1 yang baru saja saya beli beberapa waktu lalu. Selain itu, perangkat ini juga cocok untuk kamu yang suka menonton film dengan kualitas HD.

Sebelum memulai review, mungkin sebagian kamu masih asing dengan merek Minix. Mereka adalah perusahaan komputer yang berdiri pada tahun 2008 di Hong Kong. Penasaran? Langsung saja simak ulasan lengkapnya.

Pelayanan konsumen yang sigap

Jadi, sebelumnya, saya memang sudah membeli produk ini lebih dari sebulan lamanya. Saya tidak membelinya di Hong Kong, tetapi pada salah satu pusat perbelanjaan di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Kebetulan pada saat itu saya memang sedang mencari set top box.

Pemilik toko tersebut merekomendasikan Minix Neo U1 kepada saya. Meskipun tidak ada garansi resmi (hanya garansi toko selama satu bulan), saya memberanikan diri untuk membelinya karena faktor harga dan rekomendasi.

Isu muncul saat saya memperbarui firmware Android di perangkat ini, kinerja jangkauan Bluetooth menjadi menurun. Pada versi firmware terbaru, Minix Neo U1 tidak bisa menjangkau perangkat Bluetooth lain yang berjarak lebih dari sepuluh sentimeter.

Saya berusaha mencari-cari jalan keluarnya di forum khusus Minix, tapi tidak kunjung menemukan jawaban. Hampir putus asa dan merelakan kejadian pahit ini, saat itu juga saya menerima pesan pribadi dari salah satu administrator forum.

Saya diberitahu bahwa mereka bersedia mengganti perangkat saya yang mengalami kerusakan ini dengan yang baru. Mereka mengirimnya langsung dari Hong Kong tanpa meminta biaya sedikit pun dari saya. Betapa senangnya saya menerima kabar itu. Akhirnya, setelah beberapa hari, Minix Neo U1 baru saya sampai dengan aman tanpa kerusakan.

Review Minix Neo U1 | Foto 1

Paket yang dikirimkan oleh Minix

Unboxing dan kelengkapan

Saya cukup puas dengan kelengkapan yang diberikan oleh Minix Neo U1 ketika membuka kemasannya. Biasanya, apabila kita membeli set top box, kabel HDMI tidak diikutsertakan di dalamnya. Akan tetapi, Minix menyertakan kabel HDMI 2.0, bersama-sama dengan satu unit perangkat set top box-nya, antena, remote inframerah, dua kabel USB on the go, dan adaptor.

Review Minix Neo U1 | Foto 2

Di dalam kemasan Minix Neo U1

Desain dan fitur

Dinilai dari bentuknya, Minix Neo U1 terlihat sangat elegan dan minimalis. Meskipun terkesan meniru Apple TV, namun perangkat yang diproduksi oleh negara asal binatang panda ini tidak terlihat murahan layaknya set top box lain hasil pabrikan yang sama.

Set top box ini memiliki cukup banyak port untuk ukurannya yang mungil, yaitu 127 mm x 127 mm x 21 mm (panjang x lebar x tinggi). Di bagian samping terdapat tiga port USB, satu port USB on the go untuk menghubungkannya ke komputer, dan satu slot microSD yang dilansir mampu menampung kapasitas hingga 256 GB.

Review Minix Neo U1 | Foto 3

Port yang terdapat pada Minix Neo U1

Di bagian belakang, Minix melengkapi Neo U1 dengan satu slot HDMI, satu slot RJ-45, dua colokan audio stereo 3,5 mm masing-masing untuk output dan input, dan—bagi kamu yang menginginkan kualitas suara yang lebih tinggi—bisa memanfaatkan port optical SPDIF. Minix juga menyematkan Bluetooth 4.1 dan koneksi nirkabel 802.11ac dengan fitur 2 x 2 MIMO Dual-Band Wi-Fi yang mampu memberikan bandwidth selebar 2,4 GHz dan 5,0 GHz.

Dari segi antarmuka, Minix memberikan dua pilihan halaman home yang dapat kamu pilih. Kamu dapat menggunakan gaya Android murni, atau Minix Metro yang sepintas mirip dengan tampilan Windows 8.1. Saya sendiri menggunakan gaya tampilan Android murni karena sudah familier dan membuat televisi saya seakan-akan menjadi tablet Android raksasa.

Review Minix Neo U1 | Screenshot 1

Tampilan Android murni

Spesifikasi dan performa

Minix Neo U1 memiliki sistem operasi Android 5.1.1 Lolipop. Minix juga telah membekali dapur pacu Neo U1 dengan prosesor 64 bit quad-core Cortex A53 2,0 GHz dan kartu grafis Penta-Core Mali-450. Perangkat ini memiliki RAM sebesar 2 GB yang saya rasa cukup untuk sebuah set top box Android, serta memori internal sebesar 16 GB.

Review Minix Neo U1 | Spesifikasi

Tidak lupa juga saya menjalankan Antutu Benchmark untuk perangkat ini, guna mengetahui kualitas yang Minix Neo U1 miliki. Hasilnya cukup membuat saya terkejut sekaligus kecewa. Pasalnya, Minix Neo U1 berada di peringkat paling bawah dari beberapa smartphone Android dengan spesifikasi sekelas. Bahkan, perangkat ini berada di bawah VIVO X5 Pro yang daya pacu prosesornya hanya 1,5 GHz saja.

Cukup membingungkan kenapa benchmark memberikan hasil yang tidak memuaskan. Mungkin perangkat ini didesain hanya untuk memainkan video saja.

Saya penasaran dengan kemampuan gaming yang Minix Neo U1 miliki. Saya tes perangkat ini dengan game 3D yang memiliki kualitas grafis tinggi, yaitu Asphalt 8: Airborne dan Real Racing 3. Hasilnya, Minix Neo U1 mampu menjalankan Asphalt 8: Airborne dengan lancar tanpa kendala sedikit pun. Namun, terdapat penurunan frame rate dan performa ketika saya memainkan Real Racing 3.

Review Minix Neo U1 | Screenshot 3

Asphalt 8: Airborne di Minix Neo U1

Perangkat ini memang diciptakan dengan tujuan untuk memutar video beresolusi 4K secara lancar. Kali ini saya menguji kemampuan Minix Neo U1 menggunakan video dengan resolusi 4K 25 dan 60 frame per second yang sudah saya unduh dari YouTube. Kedua video tersebut berjalan dengan sangat lancar dan saya tidak menemukan satu pun transisi frame yang kurang mulus.

Review Minix Neo U1 | Screenshot 4

Tampilan antarmuka KODI yang juga dapat digunakan untuk memutar musik

Minix Neo U1 menggunakan KODI sebagai andalan untuk memutar video. Aplikasi ini mampu memutar video beresolusi tinggi, sekaligus dapat kamu gunakan sebagai media streaming dari berbagai sumber seperti 9GAG TV, Vimeo, YouTube, dan lainnya, yang dapat kamu tambahkan sendiri sebagai add-ons.

Review Minix Neo U1 | Screenshot 5

Kamu bisa melakukan streaming juga di sini

Remote inframerah Minix Neo A2 Lite sebagai penyempurna

Meskipun Minix Neo U1 sudah menyediakan remote control standar, namun saya merasa kesulitan dalam menjelajahi fitur dan mengetik menggunakannya. Akhirnya, saya membeli remote tambahan yaitu Minix Neo A2 Lite.

Review Minix Neo U1 | Foto 5

Minix Neo A2 Lite

Bagi saya, remote ini membantu sekali dalam proses navigasi fitur di Minix Neo U1 dan membuat saya mampu mengetik dengan lebih cepat. Hal ini dikarenakan terdapat keyboard QWERTY tambahan di belakang remote.

Remote Minix Neo A2 Lite juga telah menggunakan teknologi giroskop dan mampu menjadi air mouse dengan memanfaatkan jaringan wireless 2,4 GHz. Sehingga, remote ini lebih presisi dari pada remote bawaan Minix Neo U1.

Review Minix Neo U1 | Foto 6

Dengan keyboard di belakang, mengetik jadi lebih mudah

Kesimpulan

Minix Neo U1 dan remote Minix Neo A2 Lite merupakan perpaduan menarik yang sangat serasi. Hanya saja kedua perangkat tersebut dijual dalam keadaan terpisah. Minix Neo U1 dengan kisaran harga Rp1,7 juta hingga Rp2 juta, sedangkan Minix Neo A2 Lite dibanderol sebesar Rp300.000. Namun, ini merupakan harga yang pantas untuk kamu tebus guna mendapatkan set top box berkualitas.

Dari segi performa, Minix Neo U1 cukup menunjukkan taringnya sebagai pemutar video beresolusi tinggi. Seluruh format video mampu ditelan dengan kemampuan putar yang sangat baik.

Untuk gaming, bisa dibilang perangkat ini cukup mumpuni sebagai sarana memainkan game Android di layar televisi. Saya merekomendasikan Minix Neo U1 ini apabila kamu ingin membeli atau “menyulap” televisi kamu menjadi sebuah smart TV berbasis Android.

Review Minix Neo U1 | Foto 7

 

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post [REVIEW] Minix Neo U1, Cara Murah Nikmati Smart TV appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Adventures of Mana – Kisah Klasik dengan Wajah Modern

$
0
0

Perkembangan game di platform mobile lama kelamaan menjadi semakin gencar saja. Dengan bertambah banyaknya judul-judul berkualitas yang diperuntukkan bagi gamer nonkasual seperti Chaos Ring III, Knights of Pen & Paper 2, dan Vaingloryseolah-olah menunjukkan bahwa melakukan aktivitas gaming di platform mobile pun dapat memberikan pengalaman bermain yang sama mengesankannya dengan bermain di console atau PC.

Beberapa developer besar pun sudah mulai memperhitungkan platform mobile sebagai sarana gaming yang potensial. Tidak terkecuali Square Enix yang rajin melakukan porting judul-judul legendarisnya untuk mobile. Sebut saja Dragon Quest II, Final Fantasy IV, Final Fantasy VII, dan yang terbaru adalah Final Fantasy IX. Satu lagi judul berkualitas yang tidak boleh kamu lewatkan adalah remake dari Final Fantasy Adventure untuk Nintendo Game Boy yang kini hadir di Android dan iOS dengan nama Adventures of Mana.


Pohon Suci, Tree of Mana

Adventures of Mana | Art 1

Kisah Adventures of Mana berpusat pada seorang gladiator dari Glaive bernama Sumo (kamu dapat mengganti nama sang protagonis). Nahas, pertarungan hidup dan mati yang tak ada habisnya harus dijalani oleh Sumo beserta para gladiator lainnya hanya bertujuan untuk menjadi panggung hiburan untuk menyenangkan sang penguasa Glaive yang kejam, Dark Lord.

Namun takdir Sumo berubah seketika saat temannya sesama gladiator akhirnya tumbang dan sekarat. Ia menitipkan suatu misi penting di sela-sela nafas terakhirnya. Bahwa ada sebuah pohon sakti di gunung Illusia bernama Tree of Mana yang konon akan memberikan kekuatan mahadasyat bagi mereka yang menyentuhnya.

Adventures of Mana | Screenshot 29Kabar terburuknya sang Dark Lord pun juga tertarik meraih kekuatan tersebut untuk memperluas kekejamannya. Sumo pun diperingatkan untuk bertindak cepat dan mencari ksatria yang bertugas menjaga Tree of Mana. Berpegang pada amanat terakhir seorang sahabat, Sumo memutuskan untuk melarikan diri dan mencari upaya mencegah rencana Dark Lord agar tidak menjadi kenyataan.


Jadul, Siapa Takut?

Adventures of Mana | Screenshot 24

Adventures of Mana mungkin bisa dibilang mirip dengan The Legend of Zelda untuk NES. Keduanya mengusung genre action-adventure dengan tampilan sudut pandang dari atas, menyelipkan unsur puzzle, dan juga membagi dunianya kedalam area yang terkotak-kotak.

Terkait dengan statusnya sebagai sebuah remake, saya merasakan sekali elemen-elemen dari game klasik di dalamnya. Mungkin hal ini bisa menjadi suatu kelebihan atau sekaligus kekurangan tergantung preferensi masing-masing.

Adventures of Mana | Screenshot 14

Adventures of Mana | Screenshot 28

Segala hal yang memanjakan gamer generasi ini tidak akan kamu temukan. Misalkan hal-hal standar seperti keterangan objektif, penanda lokasi yang harus dituju, atau fitur teleportasi. Jika kamu tidak bisa bermain tanpa fitur-fitur tersebut, lebih baik berhenti membaca sampai di sini saja.

Tapi jika kamu tertarik mencoba atau malah pernah memainkan versi orisinalnya, tidak perlu cemas karena Adventures of Mana terlihat masih mengacu pada gameplay sejatinya. Kembali lagi mungkin saja ini bisa dilihat sebagai game yang malas dipoles dengan fitur baru, walaupun saya sendiri menilai hal ini adalah sebuah daya tarik.


Perpaduan The Legend of Zelda dan Final Fantasy

Adventures of Mana | Screenshot 19

Petualangan Sumo menghalangi rencana Dark Lord tentunya tidak akan mudah, ratusan musuh sudah siap menantangmu. Untungnya untuk mengalahkan penghalang, karaktermu akan didukung dengan beragam senjata, sihir, dan item. 

Uniknya lagi senjata yang kamu pakai tidak hanya berfungsi untuk menyerang, tapi juga untuk melewati berbagai rintangan. Di sini saya semakin melihat unsur dari game Zelda. Contohnya senjata kapak dan sabit rantai membantumu memotong pohon atau tanaman penghalang, gada berantai (flail) akan menarikmu menyebrangi jurang, dan gada berguna untuk meruntuhkan tembok rahasia.

Sedangkan untuk sihir, kamu dapat menggunakan elemen api, es, dan petir untuk menyerang musuh dan juga membuka jalan rahasia. Disertakan juga sihir penyembuh dan sihir pendukung pertarungan yang bisa menidurkan atau menyegel kemampuan sihir musuh.

Tentunya jurus-jurus tersebut dapat dipakai dengan mengonsumsi MP. Tak hanya itu, ada juga bar Limit yang ketika sudah terisi penuh akan mengizinkanmu untuk melancarkan serangan kuat, serangan ini akan berbeda tergantung dengan senjata yang kamu pasang.

Adventures of Mana | Screenshot 23

Adventures of Mana | Screenshot 8

Sebagai remake dari salah satu iterasi Final Fantasy, tidak mengherankan jika kamu akan menemukan berbagai referensi dari seri RPG tersebut. Ketika berhasil naik level, kamu akan dihadapkan dengan empat pilihan untuk mengembangkan kekuatan Sumo. Pilihan ini dilambangkan dengan kelas tradisional dari Final Fantasy yaitu:

  • Warrior

Meningkatkan damage serangan fisik.

  • Monk

Meningkatkan HP dan pertahanan.

  • Mage

Meningkatkan damage serangan sihir dan MP.

  • Sage

Mempercepat waktu pengisian meteran Limit.

Adventures of Mana | Screenshot 11

Tidak hanya itu kamu akan dihadapkan dengan macam-macam bos ikonik, karakter-karakter yang memakai atribut familier, serta kesempatan untuk menunggangi Chocobo! Kalau kamu cukup jeli, kamu juga pasti akan menyadari kalau warna kotak teks, kotak menu, dan efek suara ketika melakukan seleksi benar-benar khas Final Fantasy sekali.


Kontrol, Antarmuka, dan Fitur

Adventures of Mana | Screenshot 17

Sudah menjadi stigma tersendiri bahwa belum banyak game yang berhasil memberikan kenyamanan bermain di layar sentuh, apalagi jika game tersebut dimainkan dengan menggunakan tombol virtual.

Pada layar utama Adventures of Mana disediakan joystick virtual dinamis yang akan terus bergerak mengikuti posisi ibu jari sehingga kamu dapat mengeksekusi gerakan karakter dalam delapan arah dengan leluasa. Pada bagian kanan bawah terdapat dua tombol virtual. Tombol bawah untuk menyerang, tombol atas untuk menggunakan sihir atau item.

Sedangkan di kanan atas, disertakan juga tiga slot pintas (shortcut) untuk mempermudah penggantian senjata atau bisa juga berfungsi sebagai tombol tambahan untuk sihir atau item lainnya. Tidak lupa di bagian kiri atas disematkan peta mini yang dapat diperbesar ketika kamu sentuh untuk mengecek tujuan atau sekadar menandai lokasi penting.

Adventures of Mana | Screenshot 20

Adventures of Mana | Screenshot 4

Implementasi antarmuka yang diterapkan berwujud lingkaran yang simpel dan elegan. Kamu dapat melakukan equip senjata, sihir, armor, item dengan efisien. Sistem menu lingkaran ini juga muncul ketika kamu memilih senjata atau item yang hendak dibeli.

Beragam fitur modern tidak lupa disematkan untuk menunjang kenyamanan bermain. Pastikan kamu selalu melakukan Quick Save jika harus berpindah ke aplikasi lain ketika sedang asyik bermain, lalu jangan lupa juga untuk mengamankan progresmu di server Square Enix lewat fitur Cloud Save. Ada juga sistem achievement yang bisa kamu lengkapi, tersedia untuk Android maupun iOS.

Hal terakhir yang akan saya bahas bersifat opsional, tapi merupakan fitur yang tidak disangka-sangka. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa Adventures of Mana memiliki skema kontrol yang baik walaupun mengadopsi tombol-tombol virtual, tapi tentu saja pengalaman gaming nonkasual terkadang belum terasa maksimal jika belum menekan tombol fisik. Well, bergembiralah karena Adventures of Mana memiliki dukungan langsung dengan bluetooth controller!

Adventures of Mana | Photo 2

Saya tidak tahu apakah dukungan ini juga hadir di iOS atau tidak, karena saya memainkan Adventures of Mana di platform Android. Tapi saya cukup terkejut ketika tak sengaja membaca komentar di Google Play yang mengutarakan kalau ternyata game ini dapat dimainkan menggunakan controller Moga (merk yang cukup terkenal untuk bluetooth controller).

Dukungan ini pun sangat maksimal. Kamu tak perlu repot-repot memetakan tombol-tombol tersebut secara manual. Ketika saya menghubungkan smartphone saya dengan Ipega PG 9021, secara otomatis langsung terlihat tambahan keterangan mengenai tombol-tombol apa yang harus ditekan pada controller tersebut untuk menggantikan fungsi touch atau tombol virtual sepenuhnya.

Fitur ini mengizinkan kamu untuk dapat bermain tanpa harus menutupi layar sama sekali dengan tombol-tombol fisik yang pastinya membuat pengalaman bermain menjadi lebih nyaman dan akurat!


Evolusi Grafis dan Musik yang Manis

Adventures of Mana | Screenshot 18

Grafis yang diusung oleh Adventures of Mana sangat memanjakan mata. Game ini hadir dengan penuh warna dan karakter-karakter imut yang berukuran cebol namun tetap berkharisma. Desain monster dan lingkungan pun cukup mendetil, luar biasa sekali kalau mengingat karakter-karakter ini sebelumnya hanya berwujud piksel dengan format warna hitam putih.

Komposisi musik pun juga masih mengacu pada aransemen orisinalnya. Drastis sekali rasanya jika mendengar musik pada Final Fantasy Adventure yang masih 8-bit seperti kebanyakan game di zaman itu, sekarang menjadi bergaya orkestra dan meriah. Nuansa klasik yang dimodernisasi pasti akan membuatmu betah berlama-lama dalam petualangan mobile ini.

Adventures of Mana | Photo 1

Perbandingan grafis Final Fantasy Adventure dan Adventures of Mana


Kesimpulan

Adventures of Mana | Art 2

Square Enix berhasil menghidupkan kembali judul klasiknya dengan sangat baik. Perubahan yang diimplementasikan sama sekali tidak mengurangi elemen-elemen penting dari karya orisinalnya, tapi malah menjadikan Final Fantasy Adventure cocok untuk dimainkan di era serba canggih ini dengan selubung bernama Adventures of Mana.

Cukup menantang memang untuk kembali lagi ke esensi game klasik yang terkenal dengan penyajian yang sederhana tapi menyimpan gameplay yang kompleks di dalamnya. Kamu dituntut untuk mengingat dan mengerti sendiri langkah apa yang selanjutnya harus kamu ambil, mencari petunjuk yang tersirat dalam perbincangan dengan NPC adalah suatu keharusan, dan kamu harus rela berkali-kali tersasar ketika mencoba menemukan Chocobo milikmu yang tertinggal. Belum lagi teka-teki yang disematkan ternyata masih sama susahnya dengan versi orisinal.

Adventures of Mana | Screenshot 21

Teka-teki legendaris yang sukses membuat para gamer kebingungan

Menurut saya Adventures of Mana sebenarnya dapat sedikit mempermudah para gamer dengan menyertakan beberapa fitur-fitur tambahan. Hal yang minor namun sesungguhnya dapat sangat berguna jika suatu saat ditambahkan pada update mendatang.

Sebut saja seperti penambahan kapasitas item (kamu hanya diizinkan membawa enam belas item), tampilan informasi nyawa musuh, dan yang terpenting adalah ditambahkannya keterangan di peta yang membedakan posisimu ketika di bawah tanah, atau di atas gunung, untuk mencegah kehilangan arah.

Akhir kata Adventures of Mana sangat layak masuk dalam deretan koleksi game mobile milikmu walaupun harganya terbilang tidak murah. Namun efek nostalgia yang diberikan, pengalaman klasik dengan polesan modern, dan dukungan controller tambahan yang baik menurut saya menjadi sebuah bargaining point yang cukup menggiurkan.

Game Info
Adventures of Mana
SQUARE ENIX INC -  Feb 04, 2016
Genre:  Games, Role-Playing, Action, Entertainment
Size:  445.02 MB
Installs:  N/A
Rp. 199.000
Download

The post Review Adventures of Mana – Kisah Klasik dengan Wajah Modern appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Psebay – Bayangan Roda-Roda Gila

$
0
0

Jika kamu mencari game bertema motor (baik itu di Android maupun di iOS), kamu mungkin menyadari jika sebagian game yang ada di sana rata-rata mengusung model permainan lintas jalur ekstrem ala trials, yang mana memang cocok diterjemahkan ke dalam perangkat mobile.

Kesan permainan Trials yang begitu kental inilah yang juga saya rasakan ketika menjumpai Psebay di dalam daftar game Android terbaru minggu lalu. Ketika pertama kali bermain Psebay, saya akui awalnya game ini tampak tak berbeda dengan game tiruan Trials Frontier lain yang sudah ada di Google Play.

Namun dengan tampilan bayangan siluet dan segelintir fitur yang dimilikinya, Psebay memiliki karakteristik unik yang menjadikannya kandidat game mobile paling menarik yang bisa kamu temukan di bulan Februari. Seberapa unik? Mari kita simak ulasannya bersama-sama.

Gameplay Lama dengan Segelintir Pendekatan Baru

Psebay | screenshot 1

Dari segi gameplay, sebetulnya tidak banyak hal baru yang bisa kita temukan di Psebay. Objektif game ini sama seperti game motor trail offroad lainnya yang bisa dengan mudah kita temui di Google Play. Dalam Psebay, kamu hanya perlu memacu motormu melewati bermacam jenis medan hingga menuju garis finis, sambil berhati-hati agar tidak terjatuh atau kamu akan mengulangi semuanya dari awal.

Untuk kontrolnya sendiri, di sini kamu disediakan tombol posisi kanan dan kiri untuk mengubah tumpuan karaktermu di saat mengemudi. Selain itu ada juga tombol gas dan rem yang penggunaannya penting untuk menyelesaikan puluhan rintangan level dalam game ini.

Psebay | screenshot

“Uh… oh… sheeeiiittt!!”

Tantangan level yang disajikan Psebay sendiri tergolong standar untuk ukuran game lintas jalur ekstrem ala trials. Di sini kamu akan menghadapi bermacam jenis tanjakan mulai dari yang landai hingga yang paling curam, hambatan blokade, platform berputar, dan berbagai rintangan lainnya.

Untungnya Eugeny Butakov selaku kreator, tidak mengutamakan faktor realistis sebagai patokan dalam penyajian level Psebay. Hasilnya? Well, semakin jauh kamu bermain, semakin aneh dan beragam pula susunan level yang kamu hadapi, dan ini menjadi salah satu keunikan yang memberikan nilai tersendiri bagi Psebay.

Psebay | screenshot 3

Dikarenakan struktur arenanya yang tergolong tidak biasa, tak jarang beberapa level yang kita jumpai dalam Psebay memerlukan trik dan pendekatan bermain yang sangat tricky, sehingga memakan proses trial and error yang tidak sedikit.

Agar semakin seru, Butakov menyertakan semacam power-up mutator yang berfungsi untuk mengubah gravitasi dari susunan level. Setiap kamu memungut power-up ini, otomatis lingkungan sekitarmu akan berputar searah jarum jam dan kamu diminta untuk sigap mengantisipasi segala perubahan yang terjadi.

Hal tersebut memberikan kejutan tersendiri bagi permainan Psebay dan secara tak langsung melipatgandakan tingkat kesulitan game ini di beberapa level. Masih membekas di ingatan saya bagaimana saya menghabiskan tiga puluh menit untuk aksi trial and error dalam satu level yang membuat saya restart berkali-kali. Cukup membuat frustrasi memang, tapi hei … bukannya memang di situlah letak nikmatnya bermain game semacam ini?

Beginilah Jadinya Ketika Trials Bertemu dengan LIMBO

Psebay | Screenshot 4

Kamu lihat butiran-butiran aneh itu? Itu adalah power-up untuk mengubah arah gravitasi dalam game ini

Membicarakan Psebay, saya pikir tidaklah lengkap jika tidak menyinggung sedikit soal arahan gaya visualnya yang sangat cantik dan artistik. Dengan penyajian gambar yang mengingatkan saya dengan visualisasi siluet ala LIMBO, Psebay memanjakan mata dengan nuansa lingkungannya yang atmosferis, bahkan terkesan surealis di beberapa level.

Menariknya lagi, Eugeny Butakov juga menyertakan sebuah fitur editor level untuk mewadahi keinginanmu membuat lintasan ekstrem versi kamu sendiri. Penggunaan fitur ini tergolong cukup mudah karena kamu cukup menggoreskan bentuk lintasan yang diinginkan dengan jarimu. Bila lintasan dirasa sudah beres, kamu juga bisa  menambahkan bermacam objek serta beberapa hiasan kecil untuk memperbagus bentuk lintasan bermain.

Fitur editor yang cukup menarik tadi hanya bisa diakses apabila kamu telah membeli fitur full game unlock yang sekaligus akan membuka mode Infinite Level, di mana kamu bisa bersaing skor dengan pemain lain dalam level yang mereka buat.

Biaya IAP full unlock dari Psebay sendiri tergolong sangat murah yakni seharga Rp29.000 untuk versi iOS, dan Rp24.900 untuk versi Android. Selain membuka fitur yang saya sebutkan tadi, pembelian tersebut juga menghilangkan iklan sekaligus membuka akses ke seluruh upgrade performa dari pengendara motormu.

Psebay | screenshot 4

Bila kamu tidak membeli fitur unlock sepenuhnya, maka upgrade performa pengemudimu hanya dibatasi satu poin saja

Pada awalnya saya mengira jika keterbatasan upgrade motor yang disertakan Psebay akan membuatnya mustahil melewati bagian pertengahan game ini. Namun setelah saya coba, hingga detik ini saya telah berhasil melewati 39 dari total 47 level yang disediakan dengan hanya mengandalkan keberuntungan dan skill bermain.

Intinya kamu tetap bisa menikmati game ini secara gratis, walaupun artinya kamu akan berhadapan dengan iklan, keterbatasan fitur editor, dan mode Infinite Level. Oh ya, kamu bahkan juga bisa bermain Psebay secara offline, dan bila kamu bermain dengan cara ini, keberadaan iklan akan diminimalisir hingga saat kamu terkoneksi dengan internet kembali.

Kesimpulan

Psebay | screenshot 5

Walau latar musik aslinya cukup oke, saya suka bermain game ini sambil mendengarkan lagu-lagu psikedelik untuk menciptakan mood tersendiri

Meskipun permainan Psebay tidak banyak menawarkan hal yang baru bagi para pemain lama Trials (khususnya Trials Frontier),  namun dengan keberadaan segelintir keunikan yang dimilikinya, game ini mempunyai nilai lebih yang membuatnya layak untuk direkomendasikan kepada para penggemar game bertema sepeda motor di luar sana.

Walau kita bisa bermain game sepenuhnya tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun, saya sarankan kamu untuk mengapresiasi karya dari developer Eugeny Butakov yang membuat game ini seorang diri. Dengan harganya yang cukup terjangkau, saya pikir pembelian IAP tadi bisa menjadi rasa terima kasih kita atas hiburan seru yang bisa kita peroleh dari Psebay.

Game Info
Psebay
Eugeny Butakov -  Feb 17, 2016
Genre:  Racing
Size:   32M
Installs:   10,000 - 50,000
Gratis
Download

The post Review Psebay – Bayangan Roda-Roda Gila appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Clash Royale – Spin-off Clash of Clans yang Sangat Gemilang

$
0
0

Rasanya saya tak perlu menulis panjang lebar lagi untuk memperkenalkan Clash Royale kepada kamu semua. Saya cukup yakin, saat ini popularitas dari game spin-off Clash of Clans tersebut sudah terdengar hingga ke telinga kamu. Mungkin kamu sendiri juga sudah mulai memainkannya di perangkat Android maupun iOS kesayangan.

Terhitung dua bulan semenjak soft launch pada Januari kemarin, pamor Clash Royale sebagai game strategi yang cukup potensial sebetulnya sudah bisa dirasakan. Hal itu tak lepas dari bayangan nama besar Clash of Clans yang memang terbukti sangat populer dan memiliki basis pemain cukup besar di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Untungnya, popularitas Clash of Clans dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Supercell. Lewat presentasi gameplay yang seru serta warna-warni dengan sederet karakter yang familier, Clash Royale telah menjadi sebuah fenomena yang membuat nama francis Clash makin populer. Posisi Supercell di belantika game mobile pun semakin tak tergoyahkan.

Strategi Penuh Intrik yang Mengena di Hati

Clash Royale | screenshot 1

“Booom!!”

Mengulang sedikit penjelasan saya dalam ulasan preview sebelumnya, hal menarik yang saya temukan dalam Clash Royale adalah menyaksikan upaya Supercell dalam menghadirkan spin-off Clash of Clans. Clash Royale benar-benar terasa baru tanpa menanggalkan ciri khas Clash of Clans yang menjadi andalan Supercell.

Berhubung gameplay strategi berbasis asynchronous (sistem online di mana pemain saling menyerang secara bergiliran) sudah cukup melekat dengan francis Clash of Clans, kali ini Supercell mencoba hal baru dengan elemen real time combat. Kehadiran elemen ini justru membuat Clash Royale begitu seru, liar, dan penuh dengan kejutan!

Clash Royale merupakan kombinasi antara game real time strategy dengan permainan tower defense yang skala permainannya dibatasi dalam sebuah arena berukuran kecil. Dalam pertarungan arena ini, masing-masing pemain memiliki tiga menara yang harus mereka jaga: satu menara kastel utama dan dua menara yang lebih kecil di kedua sisi.

Clash Royale | screenshot 2

Sebagai sang raja, tugasmu adalah berduel menghancurkan menara-menara tadi dengan tumpukan kartu summon yang semuanya memerlukan eliksir untuk diaktifkan. Tak hanya digunakan untuk memanggil pasukan darat dan udara saja, tumpukan kartumu juga bisa diisi dengan mantra sihir, struktur bangunan, dan kartu pasukan jenis hero yang sangat langka.

Untuk pembahasan gameplay yang lebih lengkap, kamu bisa membaca ulasan preview kami sebelumnya di sini

Karena fungsi eliksir tadi begitu penting, otomatis kamu juga perlu berfokus mengatur pembagian meteran eliksir yang akan terisi secara perlahan di sepanjang pertandingan. Semakin banyak eliksir, makin besar kesempatan kamu untuk mengeluarkan kartu terkuat dari dalam deck. Dan bila kamu mengombinasikannya dengan kartu lain di saat yang tepat, maka bukan tidak mungkin jika serangan tersebut nantinya bakal merepotkan lawan.

Kombinasi permainan yang begitu taktis tadi membuat Clash Royale terlihat seperti sebuah game adu strategi yang sangat brilian dan juga sulit untuk ditebak. Meskipun tujuannya adalah menggulingkan pemain lain, namun sering kali kita tak pernah bisa memprediksi hasil akhir permainan karena adanya faktor lain yang bisa jadi akan membalikkan keadaan.

Clash Royale | screenshot 3

Melihat kembali replay pertandingan kita dan mempelajari letak kelemahan deck kartunya adalah hal wajib agar bisa meraih Arena lebih tinggi

Mengakali musuh dan membuatnya rugi kehilangan banyak eliksir merupakan salah satu dari sekian banyak strategi yang membuat intrik permainan Clash Royale begitu sulit untuk dijelaskan. Bahkan jika kamu beruntung, berjudi dengan sisa eliksir kamu di detik-detik akhir permainan juga berpotensi membuatmu menang, asalkan musuh saat itu benar-benar lengah membaca taktik terakhir kamu.

Saya akui di sini ada kepuasan tersendiri jika kita berhasil mengakali musuh terhebat dan membuatnya kalah hanya karena selisih satu menara saja. Namun jika kita sudah mulai membicarakan kekalahan yang terjadi secara berulang-ulang, ada baiknya kamu untuk tidak larut memikirkannya hingga terbawa ke dalam perasaan.

Intinya, apa pun hasil akhir dari pertandingan, kalah atau pun menang, ini semua hanyalah soal seberapa cerdik kamu berkelit dari strategi serangan lawan dan membalasnya dengan taktik yang kamu punya. Bila kamu sudah berada di tingkatan yang lebih lanjut, ada baiknya untuk rehat sejenak sambil mengumpulkan kartu serta strategi apa lagi yang efektif di arena berikutnya. Karena…

Seru Sekaligus Menyenangkan di Awal, Namun Penuh Darah dan Keringat di Bagian Pertengahan

Clash Royale | screenshot 4

Wizard of the Coast perlu berhati-hati dengan keberadaan permainan kartu Elixirs: The Gathering

Ya, judul yang saya tulis di atas kira-kira adalah penggambaran untuk menjelaskan aspek grinding dari permainan Clash Royale. Sama halnya dengan game freemium lain yang mengandalkan fitur leaderboard match, persaingan Clash Royale di tingkat lebih tinggi memerlukan komitmen yang tidak sedikit dari para pemainnya. Apalagi jika ia bernafsu menjadi yang paling hebat.

Mereka yang sama sekali tidak pernah mengeluarkan uang sepeser pun jelas menjadi korban dalam permainan leaderboard match semacam ini. Mengapa? Karena untuk bisa “bertahan hidup” di tingkat Arena yang lebih tinggi (Arena 7 dan Arena 8), diperlukan kartu dengan level yang cukup serta deretan upgrade kartu Epic yang sama sekali tidak mudah untuk didapatkan.

Kesabaran dan komitmen bermain jelas menjadi hal yang diuji dalam permainan freemium semacam ini. Pasalnya, untuk bisa membuka peti saja kamu perlu menghabiskan waktu berjam-jam dan hasilnya sendiri belum tentu sesuai dengan apa yang kamu inginkan.

Clash Royale | screenshot 5

“Ahh… Prince! Akhirnya aku mendapatkan kamu juga!!! Terima kasih dewa RNG!!”

Untungnya Supercell menyediakan dua cara alternatif bagi pemain yang menginginkan perolehan kartu jenis Epic untuk keperluan upgrade. Cara pertama adalah dengan membeli kartu yang diinginkan lewat penawaran harian.

Meskipun instan, namun cara ini memerlukan jumlah koin emas yang tidak sedikit, sehingga ujung-ujungnya kamu perlu untuk membeli IAP koin demi menambah pundi-pundi keuanganmu. Apalagi mengingat harga kartu jenis Epic yang dijual sama sekali tidak murah.

Untuk mendapatkan 2.000 keping emas saja, kamu perlu sedikitnya 120 Gem yang bisa kamu peroleh dengan pembelian dua paket Fistful of Gems seharga Rp30.000. Itulah harga yang kamu butuhkan untuk satu kartu Epic dalam permainan Clash Royale.

Clash Royale | screenshot 6

Walaupun cukup membantu, namun cara ini sering dimanfaatkan oknum kutu loncat yang kerjanya hanya minta kartu terus pergi begitu saja

Cara kedua adalah meminta koleksi kartu pemain lain yang tergabung dalam satu Clan. Walaupun dengan cara ini kamu tidak mendapatkan kartu Epic (karena hanya bisa meminta kartu maksimal berjenis Rare, dan Common), namun setidaknya kamu bisa melengkapi kebutuhan upgrade kartu lainnya dengan cara ini.

Terlepas cara mendapatkan kartu jenis Epic yang sangat sulit tadi, terus terang saya tidak mau ambil pusing untuk mengejar ambisi menjadi yang terhebat dan terkuat dalam game ini. Sama halnya seperti faktor kalah dan menang, perolehan kartu tadi hanya saya anggap faktor bonus yang keberadaannya sendiri sama menghiburnya dengan menyaksikan rekaman replay duel antar pemain dalam fitur TV Royale.

Terus terang saya berharap Supercell kelak juga menambahkan opsi crafting kartu seperti yang saya temui dalam permainan Hearthstone. Meskipun Supercell belum mengumumkan rencana implementasi fitur crafting, namun tetap saja opsi mendaur ulang kartu yang tak lagi terpakai untuk mendapatkan kartu lainnya sesuai keinginan merupakan fitur yang penting dalam sebuah game kartu online.

Terbantu oleh Karakter Clash of Clans yang Sangat Kuat

Clash Royale | screenshot 7

Dengan semakin terkenalnya karakter-karakter ini, sekarang hanya tinggal menunggu karakter game Clash muncul di seri animasi

Sebagai sebuah game spin-off yang dibuat dari cetak biru Clash of Clans, saya akui Clash Royale banyak terbantu oleh pesona milik karakter yang begitu mengakar di benak pikiran para pemain Clash of Clans. Mungkin karena dampak dari menonton iklan animasi Clash of Clans yang digarap secara apik, saya pun bisa dengan mudah mengenali karakter tertentu berdasarkan suaranya saja. Mulai dari Hog Rider dengan teriakannya yang flamboyan, sang Barbarian, bahkan P.E.K.K.A. dengan baju besinya yang berisik.

Di luar apakah nantinya kesuksesan Clash Royale sanggup mengalahkan kakaknya, Clash of Clans, yang jelas karakter game ini sudah cukup kuat untuk dilepas ke dalam game spin-off lain dengan embel-embel Clash di bagian depan judulnya. Saya sendiri sudah tidak sabar untuk menunggu hal itu terjadi lagi di tahun-tahun berikutnya.

Kesimpulan

Clash Royale | photo

“Peringatan! Ini adalah racun, Kawan!”

Secara keseluruhan, Clash Royale merupakan sebuah game strategi yang sangat menarik untuk dicoba para pengguna perangkat mobile. Baik bagi mereka yang sama sekali belum pernah bermain Clash of Clans, maupun yang sudah tiga tahun lebih mendedikasikan waktunya untuk terus bermain Clash of Clans saja (behh … hardcore sekali kamu!).

Walau progres bermainnya tergolong lambat karena waktu membuka peti hadiah yang lama dan juga leveling kartu yang sangat merepotkan, namun saya tidak memungkiri bahwa Clash Royale mempunyai formula permainan yang efektif untuk membuat matamu menatap layar perangkat mobile selama beberapa saat.

Ingin tahu lebih banyak tentang strategi, tip, trik, dan lain sebagainya tentang Clash Royale? Semuanya ada di sini!

Bagi kamu yang mendambakan sebuah game strategi dengan elemen taktik yang seru dan menantang, Clash Royale jelas menjadi game yang wajib untuk direkomendasikan kepada kamu. Namun seandainya kamu adalah gamer yang cenderung kompulsif dan selalu berambisi menjadi yang terdepan dalam persaingan leaderboard, maka Clash Royale akan menjadi adiksi baru yang dapat menggerogoti waktu dan juga dompetmu secara perlahan. Waspadalah!

Game Info
Clash Royale
Supercell -  Mar 01, 2016
Genre:  Strategy
Size:   87M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

The post Review Clash RoyaleSpin-off Clash of Clans yang Sangat Gemilang appeared first on Tech in Asia Indonesia.


[Hands-on] Infinix Hot 3 X553 & X554: Si Kembar “Panas” yang Ramah di Kantong

$
0
0

Awal bulan Maret lalu, Tech in Asia berkesempatan melakukan hands-on Infinix Zero 3. Tenang, kami masih menyiapkan review lengkapnya. Namun kemarin, (24/3), Infinix kembali meluncurkan varian terbaru smartphone mereka, yaitu Hot 3 X553 dan X554.

Berbeda dengan Zero 3 yang menyasar kelas mid-end, si kembar ini datang untuk meramaikan persaingan smartphone kelas low-end. Terang saja, dengan banderol harga Rp1,4 jutaan untuk X554 dan Rp1,6 jutaan untuk X553, keduanya jelas cukup “panas” untuk kelas bawah.

Lalu apa lagi yang menarik dari smartphone kembar ini? Langsung saja simak ulasan berikut.

Bukan pinang dibelah dua

Infinix Hot 3_4

Karena masuk kategori smartphone kelas bawah, jelas ekspektasi yang diberikan tidak bisa terlalu tinggi. Body misalnya, masih berbalut plastik. Selain itu RAM yang disertakan juga “hanya” 2 GB. Mengingat adanya bloatware pada smartphone Android selain seri Nexus, Android One, dan vendor lain yang mengusung label “Google Edition,” jelas banyak RAM yang berpotensi termakan.

Spesifikasi lengkap dan perbedaan kedua perangkat ini bisa kamu lihat pada tabel berikut.

 Infinix Hot 3 X553Infinix Hot 3 X554
ProsesorQualcomm Snapdragon 415 Mediatek 6580
Layar5,5 inci HD5,5 inci HD
RAM2 GB2 GB
OSAndroid LollipopAndroid Lollipop
Kapasitas penyimpanan16 GB16 GB
Kamera depan5 MP 2 MP
Kamera belakang8 MP8 MP
Kapasitas baterai3000 mAh3000 mAh
Harga Rp 1,6 jutaRp 1,4 juta

Kapasitas memori kedua perangkat juga dibatasi, hanya bisa ditambah sampai 32 GB saja. Koneksi X554 juga belum mendukung 4G. Pada review lengkapnya nanti, tentu kami akan melakukan pengujian yang lebih komprehensif.

Infinix Hot 3_2

Kedua smartphone ini dibekali dengan soft flash pada kamera depannya. Rasanya akan cocok untuk para penggemar selfie, meski di atas kertas kualitas kameranya terbilang biasa saja dan tidak menggunakan sensor dari pabrikan yang sudah terkenal.

Bawa pulang yang mana?

Dengan harga kurang dari Rp 2 juta, mungkin cukup menggiurkan bagi sebagian kamu untuk membawanya pulang. Namun harap bersabar karena kamu masih harus menunggu bila ingin meminangnya. X553 akan siap dipasarkan pada bulan April, sementara saudara kembarnya X554 masih akan hadir lebih lama lagi yaitu di akhir April mendatang. Keduanya akan dipasarkan lewat e-commerce Lazada.

Infinix Hot 3_6

Infinix Hot 3_7

Nah, jadi bawa pulang yang mana? Atau lebih baik menunggu review lengkap kami? Jelas terlalu dini untuk menyimpulkan. Yang jelas di rentang harga ini cukup banyak pilihan lain yang tidak kalah menarik seperti Xiaomi Redmi 3 yang hadir dengan balutan body metal.

Kumpulan Paket Data untuk Smartphone yang Perlu Kamu Ketahui)

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post [Hands-on] Infinix Hot 3 X553 & X554: Si Kembar “Panas” yang Ramah di Kantong appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review White Day – Jangan Keluyuran di Sekolah Malam Hari

$
0
0

Berada di sekolah malam hari saat mengikuti kegiatan Pramuka bukanlah pengalaman yang menyenangkan bagi saya dulu. Bangunan bekas gedung pemerintahan di zaman kolonial Belanda yang menjadi tempat saya menimba ilmu memiliki beragam kisah tentang kekelaman masa penjajahan silam. Entah benar terjadi atau hanya sekadar rumor, namun cerita horor itu semakin menambah kesan angker sekolah.

Latar tempat sekolah angker itulah yang juga diangkat dalam White Day: A Labyrinth Named School. Apabila kamu biasanya hanya sekadar mendengar kisah mencekam di sekolah dan bukan mengalaminya langsung, maka melalui game ini kamu bisa merasakan sendiri suasana horor tersebut. Apakah akan terasa lebih menyeramkan? Kamu bisa mengetahuinya dengan membaca ulasan saya di bawah ini.

Cinta Monyet Berujung Horor

White Day | Screenshot 01

White Day untuk platform mobile merupakan remake dari game berjudul sama untuk PC yang dirilis di Korea Selatan pada tahun 2001 silam. Tidak hanya sekadar melakukan porting, ROI Games selaku developer juga melakukan perbaikan kualitas visual, perombakan puzzle, hingga menyiapkan edisi VR yang rencananya akan dirilis untuk PlayStation VR di masa mendatang.

Kamu berperan sebagai seorang remaja laki-laki bernama Hui-Min Lee yang menyelinap ke sekolah di malam hari. Perbuatan nekat itu semata-mata ia lakukan untuk secara sembunyi-sembunyi mengembalikan buku harian pujaan hatinya yang terjatuh, sekaligus mengejutkannya dengan meninggalkan sekotak coklat untuk memperingati White Day.

Tanpa disangka-sangka, kamu tidak sendirian di bangunan sekolah itu. Hui-Min harus kucing-kucingan dengan penjaga sekolah yang sangat brutal, bertemu dengan beberapa teman perempuannya (termasuk sang pujaan hati), serta bersinggungan dengan kejadian supernatural yang berhubungan dengan kekelaman masa lalu sekolah. Pada akhirnya, kamu harus berusaha menyelamatkan nyawa karena telah mengusik ketenangan para makhluk gaib di sana.

Horor dari Sudut Pandang Orang Pertama

White Day | Screenshot 02

Layaknya P.T. yang telah ditarik oleh Konami, White Day menggunakan sudut pandang orang pertama untuk menyajikan pengalaman horor kepada para pemainnya. Kamu akan menjelajahi bangunan sekolah angker langsung melalui pandangan mata Hui-Min dan bernavigasi menggunakan tombol virtual yang terdapat pada layar.

Penggunaan sudut pandang ini bagi saya sangat cocok dengan tema horor yang diusungnya. Dengan seolah-olah berada di dalam game, saya dapat merasakan bulu kuduk berdiri ketika tiba-tiba melihat suatu siluet menghampiri, mendengar suara-suara misterius di sekeliling, atau saat menelusuri lorong-lorong gelap dan dikejutkan oleh jumpscare. Saya jadi paham mengapa ROI Games tengah mengerjakan versi VR dari game ini.

Karakter yang Tampak Natural

White Day | Screenshot 03

Sebagai sebuah game yang merupakan karya sekelompok developer indie, pada awalnya saya tidak menaruh banyak harapan pada kualitas animasi karakter yang ditampilkan dalam grafis 3D. Ternyata ekspektasi saya terhadap White Day terlalu rendah, karena ROI Games mampu menyajikan karakter yang sama sekali tidak terlihat kaku.

Semua karakter di dalam game, terkecuali para penjaga sekolah yang tampak bagai robot, tampak hidup dan ekspresif. Gerakan mereka terlihat cukup natural, dengan mimik wajah yang berubah-ubah mengikuti perasaan mereka. Kualitas sulih suara yang disajikan juga cukup meyakinkan, dengan versi bahasa Inggris disuarakan oleh native speaker profesional.

Perbaikan Sekaligus Perombakan

White Day Ghost | Screenshot 02

White Day | Screenshot 04

Tidak hanya para karakter yang tampak hidup, kualitas grafis dalam White Day versi mobile secara keseluruhan mengalami perbaikan layaknya proses remaster. Tekstur ruangan, efek bayangan, hingga efek flare yang berasal dari korek api maupun lampu senter terlihat lebih tajam dan nyata. Beberapa objek dalam versi mobile, seperti tampilan meja maupun lukisan di dinding, bahkan dirombak total dari versi PC aslinya.

Perombakan yang dilakukan ROI Games tidak terbatas pada visual saja, tapi juga menyentuh mekanisme puzzle di dalamnya. Sebagian besar puzzle yang ada di dalam versi mobile benar-benar merupakan jenis baru yang tidak terdapat pada versi aslinya. Dengan demikian, para pemain lama White Day di PC pun harus kembali memutar otak agar bisa menyelamatkan diri.

Siapa yang Selamat? Semua Tergantung Tanggapanmu

White Day | Screenshot 05

Kisah dalam White Day memiliki percabangan yang akan berimbas pada progres cerita. Kamu akan dihadapkan pada beragam opsi saat berinteraksi dengan karakter lain di dalam game. Kamu dapat memutuskan untuk mengikuti siapa, bersikap baik atau sinis, serta hendak pergi ke mana terlebih dahulu.

Tergantung dari keputusanmu saat dihadapkan dengan pilihan, ending cerita yang akan kamu dapat juga akan berubah. ROI Games telah menyediakan tujuh ending berbeda yang dapat kamu koleksi, sehingga meningkatkan replay value dari White Day.

Anti Kekerasan

White Day | Screenshot 06

Sebagai seorang pelajar sekolah biasa, Hui-Min sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membela diri, apalagi menggunakan senjata saat melawan penjaga sekolah yang keji. Bila kamu kepergok oleh para penjaga yang sedang berpatroli, maka satu-satunya pilihanmu adalah lari.

Kamu bisa lari sejauh mungkin dari penjaga, atau bersembunyi di dalam toilet sambil menunggu mereka menjauh. Bila kamu ingin menghindari para penjaga, maka kamu bisa bersembunyi di dalam ruangan sambil mendengarkan langkah kaki mereka yang berjalan menjauh dengan sangat lambat.

Desain pergerakan penjaga ini malah terasa merepotkan daripada menakutkan bagi saya. Untuk menunggu mereka menjauh, diperlukan setidaknya lima menit menunggu di dalam kegelapan. Mekanisme ini menurut saya malah mengacaukan ritme permainan dan membuat progres cerita berjalan terlalu lambat.

Harus Jeli Layaknya Detektif

White Day | Screenshot 07

Walau developer telah berusaha memberikan beragam petunjuk untuk memecahkan puzzle di dalam game, namun beberapa puzzle yang akan kamu hadapi harus melibatkan kemampuan deduksi tinggi layaknya detektif. Beberapa teka-teki memiliki petunjuk yang minim atau bahkan tidak memiliki petunjuk sama sekali.

Progres cerita saya sempat macet beberapa hari akibat terjebak dalam suatu puzzle, hanya karena sibuk menjelajahi kembali semua area yang telah dilewati guna mencari petunjuk yang saya pikir terlewat. Ternyata, game memang tidak memberikan petunjuk tambahan dan kunci pemecahan puzzle adalah observasi jeli serta kemampuan deduksi untuk memecahkan pola dari sandi.

Pemecahan puzzle juga melibatkan proses backtracking yang cukup ekstensif. Tidak jarang saya melewatkan beragam objek penting hanya karena letaknya yang cukup tersembunyi (siapa sangka kamu akan menemukan pemberat timbangan dalam sebuah kakus?). Identifikasi objek penting juga cukup sulit dilakukan karena Hui-Min tidak dapat mengenali objek dalam kegelapan dan harus menyalakan lampu atau mendekat dengan korek untuk melihat objek.

Seram, tapi Menyebalkan

White Day Ghost | Screenshot 03

White Day | Screenshot 07

Permasalahan desain puzzle serta keharusan backtracking yang ekstensif terasa cukup menyebalkan dalam White Day. Game yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari lima jam, berubah menjadi berhari-hari (atau mungkin lebih lama) karena puzzle yang sulit dipecahkan dan item yang terlewat entah di mana.

Namun, harus saya akui nuansa menyeramkan dan desain karakter dalam White Day cukup terpoles sehingga mampu membuat nuansa horor dalam game terkesan nyata. Terlebih lagi, White Day memiliki replay value tinggi berkat tujuh ending berbeda yang disiapkan oleh ROI Games.

Dengan banderol sekitar Rp99.000, White Day mungkin terasa cukup mahal bagi para pengguna iOS maupun Android. Namun bila kamu menyukai puzzle sulit serta pengalaman mencekam, maka White Day saya pikir cukup sepadan dengan uang yang harus kamu keluarkan.

Game Info
White Day
ROIGAMES -  Mar 16, 2016
Genre:  Adventure
Size:   61M
Installs:   10,000 - 50,000
99,227
Download

The post Review White Day – Jangan Keluyuran di Sekolah Malam Hari appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[REVIEW] Infinix Zero 3: Kuda Hitam dari Negeri Tirai Bambu

$
0
0

Smartphone buatan Cina yang terus menggempur pasar Indonesia kian meramaikan pilihan gadget yang tersedia di luar sana. Memang, harus saya akui, smartphone Cina terkenal dengan harga yang miring serta performa lebih tinggi di kelasnya. Setelah Tech in Asia mengulas Xiaomi Mi 4, Meizu MX4, dan One Plus X, kini hadir Infinix dengan flagship terbarunya, yaitu Zero 3.

Bagi yang masih merasa asing tentang nama Infinix, mereka adalah produsen smartphone asal Cina yang sebelumnya pernah merilis Infinix Zero 2 pada bulan Agustus lalu. Pada tanggal 29 Februari 2016, Infinix secara resmi merilis Zero 3 di Indonesia.

Dibanderol dengan harga Rp2,6 juta, apakah kehadirannya mampu menggebrak pasar menengah dan mengancam eksistensi smartphone high-end? Langsung saja kita simak ulasannya berikut ini.

Solid, mewah, dan rapi

Review Infinix Zero 3 | Photo 1

Infinix Zero 3 memiliki bodi yang terbuat dari plastik. Ya, saya tahu bahwa material plastik identik dengan kesan yang murahan. Namun tidak bagi Zero 3. Infinix mampu memberikan aksen elegan dengan membubuhkan material glossy di seluruh bodi, serta kesan tekstur kristal yang mewah pada kover belakangnya.

Bodinya pun terasa begitu solid ketika saya menggenggamnya, namun tidak untuk waktu yang lama. Keempat ujungnya yang lancip membuat telapak tangan saya terasa sedikit sakit ketika menggunakan Zero 3 setelah beberapa waktu. Selain itu, tanpa casing tambahan, smartphone ini dapat mudah terlepas dari tanganmu karena material plastik yang cukup licin.

Di bagian samping kanan, kamu dapat melihat dua tombol yang cukup menonjol. Satu adalah tombol power, dan lainnya adalah tombol untuk mengatur volume suara. Keduanya dapat kamu bedakan secara jelas. Menggunakannya juga nyaman karena mudah digapai, meskipun sedang mengoperasikannya dengan satu tangan.

Review Infinix Zero 3 | Photo 2

Selain kehadiran tombol, kamu juga dapat melihat lubang audio 3,5 mm di bagian atas dan Micro USB di bagian bawah. Zero 3 juga memberikan dua celah mikrofon mungil di bagian bawah dan atas, serta slot Dual SIM dan microSD yang terpendam di sisi kiri dan kanan bodi. Seluruh slot konektivitas tersebut disusun dengan rapi dan tidak mengganggu aktivitas pemakaian smartphone.

Secara keseluruhan, saya dapat mengatakan bahwa penampilan Infinix Zero 3 terlihat rapi, menawan, dan solid.

Layar lebar dan X UI 3 yang menyenangkan

Infinix Zero 3 memiliki layar seluas 5,5 inci yang sudah dilengkapi dengan teknologi IPS. Resolusi yang dimiliki oleh Zero 3 pun sudah Full HD. Atau, dengan kata lain, memiliki resolusi 1080 x 1920 piksel. Artinya, kamu bisa menonton film berdefinisi tinggi dengan baik di sini.

Review Infinix Zero 3 | Photo 3

Namun sayangnya resolusi tinggi dan layar lebar tersebut tidak dibarengi dengan kerapatan piksel yang tinggi. Infinix Zero 3 hanya memiliki tingkat kerapatan sebesar 400 ppi saja. Hal ini tentu cukup mengganjal bagi saya yang ingin melihat gambar, membaca teks, menonton video, atau bermain game dengan kualitas grafis tajam.

Ikon-ikon di dalamnya pun terlihat sedikit kabur. Namun hal ini tentu sangat minor bagi kamu yang tidak memedulikan ketajaman layar.

Infinix Zero 3 berjalan di atas sistem operasi Android 5.1 Lollipop. Cukup disayangkan memang mengingat smartphone flagship saat ini sudah menggunakan Android 6.0 Marshmallow. Sampai saat ini belum ada informasi apakah Zero 3 akan mendapat pembaruan Marshmallow, bahkan Nutella, ke depannya.

Namun Zero 3 tidak menggunakan antarmuka Android native, melainkan menggunakan X UI 3 sebagai custom ROM. Saya sangat menyukai tampilan X UI 3 yang terlihat flat, sederhana, tetapi masih memiliki unsur estetis di dalamnya.

Review Infinix Zero 3 | Screenshot 1

Apabila kamu memiliki kebiasaan untuk terus menekan tombol power guna melihat berbagai pesan yang masuk, Infinix Zero 3 adalah smartphone yang tepat. Pasalnya, Zero 3 memiliki fitur yang dinamakan Smart Wake. Kamu hanya perlu mengetuk layar Zero 3 yang sedang mati sebanyak dua kali untuk menyalakannya.

Selain itu, Infinix Zero 3 juga memiliki fitur Quick Start yang memungkinkan kamu untuk mengakses fitur dan aplikasi penting secara cepat. Ini bisa dilakukan hanya dengan menggambar huruf pada layarnya yang sedang dalam keadaan mati.

Misalnya, kamu dapat mengatur untuk membuka kamera hanya dengan menggambar huruf C, atau membuka WhatsApp dengan menggambar huruf W.

Berpacu dengan Octa core

Review Infinix Zero 3 | Spesifikasi

Mengintip lebih jauh ke dalam, Infinix membekali dapur pacu Zero 3 dengan perlengkapan yang canggih. Dari segi CPU, kamu dapat memercayakan pemrosesan aplikasi dengan prosesor 64-bit terbaru dari MediaTek, yaitu Helio X10 octa core yang mengusung kecepatan 2,2 GHz.

Selama menggunakan smartphone ini, saya tidak merasakan kendala berarti ketika menjalankan satu hingga beberapa aplikasi sekaligus. Ini berkat RAM cukup besar yang disisipkan dalam Zero 3, yaitu 3 GB.

Sayangnya, kamu hanya dapat menggunakan sekitar 1,9 GB saja dikarenakan X UI 3 ternyata cukup memakan banyak kapasitas RAM. Akan tetapi menurut saya 1,9 GB adalah ukuran yang sudah lebih dari cukup untuk melakukan banyak hal sekaligus dengan lancar dari genggaman tanganmu.

Untuk urusan bermain game, saya merekomendasikan Infinix Zero 3 sebagai platform gaming mobile kamu. Dengan kombinasi prosesor 64-bit berinti delapan yang gegas, RAM lapang, serta GPU PowerVR Rogue G6200, smartphone ini mampu menjalankan berbagai game dengan lancar.

Review Infinix Zero 3 | Screenshot 2 Review Infinix Zero 3 | Screenshot 3 Review Infinix Zero 3 | Screenshot 4

Sebagai perbandingan, saya telah mencoba bermain Real Racing 3, Rival KnightsRayman Adventure, serta Hitman Sniper. Hasilnya keempat game tersebut mampu berjalan dengan baik tanpa ada lag sedikitpun. Namun jika dibandingkan dengan performa gaming pada iPad generasi terbaru atau Samsung Galaxy S7, jelas Infinix Zero 3 menampilkan kualitas grafis yang sedikit lebih rendah.

Menggunakan Antutu Benchmark, Infinix Zero 3 berhasil meraih skor total sebesar 56.807 dan mampu bersanding dengan ASUS Zenfone 2 yang lebih mahal. Sedangkan untuk uji benchmark menggunakan Geekbench 3, smartphone ini menghasilkan skor sebesar 898 (Single-Core) dan 4913 (Multi-Core) berkat Octa-Core di dalamnya.

Review Infinix Zero 3 | Screenshot 5

Hal yang disayangkan adalah kapasitas memori internalnya cukup kecil untuk smartphone berpotensi besar seperti Infinix Zero 3 ini. Di atas kertas, smartphone ini memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 16 GB. Namun pada kenyataannya, saya hanya mampu menggunakan sekitar 10 GB saja untuk menyimpan foto-foto, video, dan game yang saya unduh dari Google Play Store. Akhirnya saya harus membeli lagi kartu memori eksternal microSD untuk menanggulangi kekurangan ini.

Kamera berpotensi besar

Kini kita masuk ke dalam pembahasan fitur yang seharusnya merupakan nilai jual Infinix Zero 3 ini, yaitu kamera. Zero 3 memiliki perangkat kamera belakang yang ambisius dengan resolusi 20,3 MP dan sensor Sony IMX230. Infinix mengklaim kombinasi ini mampu memberikan hasil foto yang tetap detail meskipun dipotong dan dibesarkan sekalipun.

Review Infinix Zero 3 | Photo 4

Infinix juga menyematkan Zero 3 dengan teknologi otofokus yang seharusnya memungkinkanmu untuk menangkap gambar dengan spontan dan stabil. Selain itu, Zero 3 juga melengkapi kamera belakangnya dengan dua flash LED, cahaya “hangat” dan cahaya “dingin.”

Untuk kamera depan, kamu dapat melakukan foto selfie dengan kamera beresolusi 5 MP yang dilengkapi flash LED. Kamu tidak perlu khawatir apabila wajah kamu terlihat kusam atau berjerawat, karena Zero 3 mampu menyulap foto selfie milikmu menjadi lebih menarik dengan mode Beauty.

Bagi orang yang awam fotografi seperti saya, Infinix Zero 3 memperkaya kamera belakangnya dengan beragam fitur menarik.

Review Infinix Zero 3 | Screenshot 7

Saya dapat memilih mode normal untuk pemotretan biasa. Lalu ada mode profesional yang mengizinkan saya mengatur ISO, white balance, tingkat terang gambar, serta jarak fokus untuk melakukan foto makro. Mode ini juga menawarkan PIP (photo in photo) yang kegunaannya saya rasa hanya untuk bersenang-senang saja.

Jujur, saya tidak melihat adanya perbedaan hasil jepretan mode normal dengan mode profesional—yang seluruh pengaturannya disetel secara otomatis. Saya lebih memilih untuk menggunakan mode profesional dengan setelan otomatis, hanya karena terlihat lebih keren.

Sayangnya, meskipun sudah memiliki sensor canggih dari Sony, flash LED, dan otofokus dengan interval 0,1 detik, saya agak kecewa dengan hasil kualitas kamera belakang Zero 3. Seperti yang bisa kamu lihat pada galeri di bawah ini, hasil jepretan di dalam ruangan masih terlihat kabur dan memiliki cukup banyak noise, baik itu di bawah lampu yang terang maupun minim pencahayaan.

Review Infinix Zero 3 | Photo 5 Review Infinix Zero 3 | Photo 6 Review Infinix Zero 3 |Photo 8 Review Infinix Zero 3 | Photo 7 Review Infinix Zero 3 | Photo 11 Review Infinix Zero 3 | Photo 10 Review Infinix Zero 3 | Photo 9 Review Infinix Zero 3 | Photo 12 Review Infinix Zero 3 | Photo 13

Namun perlu saya akui bahwa kombinasi teknologi canggih yang disematkan pada kamera belakang Zero 3 mampu berjalan dengan optimal pada pencahayaan luar ruangan. Hasil foto terlihat jelas, tajam, dan cukup akurat. Oh iya, perlu saya sampaikan juga bahwa foto makro yang dihasilkan dengan kamera belakang smartphone ini mampu memberikan kualitas baik, di dalam maupun luar ruangan.

Untuk urusan video, Zero 3 mampu merekam dengan resolusi 144p, 720p, 1080p, hingga 4K. Kamu juga dapat merekam kejadian-kejadian yang biasa menjadi lebih menarik dan lucu dengan fitur slow motion.

Gudang bloatware

Review Infinix Zero 3 | Screenshot 6

Infinix Zero 3 adalah pilihan smartphone Android yang tepat bagi kamu dengan budget minim, namun menuntut performa tinggi. Akan tetapi, lagi-lagi Zero 3 menggagalkan impianmu untuk memiliki smartphone yang sempurna; cepat, murah, dan bersih.

Ketika saya menyalakan Infinix Zero 3 untuk pertama kalinya, saya terbelalak dengan banyaknya aplikasi tambahan yang tidak saya inginkan terpasang dalam smartphone ini. Saya melihat beberapa judul asing seperti Palmchat, PalmPlay, Carlcare, serta aplikasi yang cukup familier seperti CM Browser, CM Security, MoboMarket, Battery Doctor, dan DU Battery Saver. Bahkan Tokopedia dan Bukalapak pun sudah terpasang sebelumnya.

Beberapa aplikasi tersebut tentu dapat dengan mudahnya saya hapus, namun Infinix sendiri menyelipkan aplikasi mereka yang tidak dapat dihapus. Saya juga tidak melihat urgensi kegunaan aplikasi seperti XTheme, XWallpaper, XContacts, XCloud, dan XShare. Sekali lagi, mungkin ini adalah hal yang minor. Namun kenapa memaksakan pengguna untuk memakai aplikasi yang tidak akan digunakan, bukan?

Baca juga: [HANDS-ON]Infinix Zero 3, Smartphone Flagship Bermodal Kamera Megapiksel Besar

Kesimpulan

Apakah Infinix Zero 3 dapat menjadi alternatif bagi kamu yang sedang mencari smartphone murah dengan performa tinggi? Saya dapat mengatakan bahwa smartphone ini bisa menjadi pilihan yang tepat. Selain ramah di dompet, Zero 3 juga berani menawarkan kemampuan pemrosesan dan pengalaman gaming yang terbaik di kelas harga smartphone Rp2 jutaan.

Bodinya yang terlihat solid disertai dengan aksen elegan nan mewah akan membuatmu merasakan hal prestisius dari memiliki Zero 3, meskipun smartphone ini terbuat dari bahan dasar plastik dan sedikit tidak nyaman setelah digenggam terlalu lama.

Kamu juga tentunya akan merasakan pengalaman unik dan menyenangkan ketika menggunakan smartphone ini, berkat X UI 3 yang diusung sebagai custom ROM pengganti antarmuka native Android 5.1 Lollipop.

Review Infinix Zero 3 | Photo 14

Perlu diingat, sebelum membeli smartphone ini kamu harus bisa menoleransi kualitas kamera yang sedikit mengecewakan ketika mengambil gambar di dalam ruangan. Selain itu, mengetahui kerapatan piksel yang rendah (400 ppi) dalam Zero 3, mungkin akan membuatmu berpikir untuk menabung tambahan Rp400.000 dan mengambil One Plus X dengan tampilan layar lebih tajam (440 ppi).

Dengan bujet sebesar Rp2,6 juta, prosesor kencang berinti delapan, serta RAM luas sebesar 3 GB, Infinix Zero 3 adalah sebuah smartphone multitasking dan gaming yang menurut saya mampu memberi gebrakan pada sektor menengah.

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

The post [REVIEW] Infinix Zero 3: Kuda Hitam dari Negeri Tirai Bambu appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review ChemCaper: Act 1 – Sedikit Mengenal Kimia sambil Bermain RPG

$
0
0

Belajar sambil bermain RPG? Premis ini terdengar sangat menarik bagi saya yang jelas-jelas memilih video game daripada buku pelajaran, apalagi bila terkait dengan mata pelajaran kimia yang kurang saya minati. Premis itulah yang dijanjikan oleh ACE Ed-Venture dan Artoncode lewat ChemCaper, RPG terbaru mereka untuk iOS dan Android.

Dirilis dengan format episodik, ChemCaper tersedia untuk platform mobile pada pertengahan Maret lalu setelah pertama kali diumumkan keberadaannya pada tahun 2014. Saya pun mencoba memainkannya karena terdorong oleh niat ingin menebus dosa masa lampau yang tidak mengacuhkan mata pelajaran kimia. Apakah kali ini saya berhasil mempelajari kimia tanpa tertidur di tengah-tengah proses pembelajaran? Simak terus ulasan saya di bawah.

Kisah Fantasi Selayaknya RPG

ChemCaper Reacta | Artwork

Dalam ChemCaper, kamu akan diajak untuk mengikuti kisah Roub, seorang anak muda dari bangsa Moon Being. Bangsa tersebut memiliki kemampuan untuk memanipulasi molekul dan mengendalikan hewan-hewan yang disebut Petticle. Sebagai salah satu anggota Moon Being, Roub mendapatkan tugas melacak keberadaan sosok misterius yang dipercaya sebagai salah satu zat keramat.

Tugas pertamanya adalah pergi ke sebuah tempat bernama Camp Ungku, di mana terlihat jejak keberadaan suatu makhluk tak dikenal. Tugas perdananya tak berjalan mulus, karena pesawat yang ia tumpangi harus mendarat darurat. Terlebih lagi, ia juga mendengar kabar bahwa kota tempat ia tinggal diserang oleh para Petticle yang lepas kendali. Apakah yang sedang terjadi?

RPG 90 Persen, Pengetahuan Kimia 10 Persen

ChemCaper Periodic Table | Artwork

Setelah memainkan ChemCaper selama belasan jam, saya akhirnya benar-benar memahami bahwa konten ChemCaper sebagian besar sama seperti RPG kebanyakan, dengan disisipi bumbu tentang pengetahuan kimia. Semua elemen yang ada dalam RPG hadir di ChemCaper, seperti sistem quest, turn-based battle, hingga mekanisme leveling karakter.

Elemen pengetahuan kimia hadir dalam sistem membuat Petticle. Kamu dapat mengombinasikan beragam orb untuk menjadi seekor Petticle. Petticle bisa disamakan sebagai senyawa kimia, sedangkan orb yang menjadi penyusunnya sama dengan molekul kimia.

ChemCaper the Making of Petticle | Screenshot

Pembentukan Petticle tidak bisa dilakukan sembarangan. Layaknya senyawa kimia sungguhan, kombinasi orb yang dibutuhkan serta jenis ikatan kimia yang perlu dilakukan untuk setiap Petticle harus benar-benar sesuai. Sebagai contoh, untuk membuat Petticle bernama Sal-T dengan kode NaCl (atau dikenal juga sebagai garam dapur), kamu akan membutuhkan orb Natrium (Na) dan Chlorida (Cl) yang disatukan melalui ikatan ionik, persis seperti senyawa NaCl dalam dunia nyata.

Dengan mengoleksi beragam jenis Petticle, saya jadi mengetahui bermacam molekul, berbagai senyawa yang dapat mereka hasilkan, serta jenis ikatan apa yang membuat mereka dapat bersenyawa. Pengetahuan ini cocok untuk menjadi perkenalan dalam ilmu kimia, namun pastinya tidak akan membuat kita semua lantas meraih nilai sempurna bila menghadapi ujian kimia.

Mini Game Mirip Cooking Mama

ChemCaper Mini Game | Screenshot

Hal menarik lainnya adalah keberadaan mini game ketika melakukan proses crafting. Selain membeli potion maupun eliksir langsung dari penjual, saya bisa membuatnya sendiri dengan menggunakan beragam perlengkapan layaknya sedang melakukan praktek kimia dalam sebuah laboratorium.

Mirip dengan game Cooking Mama yang mengajak saya melakukan beragam aktivitas untuk membuat suatu masakan, mini game dalam ChemCaper juga menugaskan saya untuk mencampur, mengaduk, menyaring, dan melakukan berbagai kegiatan lainnya untuk memperoleh bermacam item. Proses yang perlu dilakukan untuk setiap jenis item berbeda-beda, sehingga cukup memberikan variasi.

Tidak Ada Inovasi Berarti

ChemCaper Battle | Screenshot

Di luar sistem pembelajaran membuat senyawa kimia dan mini game tentang meramu item, ACE Ed-Venture dan Artoncode tidak menghadirkan inovasi berarti dari sisi gameplay. Beragam elemen petualangan yang ada di dalamnya sudah pernah saya mainkan di RPG sejenis lain, dan tidak ada yang membuat saya tergugah.

Pertempuran dalam ChemCaper berlangsung dengan sistem formasi yang dapat diubah-ubah. Saya diberi kebebasan mengatur formasi dan memadupadankan hingga lima Petticle sekaligus untuk diajak bertarung. Terdapat banyak sekali formasi yang bisa diterapkan, dan semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Mekanisme turn-based battle yang dihadirkan tidak memiliki kedalaman strategis. Saya hanya bisa menunggu agar Petticle yang saya ajak telah siap, lalu melakukan tap pada musuh untuk menyerang. Tidak ada opsi untuk bertahan, mengeluarkan jurus pamungkas, atau lari dari pertarungan. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan selain menyerang adalah menggunakan consumable item.

Quest Membingungkan

ChemCaper Exploration | Screenshot

Dari dialog percakapan yang terdapat sepanjang permainan, saya dapat mengetahui bahwa ACE Ed-Venture menaruh perhatian lebih pada sektor narasi. Setiap tokoh dalam ChemCaper memiliki gaya bicara khas yang memberi mereka karakter masing-masing. Begitu juga dengan petunjuk untuk quest yang harus dijalani Roub, semuanya disampaikan dengan gaya penulisan unik hingga terkadang sulit dimengerti.

Walau secara garis besar saya cukup paham harus melakukan apa, namun saya mengalami kesulitan untuk mengetahui harus ke mana atau mendapatkan item apa agar quest yang dimaksud dapat selesai. Petunjuk yang diberikan sering kali berupa “pergi ke poin X” atau “berikan barang dengan efek Y” tanpa informasi mengenai arah yang harus dituju maupun di mana saya dapat memperoleh barang tersebut.

Tidak jarang waktu saya tersita hanya untuk mondar-mandir dan mengecek area yang telah dilewati sebelumnya berulang kali sambil berharap mendapatkan petunjuk tambahan. Sistem fast travel yang diterapkan dalam game pun diletakkan di lokasi yang kurang strategis, sehingga membuat waktu tempuh menjelajah semakin terasa lama.

Grafis di Atas Rata-Rata

ChemCaper Quest | Screenshot

Walau memiliki kekurangan dari segi desain permainan, saya akui ACE Ed-Venture dan Artoncode melakukan usaha cukup baik untuk menghadirkan grafis 3D pada perangkat mobile. Animasi karakter maupun transisi dari mode eksplorasi ke mode battle (dan sebaliknya) dalam ChemCaper berjalan mulus dan tampak terpoles.

Grafis tersebut masih dipermanis dengan gambar 2D untuk setiap karakter serta cutscene yang artistik. Andai saja Roub benar-benar dapat berjalan dengan lebih ceria daripada hanya sekadar mengambang, saya rasa tampilan dalam ChemCaper akan terasa jauh lebih hidup.

Kesimpulan

ChemCaper Concept Art | Artwork

Selain dari sisi grafis yang di atas rata-rata. Saya rasa ChemCaper belum bisa memuaskan hasrat para penggemar RPG hardcore maupun orang yang ingin belajar kimia. Baik elemen RPG maupun edukasi di ChemCaper terasa cukup dangkal, dan tentunya bisa digarap lebih dalam lagi.

Dengan banderol sekitar Rp120.000, kamu bisa membeli beberapa game sejenis di Android yang lebih bagus, seperti dalam daftar RPG mobile terbaik versi Tech in Asia, atau membeli buku pengantar kimia yang memiliki konten pengetahuan lebih komplet. Saya masih berharap semoga babak kedua ChemCaper dirilis lebih baik dibandingkan episode pertamanya.

Game Info
ChemCaper: Act 1
ACE Ed-Venture Studio Sdn. Bhd. -  Mar 14, 2016
Genre:  Educational
Size:   414M
Installs:   100 - 500
119,000
Download

The post Review ChemCaper: Act 1 – Sedikit Mengenal Kimia sambil Bermain RPG appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Winterstate – Kehabisan Bensin Akibat Lama Menunggu

$
0
0

Vehicular combat merupakan tema video game yang mulai mendapatkan posisi tersendiri di platform mobile. Beberapa game balap mobil seperti Table Top Racing, Death Race, hingga game yang murni menyajikan pertempuran semacam World of Tanks Blitz, dan Battle Bay merupakan contoh menarik dari tema permainan semacam ini. Pemain tak hanya mengendalikan sebuah kendaraan saja, tapi juga bersenang-senang dengan menghancurkan kendaraan lain di sekitar mereka.

Seiring makin bertambahnya jumlah developer yang menyertakan unsur vehicular combat ke dalam game mereka, sebuah studio game bernama PlayRaven kemudian bereksperimen lewat game yang mereka beri judul Winterstate. PlayRaven mencoba menggabungkan tiga hal, mulai dari sisi taktis permainan real time strategy (RTS), manajemen simulasi pembangunan yang kompleks, dan aksi perang mobil yang cukup seru untuk dimainkan melalui perangkat mobile.

Perang ala Mad Max di Dunia yang Membeku

WinterState | Concept Art

Layaknya game klasik Twisted Metal, tentunya sebuah game dengan tema vehicular combat belum lengkap seandainya tidak dilatarbelakangi konflik pertempuran yang menarik untuk diikuti. Dalam Winterstate, bumi dikisahkan mengalami bencana musim dingin berkepanjangan akibat dampak pemanasan global yang terjadi selama bertahun-tahun.

Akibat pembekuan bumi ini, stok persediaan pangan pun mulai menipis. Amerika Serikat terbagi dalam kantong-kantong koloni yang berjuang sendiri menghadapi rampasan bandit dan kelompok lain.

Di sinilah kemudian peran kamu sebagai angkatan bersenjata Winterstate diuji untuk mempersatukan seluruh wilayah koloni di Amerika Serikat. Di bawah kepemimpinan Paman “Knuckle” Sam, kamu akan membentuk konvoi perang paling tangguh yang akan merebut daerah kekuasaan bandit dan mengalahkan faksi lain yang mengganggu.

Perang Taktis dengan Ragam Kendaraan Tempur yang Garang

Winterstate | Vehicle 5 Winterstate |Vehicle 4 Winterstate | Vehicle 3 Winterstate |Vehicle 2 Winterstate | Vehicle 1

Melalui premis cerita perang antar koloninya yang cukup menarik, Winterstate mengajak kita beradu strategi dalam aksi perang mobil yang tersaji dalam perspektif over the top. Hal ini memberikan kesan permainan yang mirip sekali dengan game strategi klasik semacam Command & Conquer dan Warcraft. Seandainya kamu pernah bermain dua judul game RTS ini, saya yakin kamu pastinya tak akan kesulitan mempelajari permainan Winterstate.

Sama halnya dengan game RTS, permainan Winterstate berkisar pada aksi pemain dalam mengendalikan kendaraan perang mereka untuk menyelesaikan beragam misi yang diberikan, mulai dari menghancurkan markas lawan, melibas semua musuh yang terdapat pada bagian peta, dan lain sebagainya.

Dalam permainan semacam ini, keberadaan taktik dan manuver serangan menjadi kunci keberhasilan kamu dalam mengalahkan lawan. Di sini kamu hanya perlu menggambar jalur dari konvoi kendaraan mereka untuk mengatur kendaraan tersebut supaya bergerak menuju destinasi yang diinginkan.

Selebihnya, jika kendaraan musuh berada di jarak tembak mereka, maka secara otomatis konvoi kamu akan menembaki mereka dan pertempuran pun berlangsung hingga salah satu pihak hancur lebur.

Winterstate | Screenshot 1

Setiap kendaraan yang kamu kendalikan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, baik itu dari segi kecepatan, armor, dan lain-lain. Beberapa tipe kendaraan bahkan mempunyai titik-titik kelemahan, seperti bagian samping dan belakang, sehingga kamu perlu memosisikan kendaraan sedemikian rupa agar meminimalkan daya rusak serangan lawan.

Berhubung jumlah musuh yang kamu hadapi di setiap misi selalu lebih banyak dibandingkan jumlah kendaraan dalam konvoimu, otomatis kamu lebih banyak dituntut untuk berperang secara cerdas dengan membaca kontur peta, memanfaatkan fungsi dari masing-masing kelas kendaraan, serta memprioritaskan mana musuh yang lebih dahulu diserang.

Untungnya setiap kendaraan kamu juga dilengkapi kemampuan spesial yang cukup berguna untuk membalikkan keadaan. Beberapa di antaranya bahkan ada yang sifatnya cukup krusial untuk melengkapi strategi tertentu dalam pertempuran.

Winterstate | Screenshot 2

Untuk bisa mengaktifkan kemampuan spesial ini, kamu wajib mengumpulkan ikon power-up yang tersebar di beberapa bagian peta. Hal ini membuatmu perlu membaca situasi secara jeli seperti mengamati arah patroli lawan, dan rute mana yang kira-kira aman untuk dilewati kendaraan Scout milikmu.

Berhubung jumlah power-up di setiap peta sangatlah terbatas, setiap token yang kamu punya harus digunakan sebaik mungkin, tergantung dengan situasi seperti apa yang dihadapi. Keberadaan skill seperti Healing dan Shield cukup berfungsi untuk menahan gempuran lawan saat konvoi dikeroyok lawan. Skill lainnya seperti bantuan serangan artileri napalm, ranjau, hingga bom molotov juga cukup berguna untuk membalikkan kondisi pertempuran.

Intinya setiap kendaraan yang kamu punya memiliki keistimewaan masing-masing, dan kamu sendiri perlu untuk mempelajari atribut dan skill utama mereka agar bisa berjaya di medan perang.

Berbisnis demi Menjadi yang Terkuat di Daratan

Winterstate | Screenshot 3

Tujuan dari setiap misi yang kamu jalani dalam Winterstate adalah mendapatkan uang dan pasokan logistik pangan untuk dijadikan komoditas barter di sejumlah pos tertentu. Pos tempatmu melakukan barter juga memiliki nilai permintaan barang yang bervariasi. Hal ini mempengaruhi nilai harga barang yang kamu jual, sehingga terkadang kamu perlu menimbun suplai sebelum menjualnya di pasar.

Berhubung aktivitas ini merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan uang guna membeli upgrade senjata, otomatis kamu akan selalu dipacu untuk berburu logistik lain yang tersebar di peta misi. Sayangnya fitur ini tidak menyertakan aktivitas membeli resource khusus yang kamu perlukan untuk kebutuhan upgrade kendaraan. Hal tersebut membuat kamu perlu mempertimbangkan apakah resource tersebut memang benar-benar layak dijual, atau dibutuhkan untuk upgrade senjata di kemudian hari.

Bukan yang Sempurna Meskipun Cukup Seru dan Menyenangkan

Winterstate | Screenshot 4

Walaupun aksi perang (dan barter) yang dihadirkan Winterstate terbilang seru, namun perlu kamu ketahui juga bahwa sama seperti game free-to-play lainnya, selalu saja ada konsekuensi yang mengganggu kesenangan dalam bermain.

Kekurangan pertama yang perlu saya soroti dalam Winterstate adalah implementasi waktu tunggu yang cukup lama di beberapa bagian permainan. Mulai dari upgrade persenjataan, akuisisi kendaraan baru, serta waktu regenerasi dari logistik wilayah yang dimiliki di peta.

Seandainya dalam penyelesaian sebuah misi salah satu dari kendaraanmu rusak alias mati, Winterstate akan memaksamu untuk menunggu perbaikan kendaraan tadi dengan panjang durasi yang bervariasi. Mengumpulkan sumber daya untuk kebutuhan upgrade kendaraan pun juga mengalami dilema waktu menunggu yang serupa.

Winterstate | Screenshot 4

Durasi upgrade kendaraan yang memakan waktu tadi sebetulnya bisa diminimalkan dengan mata uang premium berupa berlian yang bisa kamu beli di menu IAP. Seandainya kamu tidak berminat mengeluarkan uang sepeser pun, kamu juga bisa mendapatkan beberapa butir berlian secara gratis lewat ikon tambang yang terdapat di peta misi.

Untuk bisa mendapatkan berlian tersebut, lagi-lagi kamu tetap harus menunggu proses regenerasi resource yang kali ini memakan waktu selama lima setengah jam. Yep, lima setengah jam! Hal ini membuat menunggu menjadi salah satu hal yang menjemukan, sehingga di beberapa sesi permainan saya pun mau tak mau perlu meletakkan smartphone saya untuk melanjutkan rutinitas di dunia nyata.

Sepi di Telinga, Spektakuler di Mata

Winterstate | Screenshot 6

Kekurangan lain yang saya temukan dalam Winterstate adalah minimnya keberadaan musik untuk membangun atmosfer pertempuran di setiap misi. Kekurangan ini cukup mudah disadari saat transisi peta menuju level permainan. Alunan musik bertempo pelan dari menu akan berganti suara mesin mobil dan bunyi tembakan yang sama sekali tidak mencerminkan serunya perang mobil yang saya rasakan.

Untungnya Winterstate bisa dibilang cukup unggul dari segi presentasi grafis. Di sini kamu diberikan pilihan pengaturan kualitas grafis yang bisa disesuaikan dengan kemampuan (dan daya tahan baterai) perangkat mobile yang kamu punya.

Saya sendiri memilih pengaturan gambar High dan merasa takjub dengan detail lingkungan yang dihadirkan Winterstate. Bila kamu memiliki perangkat Android dengan GPU yang pas-pasan, kamu tetap bisa menikmatinya dengan frame rate normal menggunakan opsi pengaturan Low maupun Medium.

Kesimpulan

Winterstate | Concept Art 2

Pada akhirnya, Winterstate menjadi sebuah game RTS bertema vehicular combat cukup seru namun terbelenggu oleh skema free-to-play yang memakan banyak waktu pemain. Bagi kamu yang sering bergonta-ganti game, tentu keberadaan ini bukanlah masalah besar yang perlu dirisaukan karena kamu bisa bermain game lain di saat sedang menunggu.

Tapi seandainya kamu ingin game strategi yang dapat dimainkan dengan durasi cukup lama pada setiap sesi permainan, maka jelas Winterstate bukanlah game yang cocok untuk itu. Walaupun seru, tapi waktumu akan terbuang untuk aktivitas menunggu dalam game yang banyak memakan waktu. Untuk game stategi yang lebih oke di perangkat mobile, kamu wajib mencoba XCOM: Enemy Within yang hingga kini masih menjadi salah satu game favorit di smartphone Android saya.

Game Info
Winterstate
PlayRaven -  Mar 16, 2016
Genre:  Games, Role-Playing, Strategy
Size:  89.41 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

The post Review Winterstate – Kehabisan Bensin Akibat Lama Menunggu appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Viewing all 242 articles
Browse latest View live