Quantcast
Channel: Android Reviews – Tech in Asia Indonesia
Viewing all 242 articles
Browse latest View live

Review Google Cardboard – Varian Budget Ekonomis Dari Headset VR Untuk Android

$
0
0

Jika kamu sedang tidak mengikuti pertapaan atau tinggal di tempat yang terpencil tanpa internet maka kamu seharusnya pernah mendengar Oculus Rift, Project Morpheus, atau Samsung Gear VR yang baru saja di pamerkan Samsung. Ketiga gadget yang baru saja saya sebutkan adalah teknologi Virtual Reality yang biasanya muncul di film laga tahun 90-an. Dalam waktu dekat Oculus Rift akan tersedia secara umum dan cara kita menikmati visual akan berubah atau setidaknya mulai berubah. Tapi sebenarnya kamu tidak harus menunggu, kamu bisa membuat VR kit kamu sendiri dari kardus, karet, dan beberapa benda lain (saya tidak bercanda!). Itulah tujuan dari Google Cardboard yang akan saya ulas hari ini, sebuah VR kit murah meriah yang bisa kamu buat sendiri.

Lihat Juga: [TGS 2014] Hands-on Project Morpheus – Tidak Perlu Memilih Pil Biru Atau Merah, Kamu Sudah Bisa Berpindah Dunia

Google Cardboard merupakan headset virtual reality yang terbuat dari lipatan potongan kardus yang bisa kamu rangkai sedemikian rupa agar menjadi VR kit buatanmu sendiri. Google hanya akan memberikan kamu pola potong (cutting) dan bahan-bahan apa yang harus dibeli namun kamu sendiri lah yang harus merakitnya. Berhubung saya enggan repot-repot untuk berburu bermacam bahan yang dibutuhkan untuk membuat VR kit tersebut, saya putuskan untuk membeli bundel yang sudah berisi bahan-bahan tersebut. Saya membelinya di VRindo dengan harga Rp. 220.000 (belum termasuk ongkos kirim) dan saya akan membagikan pengalaman saya dan apa saja yang dapat dilakukan oleh Google Cardboard ini.

Catatan: Ini bukanlah bentuk post promosi dan saya tidak memiliki hubungan apapun dengan VRindo. Saya sertakan supaya kamu bisa dengan mudah mencari penjual, namun kamu juga tetap dapat membelinya di tempat lain.

Apa Itu Virtual Reality & Apa Saja Yang Saya Butuhkan?

Cardboard review | screenshot 1

Bagi kalian yang masih awam dengan istilah VR atau Virtual Reality, maka ini adalah teknologi visual yang bertujuan untuk membuat penggunanya seolah-olah sedang mengalami sebuah pengalaman yang nyata. Sebagai contoh sebuah tur virtual di mana kamu dapat mengunjungi sebuah museum, melihat setiap benda yang dipamerkan, melihat langit-langit yang megah, sampai memperhatikan detail lantai hanya dengan menggerakkan kepala.

Terlepas dari cara kamu membuat Google Cardboard (membeli bundel atau memburu bagian demi bagiannya), kamu tetap akan membutuhkan smartphone yang bertindak sebagai layarnya. Google mengatakan bahwa hampir semua smartphone compatible dengan Google Cardboard, namun agar nyaman gunakan smartphone berukuran 4 – 5 inch, kemampuan NFC (tidak terlalu penting), dan sensor gyro untuk mendeteksi pergerakan smartphone.

Yang terakhir kamu butuhkan adalah software gratis bernama cardboard yang dapat kamu unduh dari Google Play.

Pengalaman Merakit Google Cardboard Dari VRindo

Cardboard review | screenshot 1 Cardboard review | photo 3

Proses merakitnya sendiri juga bukan perkara yang sulit untuk dilakukan. Di sini kamu cukup melipat dan mengkaitkan setiap lubang pola rakitan yang telah disediakan, agar headset VR yang kondisinya bisa terbilang rapuh ini bisa tersusun sempurna. Hmm … mengapa saya menyebutnya rapuh? Karena pada dasarnya kualitas kardus dari VRindo tidak terlalu kuat, sehingga mau tidak mau, dengan kualitas kardus yang dikategorikan kelas ringan tadi, kamu harus merawatnya dengan baik agar Cardboard VR ini tidak cacat di kemudian hari.

Jika kamu punya sedikit waktu luang maka saya sarankan untuk membeli lensa dan NFC dari VRindo (atau tempat lain) dan membuat sendiri Google Cardboard dari kardus yang kuat, seperti kardus pizza. Semakin kuat kardus yang kamu gunakan maka akan semakin tahan lama, walaupun ini bukanlah sesuatu yang sangat penting karena kamu selalu dapat membuat yang baru asalkan lensa tidak rusak.

Tips:  Lapisi Google Cardboard buatan kamu dengan selotip di bagian kening sekitar mata agar permukaan headset VR ini tidak terlihat jorok dengan bekas keringat para pemakainya (pengalaman pribadi).

Cardboard review | screenshot 4

Selain sambungan velcro yang mencegah supaya handset yang kamu masukkan tadi supaya tidak melorot dan terjatuh dari samping, Google Cardboard menyertakan karet gelang yang cukup untuk menahan handset kamu agar tidak terombang-ambing saat kamu menengadahkan kepalamu ke atas. Caranya cukup dengan menyelipkan karet tersebut ke bagian depan Cardboard, dan kamu tak perlu khawatir lagi dengan melesetnya smartphone kamu saat memiringkan kepala kamu ke kiri dan kanan.

Kelemahan material kardus dari VRindo sendiri terlihat dari dampak penggunaan kain perekat velcro yang terdapat di atas bagian headset VR ini. Seiring dengan seringnya kamu membuka tutup bagian depan Cardboard untuk meletakkan smartphone ini, wujud fisik dari headset VR ini secara perlahan mulai terlihat kumal akibat banyaknya dorongan tenaga yang kamu kerahkan saat menarik perekat velcro tersebut dari luar. Sehingga sesuai penjelasan bahasa asing yang sering kamu lihat di luar kardus paketan yang kamu temui di luar sana, “please handle this VR kit with care”.

Cardboard review | screenshot 5

Dari segi aksesibilitas pemakaiannya sendiri, keberadaan cincin magnet yang terletak pada bagian kiri Cardboard merupakan satu-satunya input yang bisa kamu gunakan untuk mengatur pengalamanmu selama menyelami ilusi VR di layar. Untuk memilih sesuatu di layar maka kamu harus melihatnya dan menggerakkan leher kamu dan jika menu sudah berada dalam fokus maka tarik cincin magnet ini ke bawah untuk konfirmasi. Ini merupakan cara memilih menu paling keren yang pernah saya lakukan.

Lalu Apa Yang Dapat Saya Lakukan Dengan Google Cardboard?

Cardboard review | photo 6

Well, pertanyaan di atas tadi langsung terjawab dengan keberadaan aplikasi khusus Google Cardboard yang tersedia secara gratis untuk kamu unduh di Google Play. Melalui aplikasi VR bawaan dari Google ini, kamu bisa menyaksikan video YouTube interaktif dengan pengalaman layaknya sedang berada di dalam bioskop, melihat sekeliling wilayah kota Paris lewat opsi street view, melakukan tur ke dalam istana Versailles, mengamati benda prasejarah secara 3D, serta beberapa hiburan interaktif virtual reality lainnya.

Untuk aspek gaming sendiri, penggunaan VR kit Google Cardboard masih belum didukung banyak aplikasi game yang sekiranya benar-benar menarik untuk membuatmu sibuk bermain dengan perangkat ini selama berjam-jam. Keberadaan game seperti Slender VR dan VR Run! sendiri terasa kurang begitu maksimal dimainkan karena salah satu tanganmu harus menahan beban Google Cardboard, dan tanganmu lainnya harus menggerakkan analog joystick dari Bluetooth controller yang kamu genggam. Kecuali kamu memodifikasi Google Cardboard agar bisa digunakan tanpa harus ditopang dengan tangan.

Terlepas dua aspek yang saya sebutkan tadi, Google Cardboard juga bisa kamu gunakan untuk mencicipi lusinan aplikasi visual interaktif yang lumayan untuk membuatmu terhibur dengan berbagai pengalaman virtual yang ditawarkannya. Mulai dari menaiki wahana roller coaster dalam Dive City Coaster, membuatmu merasa seolah-olah berada dalam game Shadowrun melalui Shadowgun VR, terjun bebas dari ketinggian gedung pencakar langit lewat VR high, dan berbagai macam aplikasi virtual lainnya yang bisa kamu cari sendiri di Play Store.

Cardboard review | screenshot 1

Cardboard review | screenshot 2

Dengan gameplay yang menyeramkan seperti Slender VR ini, nyali bermain VR kamu sebenarnya bisa semakin menciut seandainya saja tanganmu satunya tidak harus repot memegangi Google Cardboard

Is It Worth it?

Cardboard review | photo 7

Pengalaman VR yang ditawarkan Google Cardboard sendiri cukuplah mengesankan. Setidaknya pengalaman yang disajikan alat ini bisa memberikan gambaran bagaimana sensasi yang akan diberikan headset VR mahal seperti Oculus Rift, Project Morpheus, Samsung VR, dan lain-lain sebagainya. Pengalaman kamu menggunakan Google Cardboard ini akan bergantung dari kualitas kecerahan layar, ketajaman layar (PPI), dan juga

Overall, kalimat “potensial” sendiri lebih cocok digunakan untuk mewakili keseluruhan kesan yang saya rasakan saat menjajal kelebihan yang ditawarkan headset varian ekonomis ini melalui perspektif mata saya pribadi. Di luar sana masih ada banyak hal yang masih perlu dibuktikan Google Cardboard, Samsung VR, Oculus Rift dan kawan-kawan mengingat implementasinya sendiri belumlah menjamah kalangan pengguna mainstream di luar sana. Persoalan apakah konsep mobile-virtual reality benar-benar bisa menjadi hal yang revolusioner di masa yang akan datang, biarlah perkembangan waktu dan kreativitas para developer yang membuktikannya.

Jadi urusan soal beli atau tidak, biarlah isi dompetmu dan rasa penasaranmu yang menentukan. Hanya saja kamu perlu ingat bahwa belum terlalu banyak yang bisa dilakukan oleh Google Cardboard. Keren dan kamu bisa mencicipi masa depan, tapi ini bukanlah sesuatu yang akan kamu sering gunakan.

Post Review Google Cardboard – Varian Budget Ekonomis Dari Headset VR Untuk Android muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Review Modern Command – Serunya Melakukan Juggling Persenjataan Di Tengah Gempuran Musuh

$
0
0

Setelah hampir 8 bulan bercokol sebagai hiburan eksklusif para pengguna iOS di luar sana, akhirnya Modern Command dari Chillingo ini membawa serta puluhan roket serta amunisi peluru untuk menghujani Android. Pertanyaannya sekarang adalah apakah game ini sudah basi atau tetap layak untuk dimainkan? Baca ulasan ini hingga selesai prajurit! Dan jangan lupa juga untuk menyiapakan tempat sebesar 200 MB, karena seperti prajurit Sparta bilang tonight...we dine in hell (lah…ngga’ nyambung, hehe)

Menyebut Modern Command sebagai game tower-defense rasanya bukanlah hal yang tepat karena sebagian besar permainannmu di sini masih mengandalkan reflek jarimu untuk meledakkan setiap kendaraan musuh yang bermunculan di layar. Saya pribadi lebih suka membuat istilah genre tersendiri untuk game seperti Modern Command ini, dan saya pikir kalimat tower-”tap and juggling”-defense merupakan istilah baru yang pas dan sesuai dengan judul yang saya tulis di atas tadi.

Modern command | screenshot 1

Kamu akan diterjunkan dalam sebuah pengaturan base/markas, tempat kamu harus menahan gempuran gelombang musuh. Di awal permainanmu kamu diberikan empat slot persenjataan yang bisa kamu isi dengan berbagai macam turret yang telah kamu beli sebelumnya. Kamu sendiri bebas mengkombinasikan slot tadi dengan variasi turret, entah itu lima slot dengan isi dua-tiga turret yang sama, atau dengan kombinasi turret yang berbeda-beda untuk efektifitas menghadapi musuh yang jenisnya berlainan pula nantinya.

Sepanjang permainanmu, turret dan tower kamu tidak akan otomatis menembaki setiap musuh yang ada di jangkauan mereka, sehingga mau tidak mau kamu perlu melakukan tap ke wilayah yang akan dilewati musuh guna mengarahkan roket dan artileri kamu ke arah target yang ingin kamu tuju. Selain itu, karena keterbatasan amunisi dan waktu reload yang dimiliki turret, kamu juga harus bergantian melakukan tap di beberapa pilihan turret tadi, sehingga kesan juggling (berpindah-pindah fokus) antara menembakkan isi dari satu turret ke turret lainnya menjadi tantangan utama di Modern Command.

Modern command | screenshot 2

Eits… tapi jangan keburu skeptis dulu dengan elemen kontrol yang satu ini, karena justru di sinilah letak keasyikan Modern Command. Meskipun awalnya terkesan merepotkan karena kamu harus menebak arah musuhmu yang bergerak dengan momen jatuhnya roket yang kamu luncurkan, Modern Command setidaknya sukses memberimu sensasi kepuasan tersendiri saat roket yang kamu luncurkan tadi meledak tepat di atas kendaraan musuh maupun unit infanteri yang berjalan. Overkill.

Selain meledakkan musuhmu dengan “jalur konvensional” tadi, Modern Command juga menyertakan power-up berupa add-on dan weapon support yang sayangnya harus kamu beli dengan uang hasil keringatmu bermain untuk memudahkanmu di beberapa level yang sulit. Dengan add-on tadi, kamu bisa mengatur efektifitas persenjataanmu di sebuah level agar mendarat jauh lebih cepat atau mengasilkan double damage bagi unit berstatus elite. Selain itu dengan keberadaan weapon support, kamu bisa membabat habis gerombolan musuh dalam sekejap melalui serangan artileri berat dari luar peta permainan, hingga bombardir roket dari pesawat jet yang lumayan ampuh di level-level tertentu.

Modern command | screenshot 3

Modern Command sendiri memberimu bermacam-macam objektif untuk mewarnai aksi pertahanan markasmu di setiap zona konflik yang ada. Mulai dari misi bertahan dari gempuran musuh (survival) yang standar, menghancurkan konvoi musuh yang melalui di jalur utama, hingga bertahan dari gempuran musuh dengan setup persenjataan yang sudah dipilihkan oleh komputer.

Selain opsi campaign, kamu juga diberikan opsi hotspot di mana kamu dipersilakan menjalankan misi sampingan berhadiah uang yang lumayan besar, tergantung dari tingginya tingkat kesulitan yang telah kamu pilih sebelumnya.

Di luar opsi mode yang saya sebutkan tadi, kamu diberikan juga opsi training mission yang turut menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhanmu membeli berbagai macam senjata yang telah kamu riset sebelumnya. Dan berhubung Modern Command adalah game berkategori freemium, maka jangan heran apabila waktu riset persenjataanmu dibatasi oleh waktu yang lumayan cukup lama di sini.

Modern command | screenshot 4

Sisanya, kamu yang sering memainkan game tower-defense, pastinya tidak asing lagi dengan tipikal elemen permainan yang umumnya ada di genre satu itu, mulai dari keberadaan lane yang alur dilewatinya para musuh, kebutuhan upgrade dan power-up optional untuk membuat permainanmu efektif, hingga keberadaan meteran stamina bernama supply yang … uhmwell, kalau yang satu ini hanya Modern Command yang memilikinya.

Yep, game ini mematok waktu tunggu yang lumayan membuatmu kamu perlu ekstra bersabar dengan elemen yang satu ini. Setelah proset riset yang membutuhkan waktu berjam-jam, meteran supply kamu tadi juga memerlukan waktu tunggu sepanjang lima belas menit untuk mengisi enam dari sepuluh kapasitas supply yang disediakan.

Modern Command | screenshot 5

Modern Command memonetasi sisa empat slot dari supply yang disediakan tadi ke dalam empat paket pembelian mode premium yang bertahan hingga beberapa waktu saja (8 jam, 24 jam, 3 hari, dan 1 minggu). Dengan paket premium ini kamu diberikan beberapa keuntungan yang membantumu mencapai rank persenjataan tertinggi dalam sekejap, serta perolehan uang yang lebih banyak dibandingkan ukuran permainan normal.

Modern Command sendiri menyertakan barikade tingkat kesulitan berupa rank persenjataan yang harus kamu peroleh dengan jalan melakukan riset persenjataan dan grinding keuanganmu secara bertahap, atau instan melalui penawaran IAP yang diberikannya. Semakin tinggi level campaign atau level hotspot yang kamu jalani, secara otomatis semakin canggih pula persenjataan yang dibutuhkan supaya kamu bisa bertahan dari serbuan musuh yang lebih tangguh di level berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan jam terbang yang tidak sedikit supaya kamu bisa bersabar dengan implementasi waktu tunggu yang diberlakukan Chillingo pada beberapa bagian yang saya jelaskan sebelumnya.

Dari segi presentasi visual, Modern Command mengingatkan saya akan grafis game Command & Conquer Generals yang saya mainkan di PC pada tahun 2003 silam. Apabila kamu yang juga pernah memainkan game RTS yang satu itu, kamu akan merasakan sedikit nostalgia dengan berbagai unit musuh yang sekilas mirip dengan salah satu faction dari Command & Conquer Generals. Mulai dari kendaraan technical yang terlihat mirip mobil pick-up butut, hingga unit tank yang sewaktu-waktu siap untuk kamu ledakkan dengan arsenal persenjataan yang kamu miliki.

Modern command | screenshot 6

Untuk IAP-nya sendiri, diluar opsi pembelian mode premium yang harus kamu bayarkan dengan emblem bintang tadi, Modern Command juga menyertakan pembelian paket IAP berupa pembelian emblem bintang yang lumayan mahal untuk ukuran kantong kita. Sebagai contoh, dengan pembelian paket berisikan 100 emblem seharga Rp.119.000, kamu hanya akan memperoleh emblem senilai 100.000 kredit, yang bisa kamu gunakan untuk membeli paket premium selama dua minggu, mempercepat beberapa kali upgrade, serta 50x revive di tengah-tengah permainan. Bagi saya pribadi, pembelian IAP senilai 100.000 kredit tadi sebanding dengan 12 kali kamu menyelesaikan misi hotspots yang ada di menu utama. Sehingga saya rasa, pembelian IAP di luar mode premium tadi bukanlah hal yang menjadi soal, selama kamu rajin meledakkan musuh yang ada, sambil menunggu waktu yang kamu perlukan untuk mengisi kembali meteran supply seperti yang saya jelaskan tadi.

Overall, Modern Command merupakan sajian game freemium yang unik dalam menghadirkan sensasi permainan base defense yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Perkara apakah game ini layak untuk saya rekomendasikan ke kamu sekarang saya serahkan kembali kepada kamu, apakah kamu mempunyai kesabaran yang tinggi dalam menjadi seorang komandan lapangan tempur yang tidak goyah dengan implementasi waktu tunggu yang ada di Modern Command ini? Jika kamu tidak gentar, maka saya ucapkan “Sampai jumpa di medan pertempuran, prajurit!”.

Apple App Store Link: Modern Command, Gratis

Google Play Store Link: Modern Command, Gratis

Post Review Modern Command – Serunya Melakukan Juggling Persenjataan Di Tengah Gempuran Musuh muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review ZKW-Reborn: Sejauh Apa Kamu Bisa Menahan Serbuan Zombi Di Minggu Halloween Ini?

$
0
0

Terus terang game Android yang saya ulas kali ini merupakan jawaban imajinasi saya yang dulunya berandai-andai bagaimana bila game zombi AAA sekelas Left 4 Dead dan Call of Duty Zombies, diperkecil ke dalam ukuran mobile dan disajikan lewat aksi side-scrolling shooter yang menantang untuk dimainkan. Dan hasilnya? Well, saya perlu berjuang ekstra keras supaya bisa selamat dari gelombang serbuan zombi yang ingin memangsa saya di ZKW-Reborn.

Sedikit informasi bagi kamu, ZKW alias Zombie Kill of the Week (bukan Zombi KW-1) sebetulnya bukanlah game arcade shooter yang baru di ranah Android. Pasalnya developer Still Running sendiri sebelumnya telah merilis game mobile satu ini di tahun 2013 silam, sebelum akhirnya ditarik dari peredaran Play Store dikarenakan alasan yang tidak pernah diungkapkan hingga sekarang ini.

ZKW reborn | screenshot 1

Terlepas dari kasus yang dialami ZKW sebelumnya, saya rasa presentasi ZKW-Reborn sendiri juga lumayan gory (sadis) untuk ukuran game mobile, sehingga game satu ini juga berpotensi untuk ditarik lagi dari peredaran jika ada yang beramai-ramai melaporkan konten yang dimilikinya. Nah, selagi game ini masih berkeliaran di Play Store, jadi mari kita ulas game zombi satu ini bersama-sama.

ZKW-Reborn sendiri menempatkanmu dalam aksi bertahan hidup menghadapi gelombang zombi yang diterjunkan secara brutal oleh komputer. Di sepanjang aksi survival yang terinspirasi dari mode Zombies dari Call of Duty Black Ops tadi, kamu diberikan bermacam jenis persenjataan standar yang perlu ditingkatkan lagi efektifitasnya, dengan cara menggantinya dengan senjata lain yang berserakan di arena permainan.

ZKW reborn | screenshot 2

Dasar pintu mata duitan!… sekarang saya harus kembali berhadapan dengan para zombi itu supaya bisa membuka kamu

Kamu boleh saja memulai permainanmu dengan sepucuk handgun yang sukses digunakan di dua gelombang awal permainan, tapi untuk gelombang berikutnya, setidaknya kamu perlu senjata lain seperti shotgun, uzi, gergaji mesin dan rocket launcher supaya bertahan menghadapi gelombang musuh yang jauh lebih kuat lagi. Sepajang proses pembantaian zombi tadi, kamu juga akan memperoleh sejumlah uang yang bisa kamu gunakan untuk membuka pintu menuju ruangan berikutnya, atau membeli senjata lainnya yang bertebaran di sekitar lokasi map.

Tentu bukan aksi survival namanya jika zombi yang kamu hadapi tadi hanya menjadi target empuk yang bergerak pelan mendekatimu untuk meraih bagian tubuhmu untuk disantap. Pada gelombang ke-5, zombi yang kamu hadapi akan bervariasi wujudnya, mulai dari zombi tipe pelari yang lumayan lincah dibandingkan varian normalnya, hingga zombi varian tank yang lumayan susah untuk dirobohkan. Sebaliknya untuk menghadapi gentingnya situasi tadi, ZKW-Reborn juga membekalimu dengan kustomisasi sistem perks, pembelian upgrade dan power-up yang bisa memperkuat seranganmu selama beberapa detik, memberimu perlindungan dalam sekejap, serta mengembalikan kondisi health kamu seperti sedia kala.

ZKW reborn | screenshot 3

Dengan fitur kustomisasinya, kamu bisa mendandani jagoanmu supaya terlihat tangguh dengan koin yang kamu dapatkan dari permainanmu sebelumnya (bukan IAP)

Sebagai game side-scrolling shooter yang mengandalkan aksi tembak menembak yang cenderung hectic, ZKW-Reborn memberimu 2 variasi kontrol virtual joystick yang lumayan mudah untuk kamu kendalikan. Mudah sendiri saya artikan kamu bisa menembak dengan presisi yang bisa kamu atur sendiri lewat kenop joystick yang ada di bagian kanan, sebaliknya untuk manuver berjalan, melompat, dan berlari, kamu cukup memanfaatkan kenop virtual joystick di sebelah kiri guna menggerakkan karaktermu supaya tidak diterkam gerombolan zombi yang ada.

Mudah dari segi pengoperasian sendiri bukan berarti kontrol ZKW-Reborn mudah juga untuk kamu kuasai. Masih ada sebagian gerakan seperti melempar granat yang terasa begitu kaku sehingga zombi tersebut keburu menjangkau posisimu dulu sebelum granat tadi terlemparkan. Kekurangan kontrol pada bagian strategis seperti inilah yang membuat alur permainan ZKW-Reborn benar-benar terasa sulit untuk kamu prediksi, sehingga mau tidak mau, mati menjadi rutinitas yang bakalan sering kamu jalani di game ini.

ZKW reborn | screenshot 4

Bot kamu yang maju duluan please…

Dengan tingkat kesulitannya yang lumayan tinggi, ZKW-Reborn memberimu opsi untuk bermain bersama bot apabila kamu berhasil mengambil hidden secret berupa ponsel yang tergeletak di beberapa bagian arena permainan. Meski AI-nya tidaklah sempurna, fitur co-op bersama komputer sendiri benar-benar membantu permainan saya di ZKW-Reborn, apalagi dengan kemampuan mereka dalam melakukan revive di tengah-tengah permainan. Sehingga tujuan awal saya mengarungi tiga level yang disediakan di mode Carnage sudah pasti adalah mencari setiap ponsel yang disembunyikan supaya saya bisa mengajak beberapa bot lainnya untuk berjuang menghadapi gerombolan zombi secara bersama-sama.

Sayangnya ZKW-Reborn sendiri tidak menyertakan fitur multiplayer untuk menggantikan partner bot kamu tadi dengan pemain sungguhan, sehingga keinginanmu untuk bermain sambil berkoordinasi bersama seorang teman jadi tersingkirkan di sini.

ZKW reborn | screenshot 5

Silahkan pasang musik bertema heroik favorit kamu di sini…karena nanti malam, kita bersenang-senang Mr.bot

Berbicara seputar IAP, ZKW-Reborn tidak mematok batasan paywall apapun selain opsi pembelian fitur untuk melipatgandakan uang seharga Rp.27.380, yang dipadukan juga dengan opsi untuk menghilangkan video iklan pada bagian loading permainan. Selain pembelian fitur yang lumayan sedikit memudahkanmu dalam mengarungi permainan ZKW-Reborn tadi, tidak ada embel-embel IAP lain yang menghalangimu untuk bertahan hidup dari gempuran zombi yang mematikan ini.

Sebagai penutup, ZKW-Reborn adalah hiburan mobile seru yang bisa membuatmu bertanya-tanya: sejauh mana kamu bisa bertahan dari peristiwa zombie apocalypse yang biasa kamu jumpai di film..

Terlepas dari faktor visualnya yang pas-pasan, ZKW-Reborn merupakan game dengan rating Mature yang lumayan sadis dan jarang sekali saya jumpai di Play Store, sehingga apabila kamu mencari hiburan mobile dengan tingkat kesulitan yang cukup menantang, maka ZKW-Reborn merupakan rekomendasi saya buat kamu di pekan Halloween ini.

Google Play Link: ZKW-Reborn, Gratis

Post Review ZKW-Reborn: Sejauh Apa Kamu Bisa Menahan Serbuan Zombi Di Minggu Halloween Ini? muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Into The Darkness – Game Maze Horor Potensial Yang Perlu Dipoles

$
0
0

Seperti yang diungkapkan oleh Glenn, awalnya saya juga mengira bahwa Into The Darkness adalah game buatan Indonesia karena nama developernya yang mirip dengan salah satu nama kota di Indonesia. Meskipun tebakan kami berdua salah, saat melihat screenshot game ini saya sangat tertarik untuk mencobanya. Terlebih saat mengetahui Into The Darkness juga mengambil tema horor, saya jadi tergiur untuk mengulasnya, hitung-hitung mencari game yang cocok dimainkan saat Halloween tiba nanti. Nah, tanpa panjang lebar lagi simak ulasannya berikut ya!

Terkecuali kamu membaca deskripsi dari game ini saat mengunduhnya, pertama kali bermain Into The Darkness kamu mungkin akan dibuat bingung sama seperti yang saya alami. Bagaimana tidak? Kamu dihadapkan dengan sesosok karakter botak berwarna orange imut yang menggigil ketakutan tanpa ada tutorial selanjutnya mengenai apa yang harus saya perbuat di sini. Saya dibuat bertanya-tanya, sekaligus berpikir apa tujuan dan misi sebenarnya dari Into The Darkness? Siapa saya? Apa yang harus saya lakukan dan bagaimana?

Into The Darkness | Screenshot 1

Beginilah cara kamu membawa key ghost

Mau tidak mau saya harus mengeksplorasi segalanya sendirian. Padahal kamu tahu bahwa ini adalah game horor, meskipun karakter-karakter yang digunakan cukup imut-imut di sini… Ya namanya game horor, kamu tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan bukan :p? Setelah karakter saya berputar ke sana kemari selama beberapa saat, akhirnya saya menemukan bahwa karakter saya harus menemukan key ghost dan menggiringnya ke altar untuk bisa melanjutkan ke level berikutnya.

Dengan berbekal sebuah virtual joystick saja, kamu akan bertualang pada labirin gelap yang dipenuhi dengan hantu-hantu gentayangan di sini. Karena Into The Darkness adalah permainan maze, keberanian kamu dalam menjelajah setiap sudut labirin yang ada sangat dituntut di sini. Inti dari Into The Darkness sebenarnya sangat sederhana, temukan key ghost, bawa ia ke altar, dan misi selesai. Sayangnya kamu tahu bahwa apa yang diucapkan selalu jauh lebih mudah dari kenyataannya. Dengan pencahayaan yang terbilang remang-remang kamu akan sulit untuk mendeteksi letak hantu-hantu gentayangan yang sejatinya harus kamu hindari.

Musuh utama kamu di sini adalah hantu. Ada 3 macam hantu di sini, sayangnya tak satupun dari mereka yang bernama jadi saya tidak bisa menjelaskannya pada kamu. Yang jelas, mereka memiliki keunikannya masing-masing, ada hantu yang bertudung, bertanduk, hingga hantu dengan sabit (seperti grim reaper). Walaupun wajah mereka imut-imut, jangan sampai kamu tertipu. Hantu-hantu ini akan mengikuti ke manapun kamu bergerak jika ia melihat kamu, jadi sebisa mungkin hindarilah mereka.

Into The Darkness | Screenshot 2

Dear hantu yang baik, please jangan dekati saya lagi…

Bila kamu terlihat oleh salah satu di antara mereka, kamu harus mencari akal untuk bisa terlepas dari kejarannya. Caranya bisa dengan berada di dekat lampu tengkorak atau membawa mereka ke altar maupun berlindung sementara di belakang rantai bersinar. Setiap level memiliki tempat perlindungannya masing-masing, jadi kamu harus pandai-pandai dalam mengingat lokasi perlindungan. Oh ya, secara default karakter kamu hanya memiliki 4 nyawa di sini, nyawa karakter kamu ditunjukkan melalui warna tubuhnya yaitu: orange, ungu muda, motif tengkorak, dan roh.

Warna orange adalah warna saat kamu memiliki nyawa penuh, saat kamu terkena perangkap maupun hantu, nyawa kamu akan berkurang. Kamu akan mati begitu terkena hantu saat karakter kamu berupa roh. Sedangkan jika kamu cerdik kamu bisa memanfaatkan hantu yang mengikuti kamu tersebut dengan membawanya ke altar. Kamu akan mendapatkan 1 nyawa tambahan jika berhasil mengumpulkan sepuluh hantu. Setiap levelnya juga memiliki gate atau pagar. Pagar ini hanya bisa dibuka dengan menekan switch yang letaknya harus kamu telusuri sendiri.

Jujur saja, sesungguhnya Into The Darkness adalah game horor yang cukup menantang di mata saya. Ada saat di mana saya terlambat bergerak dan mati karena tidak menduga kemunculan hantu waktu gerbang baru terbuka, atau saat saya bergerak mengendap-endap dan berharap tidak ada hantu di depan saya. Walaupun karakternya imut, soundtrack yang cukup kelam berhasil membuat saya sedikit sport jantung. Untung saja Into The Darkness adalah game 2D, coba bayangkan jika ini adalah game 3D dengan sudut pandang first person >o<.

Into The Darkness | Screenshot 3

Satu hal yang menjadi kekecewaan saya di sini, grafis yang tidak high resolution benar-benar mengurangi kesenangan saya dalam bermain. Saya tidak bilang grafisnya buruk, hanya saja resolusinya kurang tajam bahkan untuk layar iPad Air sekalipun, dan satu lagi tulisan pada bagian menu, seperti “Continue”, “New Game”, dan Option” juga nampak blur. Selain itu, pergerakan karakter kita saat membawa key ghost tersendat-sendat, seakan ada jeda saat sedang menggerakannya.

Into The Darkness bisa kamu tebus seharga Rp 23.000 pada Apple App Store maupun Google Play dan tentu saja kamu tidak akan menemukan tambahan IAP lagi setelah membelinya. Into The Darkness terdiri dari 15 level yang harus kamu mainkan secara berturut. Kamu tidak bisa memilih level mana yang ingin kamu mainkan dan tidak ada namanya nyawa baru di setiap level, jadi misal di level 3 nyawa terakhir kamu adalah ungu muda, maka kamu akan memulai level 4 dengan ungu muda juga. Untungnya roh hantu yang kamu simpan dalam altar tetap dihitung di setiap levelnya, sehingga tidak terlalu sulit bagi kamu untuk mendapatkan nyawa tambahan.

Secara keseluruhan, sesungguhnya Into The Darkness bukanlah game horor yang buruk. Game ini mampu mengajak saya untuk panik, selalu waspada, cekatan, hingga deg-degan di saat yang bersamaan. Apalagi soundtrack yang kelam dari Into The Darkness menambah unsur ngeri di dalamnya. Ya di mata saya, Into The Darkness merupakan game maze bertema horor yang penuh potensi. Hanya saja, ia akan jauh lebih menyenangkan untuk dimainkan jika dipoles sedikit lagi.

Apple App Store Link: Into The Darkness, Rp. 23000

Google Play Store: Into The Darkness, Rp 23.006

Post Review Into The Darkness – Game Maze Horor Potensial Yang Perlu Dipoles muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Dragon Quest II – Mekanisme Yang Lebih Baik Dibanding Sebelumnya

$
0
0

Sudah menjadi tradisi umum bahwa dalam pembuatan sebuah sekuel, seri ke-2 selalu menjadi lompatan terbesar bagi sebuah judul game untuk berinovasi lagi dengan kelebihan yang dimilikinya, agar bisa melanjutkan atau bahkan melebihi kesuksesan yang diraih oleh seri game pendahulunya. Hal itulah yang nampak dari grand design Enix atas pembuatan Dragon Quest II: Luminaries of the Legendary Line sebagai saga kelanjutan Dragon Quest pertama di tahun 1987.

Dengan memanfaatkan pola “the bigger – the better“, seri ke-2 dari RPG buatan Yujii Hori ini bisa dibilang sukses dalam mengukir kebesaran nama Dragon Quest menjadi seperti yang kita kenal sekarang ini berkat DNA inovasi yang dimulai Enix dari Dragon Quest II. Dan berbekal kehadiran remake dalam versi mobile iOS/Android yang dirilis Square Enix kemarin, kali ini kita akan bersama-sama mengulas dan menilik inovasi apakah yang menjadikan Dragon Quest 2 bisa menjadi bagian sejarah penting dari seri JRPG terbesar selain Final Fantasy ini.

Dragon Quest 2 | screenshot 1

Dragon Quest II sendiri mengambil setting cerita yang terjadi 100 tahun setelah event  petualanganmu di Dragon Quest sebelumnya. Di situ dikisahkan kamu adalah pangeran dari kerajaan Midenhall yang sekaligus titisan dari hero Dragon Quest pertama – The Great Grandson of Erdrick yang bertanggung jawab untuk menggalang dua penerus tahta dari kerajaan lainnya (alias dua party member kamu) guna mengalahkan kekuatan jahat dari penyihir Hargon.

Yep, kehadiran sistem party inilah yang menjadi lompatan inovasi seri Dragon Quest kali ini dan berlanjut terus hingga beberapa seri berikutnya. Berbeda dengan aksi solo kamu di serinya yang pertama, kali ini Enix memperdalam elemen battle dari Dragon Quest dengan inovasi pertempuran grup yang belakangan menjadi pokok permainan RPG sejak disempurnakan lagi oleh Final Fantasy di tahun yang sama.

Dragon Quest 2 | screenshot 2

Dari segi presentasi gameplay, penampilan battle di Dragon Quest II sendiri kurang lebih masih sama seperti halnya Dragon Quest pertama, di mana kamu akan menghadapi musuhmu dalam perspektif first-person view, beserta konteks perintah yang terdapat di bagian bawah portrait lawan. Guna melakukan perintah skip untuk anggota party pada saat pertempuran berlangsung, Dragon Quest II juga mengimplementasikan opsi bertahan/defend untuk pertama kalinya di seri ini agar kamu bisa bermain sedikit strategi dengan kondisi pertempuran.

Well, berhubung Dragon Quest II adalah pertama kalinya sistem battle berbasis grup diimplementasikan, ada beberapa kekurangan seperti di sini kamu tidak bisa menarget musuh secara individu jika grup lawan yang kamu hadapi terdiri dari beberapa tipe monster sekaligus. Hal yang menjadi kekurangan minor versi NES Dragon Quest II tersebut, masih terjadi pada versi mobile, sehingga mau tidak mau saya harus sedikit berjibaku pada pertarungan saat berhadapan dengan gerombolan monster yang bervariasi.

Dragon Quest 2 | screenshot 3

Gerombolan beruk jahat ini tidak bisa berkutik menghadapi mantra Snooze yang membuat siapapun tertidur pasrah untuk digebuk

Untuk kontrolnya sendiri, Dragon Quest II masih menyertakan kendali radial yang masih sama seperti porting mobile dari Dragon Quest sebelum-sebelumnya (IV,VIII, dan Dragon Quest pertama). Penyajian kontrol seperti ini masih benar-benar membantu permainan sayasehingga baik itu ketika kamu menjelajahi dungeon, menyusuri kota, maupun melakukan perjalanan overworld, kamu masih tetap akan memegang kendali permainanmu walaupun kamu memainkan game ini sambil menggenggamnya dengan satu tangan saja.

Sama halnya seperti tipikal permainan RPG yang kamu temui sebelumnya, aspek grinding merupakan proses yang paling banyak melibatkan playtime terbesar kamu di sepanjang permainan, termasuk dalam Dragon Quest II. Beruntung karena di Dragon Quest II ini kita bertualang bersama dua anggota party, hambatan Dragon Quest pertama seperti slot inventory yang terbatas (10 buah slot) tidak terlalu menjadi masalah di sini karena masing-masing bisa membawakan item/equipment yang totalnya bisa mencapai 30 slot.

Dragon Quest 2 | screenshot 4

Ya, jika salah satu anggota party kamu ada yang mati, maka anggota lain akan menyeret peti matinya kemanapun mereka pergi… hmmm… realistis juga

Terlepas dari permasalahan slot tadi, Dragon Quest II masih saja mewariskan death penalty berupa pemotongan jumlah gold sebesar 50% jika seluruh anggota party kamu gugur di tengah pertarungan. Jadi sebelum kamu berangkat ke wilayah yang dipenuhi musuh berlevel tinggi, ada baiknya kamu menyimpan uangmu di NPC (Non Playable Characters) yang tersedia di kota atau kamu bisa juga memanfaatkan sistem quick save yang dimilikinya sama halnya seperti di Dragon Quest sebelumnya.

Kekurangan lain yang  saya temui di Dragon Quest I seperti penggunaan bahasa Inggris berdialek Elizabethian English masih berlanjut di Dragon Quest II. Hal ini membuat saya mau tidak mau harus membuka istilah bahasa Inggris Elizabethian untuk setidaknya mengerti maksud dari grammar aneh yang diucapkan para NPC Dragon Quest II. Sigh… seandainya saja Square Enix memberikan opsi alternatif lain agar saya bisa menikmati jalan cerita Dragon Quest II dengan sajian bahasa Inggris yang baik dan benar.

Dragon Quest 2 | screenshot 5

Dragon Quest 2 memulai penggunaan alat transportasi kapal pertama mereka 27 tahun lalu, lengkap dengan kehadiran battle di atas laut

Dari segi presentasi visual, harus saya akui bahwa Dragon Quest II tidak menyajikan banyak sekali perubahan dan peningkatan yang berarti sejak Dragon Quest I. Sebagian besar penampilan sprite 16-bit yang kamu amati masihlah sama rapinya dengan penampilan remake Dragon Quest pertama yang dirilis September, plus dengan tambahan variasi musuh dari goresan tangan Akira Toriayama yang semakin terlihat menarik untuk diamati.

Secara garis besar, versi mobile dari Dragon Quest II merupakan suguhan RPG menarik yang memperlihatkanmu awal dari penyempurnaan core-gameplay seri Dragon Quest yang terus berimprovisasi dengan fitur menarik lainnya untuk seri kelanjutan Dragon Quest berikutnya. Terlepas dari harganya yang lumayan terjangkau meskipun sedikit di atas harga Dragon Quest pertama, bisa dibilang seri keduanya kali ini memberimu playtime yang lebih banyak apalagi dengan cakupan world map yang meluas hingga tiga kali lipat world map Dragon Quest I. 

Jadi tunggu apalagi? Jika kamu membutuhkan sebuah hiburan JRPG mobile berkualitas yang menarik untuk dimainkan, maka Dragon Quest II bisa kamu jadikan sebagai pilihanmu di bulan Oktober. Saya sudah pasti akan menjadikannya sebagai game favorit pilihan saya di bulan ini, bagaimana dengan kamu?

Apple App Store Link: DRAGON QUEST II, Rp. 59000

Google Play Store Link: DRAGON QUEST II, Rp 57.272

Post Review Dragon Quest II – Mekanisme Yang Lebih Baik Dibanding Sebelumnya muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Cato And Macro – Game Adaptasi Novel Yang Perlu Digali Lagi

$
0
0

Saya yakin sebagian besar dari kamu pastinya asing mendengar nama dua tokoh tentara Romawi dari novel rekaan penulis, Simon Scarrow yang menjadi judul game ulasan saya kali ini. Yep, Cato dan Macro adalah dua tokoh tentara Romawi dari rangkaian serial novel perang Eagle yang kurang begitu populer di Indonesia, sehingga wajar jika kamu kurang begitu mengenal karakter dari novel perang buatan Inggris tersebut.

Untuk versi game dari Cato And Macro yang dikerjakan Amuzo Games ini, kamu bermain sebagai versi deformed dari duo tentara legiun romawi tersebut dalam usaha mereka menghalau kedatangan pasukan barbarian yang datang menyerang. Well, nyatanya penampilan game ini tidaklah sebagus apa yang saya bayangkan, karena banyak hal yang perlu digali lagi oleh Amuzo agar aksi Cato And Macro benar-benar seperti yang digambarkan di novelnya.

Cato and Macro | screenshot 1

Dalam permainanmu di Cato and Macro, kamu akan menjumpai elemen line defense dan city building yang keduanya saling berkaitan di sepanjang upayamu menyelesaikan 12 misi campaign yang diberikan. Untuk suguhan battle utamanya sendiri, Cato and Macro mengusung permainan  line defense di mana kamu tidak akan mengendalikan sosok Cato/Macro di sepanjang pertempuran berlangsung.

Di bagian pertempurannya yang berjalan semi otomatis, kamu hanya diminta melakukan tap pada bagian portrait pojok bawah Cato dan Macro guna menentukan keagresifan mereka pada saat berperang. Intinya saat kamu melihat gerombolan musuh mulai menyerang, kamu bisa memerintahkan keduanya untuk menyusun posisi defensif dengan bertahan di satu titik lokasi, dan posisi agresif untuk mengejar musuh yang menyerang dari jarak jauh.

Cato and Macro | screenshot 2

Untuk membantu Cato dan Marco menjalani pertempuran, kamu juga bisa mendatangkan bala bantuan berupa pasukan dengan bermacam tipe senjata melee dan range yang bisa kamu turunkan di tengah-tengah medan pertempuran. Yang menarik, unit-unit pasukan tadi juga bisa disiagakan ke dalam formasi berbaris yang lumayan membantu pengendalian pasukanmu agar tidak tercecer di tengah-tengah pertempuran. Keberadaan fitur untuk menyusun formasi ini jugalah yang menjadi satu-satunya cara kamu untuk mengatur pergerakan pasukanmu agar bisa memenangkan pertempuranmu dengan perolehan skor yang sempurna.

Perhitungan skor pertempuranmu sendiri dibagi dalam penyelesaian 3 variasi objektif yang disertakan di setiap level campaign. Mulai dari perintah untuk memberangus semua musuh yang ada dengan serangan power-up balista, hingga objektif lainnya seperti membunuh unit musuh hanya dengan menerjunkan 5 pasukan yang kamu punya.

Selain itu keberadaan pasukan tadi juga tidak akan muncul begitu saja apabila kamu belum merekrut mereka terlebih dahulu di opsi fort mode yang mana merupakan elemen city building dalam game Cato and Macro yang saya jelaskan di awal paragraf.

Cato and Macro | screenshot 2

Dalam opsi fort mode, kamu akan membangun beberapa tipe bangunan yang masing-masing berfungsi untuk memperkokoh pasukan yang dimiliki Cato dan Marco. Mulai dari bangunan lumbung (granary) untuk menghasilkan stok persediaan daging yang kamu perlukan, City Hall untuk menghasilkan koin yang bisa digunakan untuk membeli pasukan beserta upgrade fasilitas bangunan, dan yang terakhir pembangunan barak yang bisa menghasilkan unit pasukan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan kamu di medan perang.

Selain membangun kebutuhan kamu untuk melatih unit pasukan, Cato and Macro juga menyertakan opsi bangunan warehouse yang berfungsi memberimu berbagai jenis variasi power-up unik yang berguna di medan pertempuran. Dengan keberadaan power-up seperti flaming pigs alias “bom babi bakar” yang berfungsi untuk meledakkan formasi lawan, bukan hal yang mustahil jika kemenanganmu nantinya juga akan bergantung kepada penggunaan power-up seperti ini di tengah-tengah pertempuran..

Cato and Macro | screenshot 3

Lepas dari beragam fitur yang telah saya sebutkan tadi, Cato and Macro mempunyai kekurangan minor seperti tidak adanya option untuk menghilangkan musiknya yang terlalu repetitif untuk didengarkan. Saya sendiri baru menyadari hal tersebut saat sedang menjajal Cato and Macro  sambil mendengarkan musik favorit saya yang berputar di bagian background sehingga mau tidak mau saya harus mendengarkan pengulangan musik Cato and Macro yang membosankan.

Selain itu, hal lain yang mengganjal di benak pikiran saya adalah sedikitnya level campaign yang disediakan Cato and Marco, apalagi mengingat jalan cerita adaptasi novelnya diceritakan lewat jalinan campaign yang tersedia. Namun sebenarnya hal itu sebenarnya tidak terlalu dipersoalkan, karena kamu masih bisa memainkan mode skirmish di mana kamu bisa mengukur seberapa jauh unitmu bisa bertahan menghadapi gelombang kombinasi musuh yang kamu hadapi sebelumnya. Jadi apabila kamu sudah menamatkan 12 level campaign yang ada, kamu masih bisa bersaing di tangga leaderboards dengan bermain di mode skirmish yang lumayan seru untuk dimainkan.

Cato and Macro | screenshot 4

Untuk IAP sendiri, Amuzo Games mematok harga yang cukup mahal untuk keperluanmu mempercepat beberapa bagian aspek permainan di Cato and Macro, salah satunya seperti melompati waktu tunggu dari upgrade bangunan. Sebagai contoh, pembelian paket gem termurah berisi 75 butir dengan harga Rp.39.192 saja, saya rasa tidak akan banyak membantumu dalam mempercepat upgrade bangunan di bagian pertengahan level yang memakan biaya hingga belasan butir gem. Sehingga mau tidak mau, meskipun kamu membeli IAP yang mahal, Cato and Macro ujung-ujungnya akan selalu meminta sebagian gem milikmu lagi agar kamu berkenan mempercepat waktu tunggunya yang terbilang lama.

Sebagai penutup, Cato and Macro sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang mudah untuk direkomendasikan kepada seorang gamer yang kurang begitu tertarik dengan tema perang romawi kuno, terlebih lagi jika kamu sendiri belum pernah mendengar judul novel ini sebelumnya. Meskipun perpaduan gameplay line defense dan city building yang diusungnya terdengar menarik untuk dimainkan, Cato and Marco membutuhkan banyak sekali penggalian potensi agar bisa meninggalkan kesan yang begitu kuat bagi para pemainnya, terlebih lagi jika mereka sama sekali belum pernah mendengar dua nama tentara Yunani tersebut sebelumnya.

Google Play Store Link: Cato and Macro, Gratis

Post Review Cato And Macro – Game Adaptasi Novel Yang Perlu Digali Lagi muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review MUJO – Suguhan Match-3 Puzzle Yang Elegan, Fun, Dan Berkelas

$
0
0

Ya, Match-3. Saya yakin sebagian dari kamu ada yang sudah merasa bosan dengan suguhan game puzzle yang terlalu lazim kita temui di luar sana. Well, seperti biasa, saya tidak bosan mengajakmu untuk menilik keberadaan match-3 puzzle apalagi yang menarik untuk dijadikan partner hiburanmu di kala senggang, salah satunya seperti MUJO yang saya ulas kali ini.

Menikmati MUJO sendiri rasanya seperti mencicipi makanan sehari-hari yang mendadak disulap jadi makanan mewah oleh seorang koki penjelmaan dewa Yunani kuno, yang mana merupakan basis tema dari sajian match-3 buatan Oink Games tersebut. Yep, dengan visualisasi desain flat yang membuatnya menonjol di antara sekian banyak game match-3 lain di luar sana, MUJO merupakan suguhan match-3 yang berkelas sehingga membuat siapa saja tidak keberatan untuk membeli sajian IAP yang ditawarkannya.

MUJO | screenshot 1

Untuk core gameplay yang diusungya sendiri, MUJO mengganti mekanisme swap seperti tipikal permainan match-3 lainnya dengan pola permainan tap & stack, di mana cocok tidaknya susunan tile yang ada ditentukan oleh efek dari pencocokkan yang kamu lakukan sebelumnya. Dengan mekanisme yang tidak biasa tadi, kamu yang merasa stuck di bagian permainan bisa menghancurkan deretan paling atas papan untuk memberimu barisan tile baru di bagian bawah. Hal tadi menjadikan sebagian besar permainanmu di MUJO terkesan limitless, sehingga urusan kamu bisa menyelesaikan objektif yang diberikannya atau tidak dikembalikan lagi kepada seberapa besar kamu berhasil “menumpuk” kombinasi tile yang telah dicocokkan sebelumnya, kecuali di bagian objektif yang memintamu mengalahkan musuh dalam hitungan giliran terbatas.

Proses menumpuk tile itulah yang menjadi bagian penting permainan kamu di MUJO. Hampir semua objektif yang ada meminta kamu untuk menghasilkan sekian efek damage kepada monster yang kamu lawan, dengan cara menumpuk dan mencocokkan tile merah bersimbolkan pedang yang ada di papan permainan. Tentunya proses tersebut tidaklah mudah, karena terdapat deretan tile berwarna lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan objektifmu tadi, sehingga kamu perlu teliti dalam menentukan tile apa saja yang harus diprioritaskan sebelum menghilang di bagian baris teratas.

MUJO |screenshot 2

MUJO sendiri mengusung bermacam karakter dewa/dewi Yunani yang masing-masing mempengaruhi besaran damage yang kamu timbulkan ketika dikombinasikan melalui tiga slot dewa/dewi yang kamu miliki. Selain itu pengaruh mereka juga bisa kamu naikkan efektifitasnya dengan cara mencocokkan tile yang warnanya sama seperti mereka, sehingga semakin besar level yang mereka punya, semakin besar pula damage yang bisa kamu hasilkan ketika mencocokkan tile merah

Lihat Juga: Dots – Match 3 Tile Minimalis Yang Sudah di Download 1 Juta Kali

Keberadaan karakter dewa/dewi dengan bermacam tipe rarity tersebut bisa kamu peroleh dengan mencocokkan tile bergambar peti yang ada di tengah-tengah board permainan, membukanya langsung dengan elemen petir mujo, atau membelinya dengan sejumlah petir mujo yang kamu miliki. Cara pertama tadi merupakan hal yang lumayan menantang untuk mendapatkan karakter dewa dengan rarity uncommon/epic sehingga jika kamu ingin mendapatkan dewa terbaik dengan serangan spesial yang menarik, kamu perlu bersusah payah menjalani aktivitas match-3 di MUJO yang tidak dibatasi oleh waktu.

MUJO |screenshot 3

Keberadaan petir mujo tadi juga memegang elemen penting untuk membantumu menyelesaikan susunan tile yang terganjal satu tile lainnya dengan cara menghancurkan tile penghalang tersebut. Selain itu, kamu juga bisa mengaktifkan beberapa kemampuan dewa/dewi yang kamu punya dengan menggunakan 1 butir petir mujo yang kamu punya untuk membalikkan kondisi permainan. Mulai dari mengubah deretan warna tile secara acak, hingga mengancurkan dua baris yang terdapat di bagian tumpukan tile paling atas permainanmu.

Well, mengingat kegunaannya yang sangat penting, Oink Games memonetasi kehadiran petir mujo sebagai premium currency yang bisa kamu peroleh melalui pembelian IAP serta penyelesaian achievement yang disediakan MUJO. Namun jangan khawatir, Oink sendiri berbaik hati memberimu persediaan limat petir mujo yang hanya akan regenerasi penuh per satu harinya. Jadi kamu perlu efisien dengan penggunaan stok petir mujo yang diberikan, apabila kamu tidak berminat untuk mengeluarkan sepeser uang kamu untuk membelinya.

Lihat Juga: Review Chock A BlockMatch-3 dengan Beragam “Rasa”

Berbicara seputar IAP yang diimplementasikan dalam elemen pembelian petir mujo yang opsional tadi, MUJO menawarkan harga yang lumayan bervariasi tergantung dari seberapa besar kebutuhanmu akan power-up yang satu ini. Untuk pembelian 20 petir mujo seharga Rp 33.304 saja, kamu memiliki kapasitas yang cukup untuk mengeluarkan power dari masing-masing dewa yang kamu punya. Namun hal tersebut akan berbeda ceritanya bila kamu ngebet ingin mendapatkan karakter dewa berkategori epic yang dibanderol dengan biaya 100 mujo. Untuk memperoleh dewa Zeus atau Poseidon yang mahal tadi, setidaknya kamu perlu merogoh uang Rp 219.781 untuk pembelian 240 petir mujo yang lumayan mahal, itupun jika kamu terlalu malas untuk mengupayakan menumpuk peti rare yang tergolong susah untuk dilakukan tanpa bantuan kekuatan petir mujo.

MUJO | screenshot 4

Overall, berbeda dengan konsep permainan match-3 lainnya yang memonetasi sistem stamina yang diusung olehnya, MUJO memang tidak memberimu batasan apa-apa untuk bisa menikmati permainannya yang simpel dan berpenampilan elegan. Hal itulah yang membuat siapapun betah menatap layar permainan MUJO, apalagi ditambah dengan mekanisme battle ala RPG yang jauh lebih sederhana dibandingkan game match-3 sejenis yang pernah saya mainkan sebelumnya.

Jadi, apabila akhir pekan minggu ini kamu membutuhkan suntikan hiburan match-3 yang elegan, seru, sekaligus menantang untuk dimainkan, kamu bisa memilih MUJO yang dapat kamu unduh secara cuma-cuma di Play Store.

P.S: Ulasan MUJO di atas tadi menggunakan versi Android yang didapatkan secara gratis di Play Store. Penulis tidak memiliki pandangan seputar implementasi fitur IAP dalam MUJO versi iOS yang hingga detik artikel ini dituliskan masih dibanderol seharga Rp 23.000.

Apple App Store Link: MUJO, Rp. 23000

Google Play Store Link: Mujo, Gratis

Post Review MUJO – Suguhan Match-3 Puzzle Yang Elegan, Fun, Dan Berkelas muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Star Warfare 2: Payback – Game Survival Penuh Aksi!

$
0
0

Game survival di platform mobile pada saat ini dikuasai oleh para zombi. Membantai zombi
memang asyik sih, namun saya beritahu kepada kamu semua kalau ternyata game survival yang seru tidak hanya bisa dinikmati melalui para zombi. Ada alternatif lain selain zombi yang
bisa kamu rasakan keseruannya melalui sebuah game yang berjudul Star Warfare 2: Payback (selanjutnya akan saya sebut Star Warfare 2 saja). Apakah makhluk alternatif zombi tersebut?
Sebagai petunjuk awal, makhluk yang saya maksud tidak kalah menyeramkan dan menjijikkan.

Karena ini bukan acara kuis, saya akan langsung memberitahu makhluk apa yang akan kamu
hadapi tersebut. Kamu akan menghadapi makhluk yang keberadaannya masih terus ditelusuri
oleh para ahli tata surya, yaitu alien. Alien di Star Warfare 2 berbentuk seperti campuran
kecoa dan kalajengking. Walaupun wujudnya berbeda dengan alien mainstream yang sudah-sudah, namun keganasan mereka sama persis dengan para alien mainstream.

Star Warfare 2 | Screenshot (1)

Mereka akan menyerang kamu secara bergerombol. Serangan jarak dekat, jarak jauh, maupun
serangan dari udara akan mereka lancarkan secara beringas ke arah kamu. Nah, sudah menjadi
keharusan bagi kamu untuk terus bergerak secara gesit di game ini. Jika kamu hanya
menembaki musuh tanpa selalu bergerak, tentu saja hal itu bukanlah cara memainkan game ini
dengan benar. Jempol kiri saya sendiri pun menjadi kurus saking seringnya bergerak lincah
di game ini (jangan dianggap serius, barusan saya hanya bercanda haha).

Oh iya, sebelumnya saya belum pernah memainkan Star Warfare pertama. Jadi apa yang akan saya bahas di review ini tidak akan terdapat perbandingan antara Star Warfare seri pertama
dengan seri kedua ini.

Kontrol yang diberikan game ini sangat sederhana. Dengan sudut kamera orang ketiga, kamu
akan menjumpai virtual d-pad yang tidak terlihat di bagian kiri layar, tombol potion di tengah layar, dan tombol aksi di bagian kanan layar. Tombol aksi terdiri dari menembak dan mengganti
senjata.

Star Warfare 2 | Screenshot (2)

Di dalam Star Warfare 2, tugas kamu tentu tidak hanya sekedar membantai alien dengan
membabi buta semata. Kamu akan diberikan misi-misi yang dibagi dalam bentuk stage. Contoh
misi yang diberikan kepada kamu adalah seperti membunuh alien dalam jumlah tertentu,
meledakkan markas alien dengan mengambil alat peledak yang letaknya lumayan jauh, atau
bertahan dari gempuran alien dalam waktu tertentu. Seperti yang sudah kamu baca, misi-misi yang diberikan sudah cukup sering kita rasakan di berbagai game shooter lainnya, jadi kamu pasti akan cepat paham dengan misi-misi yang disodorkan oleh game ini.

Sambil dihadapkan pada misi utama, kamu juga akan dihadapkan pada secondary mission yang
berjumlah empat buah di setiap stage. Secondary mission yang kamu selesaikan akan memberi
kamu sejumlah mata uang in-game dan mata uang IAP, hmm … saya yakin kamu semua akan
semakin terpacu untuk menyelesaikan secondary mission tersebut.

Yang membuat Star Warfare 2 makin seru dan brutal adalah setiap senjata yang kamu pakai tidak mengenal kata reload, peluru kamu sampai akhir hayat tidak akan pernah habis. Jadi kamu akan merasakan sensasi menembak ala rambo di game ini. Ditambah lagi targeting musuh pun bisa dilakukan dengan nyaman, pergeseran crosshair terasa smooth.

Star Warfare 2 | Screenshot (3)

Tak ketinggalan, kamu juga bisa melakukan upgrade dan membeli berbagai macam senjata serta armor yang keren. Jenis senjata yang bisa kamu beli terdiri dari machine gun, shotgun, laser beam, atau explosive gun (bazoka). Bagi saya, machine gun adalah senjata yang paling ideal untuk membunuh para alien, jenis senjata lain malah merepotkan bagi saya sehingga saya sama sekali tidak pernah menyentuh senjata-senjata tersebut. Shotgun hanya bisa digunakan di jarak sangat dekat, laser beam sangat lemah fire rate-nya, dan explosive gun sangat tidak efektif untuk alien terbang, so machine gun sangat ideal di mata saya dan kemungkinan besar juga ideal bagi kamu.

Selain keren, armor yang bisa kamu beli bisa dibilang cukup kompleks. Helmet, body armor, hand armor, dan feet armor adalah jenis armor yang wajib kamu beli untuk memperkuat defense dan HP karakter kamu. Masing-masing hanya bisa dibeli secara terpisah dan kamu memerlukan tabungan gold yang lumayan besar untuk dapat membeli set armor tersebut.

Satu-satunya cara mendapatkan gold adalah dengan cara membunuh alien. Alien yang kamu bunuh akan menjatuhkan gold secara random. Jika gold yang dijatuhkan tidak
segera kamu ambil, maka gold tersebut akan hilang. Hal tersebut menjadikan game ini
memiliki tantangan lebih di mana kamu harus menghajar dan menghindari serangan alien sambil mencari celah jalan untuk dapat menuju ke arah sejumlah gold yang sudah berserakan.

Star Warfare 2 | Screenshot (4)

Contoh gold yang dikeluarkan oleh alien

Star Warfare 2 semakin asyik dimainkan karena tidak memiliki sistem energi. Mungkin kamu
baru akan berhenti memainkan game ini ketika energi sungguhan kamu sudah habis alias ketika kamu sudah lelah. Belum lagi ditambah fitur multiplayer yang semakin memperkaya gameplay yang ada.

Multiplayer sendiri dibagi menjadi 2 mode. Yaitu mode co-op dan mode versus. Di mode
co-op kamu akan menghabisi para alien dengan cara bekerja sama dengan pemain lain di seantero dunia. Sedangkan di mode versus, kamu akan saling mengalahkan untuk membuktikan diri sebagai pembasmi alien paling handal di dunia Star Warfare 2. Sama seperti misi single player, misi di mode versus sudah sering kita jumpai di game shooter, seperti contohnya team deathmatch atau free-for-all. Sayangnya, koneksi internet di Indonesia nampak belum memumpuni untuk memainkan game ini secara online. Koneksi internet saya yang biasanya mampu mengunduh game Steam dengan kecepatan 400-an KBps pun masih belum mampu memainkan multiplayer game ini secara lancar.

Ditilik dari soal grafis, bisa dibilang apa yang ditampilkan oleh Star Warfare 2 cukup
bagus untuk ukuran game mobile jaman sekarang namun tidak bisa dikatakan menonjol. Detail grafis setiap objek sama sekali tidak terlihat pecah-pecah. Gerak- gerik setiap objek pun ditampilkan dengan halus dan sangat nyaman dinikmati.

Star Warfare 2 | Screenshot (5)

Star Warfare 2 bisa kamu dapakan secara gratis baik untuk platform iOS maupun Android. Ada iklan berukuran selayar penuh yang sesekali muncul mendadak ketika kamu berada di menu permainan. Harga IAP sendiri sangat beragam, dengan harga Rp. 119.000 kamu bisa mendapatkan combat pack dengan isi armor canggih dan senjata yang super kuat. Atau kamu juga bisa menggelontorkan Rp. 23.000 untuk membeli fitur pengubah warna armor agar tampilan armor kamu sesuai dengan selera dan kepribadian kamu. IAP yang ada di Star Warfare 2 sifatnya tidak wajib, jadi saya rasa kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkan IAP yang ada di game ini.

Sebagai game survival alien, Star Warfare 2 sangat layak kamu mainkan. Terutama bagi kamu pecinta game survival yang kebetulan sedang jenuh dengan tema zombi. Mekanisme permainan yang sangat membabi buta karena tidak mengenal reload senjata merupakan titik yang membuat game ini menjadi seru. Grafis dan IAP yang ditawarkan pun tidak bisa dibilang mengecewakan. So, tidak salah lagi Star Warfare 2: Payback adalah game survival yang penuh aksi.

Apple App Store Link: Star Warfare2: Payback, Gratis

Google Play Store Link: Star Warfare 2: Payback, Gratis

Post Review Star Warfare 2: Payback – Game Survival Penuh Aksi! muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Review Pixel People – Game Simulasi Terbaik Dengan Gaya Pixel Art

$
0
0

Selama hampir 3 jam setengah saya duduk tenang sambil memegang iPhone saya memainkan game terbaru dari Chillingo dan LambdaMu yaitu Pixel People. Satu hal yang saya tangkap ketika memainkannya yaitu game ini akan membuat kamu sibuk. Mungkin kamu sedikit menolehkan wajah ketika melihat screenshot game ini di App Store karena gambarnya yang pixelated. Namun percayalah kamu akan menyukainya setelah mencoba memainkan Pixel People. Kenapa? Read on..

Selamat datang di Utopia, sebuah planet baru yang melayang-layang di angkasa berisi kloningan umat manusia. Bumi yang kita tinggali sekarang sudah hancur dan kamu harus membuat populasi yang baru dalam Utopia. Untuk itu kamu dibekali dengan mesin canggih yang bisa melakukan kloning terhadap manusia sehingga terbentuk jenis manusia yang baru dan berbeda.

Pixel People | Screenshot

Walaupun Pixel People masuk dalam kategori game simulasi town building, namun LambdaMu tidak menitikberatkan pada hal tersebut seperti kebanyakan game lain di genre ini. Pencarian jenis manusia baru dengan menggabungkan spesimen merupakan inti dari game ini. Dengan mesin kloning yang ada kamu harus memilih 2 material gen agar bisa menghasilkan satu jenis pekerjaan baru. Misalnya secretary dicampur dengan  mathematician akan menjadikan seorang accountant.

Namun tidak semua bisa dicampur seenaknya akan ada sebuah tabung reaksi dengan warna berbeda. Merah berarti campuran tersebut kuat dan bisa menghasilkan bangunan baru, kuning bisa dipakai namun tidak terlalu spesial, sementara abu-abu hanya tidak bisa dicampur.

Nah untuk menampung manusia baru tersebut, kamu harus membuat sebuah rumah yang bisa dihuni oleh mereka. Sementara itu bangunan lainnya seperti stadium baru akan muncul ketika sebuah jenis pekerjaan baru ditemukan. Jadi yang bisa kamu bangun menurut kehendak kamu hanya jenis residensial saja beserta dengan hiasannya seperti pohon, jalanan, dll.

Pixel People | Screenshot 2

Bangunan tempat manusia bekerja tersebut akan menghasilkan koin yang akan menjadi mata uang dalam game ini selain utopium yang menjadi mata uang dengan tingkat yang lebih tinggi. Satu bangunan akan berisi lebih dari 1 orang tergantung slot yang tersedia. Bila slot tersebut sudah terisi penuh, koin yang dihasilkan akan semakin tinggi. Nah yang cukup membuat kamu sibuk, bangunan tersebut memiliki masa aktif, yang artinya setiap beberapa menit harus kamu tap untuk mengaktifkannya agar kembali menghasilkan koin.

Segala pengaturan menu dan juga Game Center bisa kamu temui di bangunan-bangunan tertentu. Seperti help dan setting bisa dijumpai di Town Hall, atau Game Center di Police Station. Cukup unik. Dibagian atas game akan ada sebuah katalog tipe kloning yang sudah pernah dihasilkan, disamping itu ada juga hewan. Cara untuk mendapatkan hewan antara lain dengan mengumpulkan hati dari setiap residensial beberapa menit sekali. Caranya tap & tahan saja pada icon hati yang ada sampai icon hati tersebut membesar.

Bila hati yang dikumpulkan sudah penuh maka akan ada kiriman misterius di mana kamu bisa saja mendapatkan hewan, koin atau bahkan utopium. Level kamu akan naik setiap kali kamu memperluas lahan. Disamping itu ada banyak achievement yang bisa kamu raih. Fitur iCloud Sync dipergunakan setiap kali kamu menutup dan membuka game ini.

Pixel People | Screenshot-3

Walaupun Pixel People hadir dengan grafis pixel art, namun saya harus mengacungi jempol untuk kualitasnya. Presentasi visual diberikan dengan detail sampai pixel terkecil. Berbagai warna menarik juga dalam setiap pixel-nya juga membuat game ini enak untuk dilihat. Untuk musik hanya ada 2 musik pengiring, namun cukup enak untuk didengar. Saya menemukan bug untuk fitur notifikasi yang berulang terus, walaupun hal ini bisa diatasi dengan menonaktifkannya.

Untuk game gratis IAP merupakan sebuah halangan. Tetapi, selama saya bermain IAP tidak pernah saya sentuh karena koin bisa dengan mudah didapatkan. Sekali lagi LambdaMu berhasil membuat game yang super fun, super adiktif dengan harga gratis. Kehadiran Pixel People semakin mengokohkan posisinya sebagai developer papan atas yang sebelumnya juga mendapatkan nilai sempurna untuk Dice Soccer. Pastikan saja kamu meluangkan banyak waktu untuk memainkan Pixel People.

Apple App Store Link: Pixel People, Gratis

Google Play Store Link: Pixel People, Gratis

Post Review Pixel People – Game Simulasi Terbaik Dengan Gaya Pixel Art muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Outcast Odyssey – Card Battle Potensial Yang Butuh Penajaman Tutorial

$
0
0

Jujur saja, awalnya saya sangat excited saat melihat Outcast Odyssey buatan Bandai Namco Amerika ini meleburkan genre dungeon crawling ke dalam elemen card battle yang diperlihatkan melalui laman web resmi dan deskripsinya di Play Store. Well, asumsi saya bahwa gabungan dua genre favorit saya akan memberikan pengalaman bermain yang seru tadi, sayangnya agak terkendala setelah mendalami mekanismenya yang minim sekali penjelasan. Sehingga playtrough saya selama beberapa jam di awal justru dihabiskan untuk mempelajari permainan Outcast Odyssey yang cukup berpotensi, bila Bandai Namco bersedia memperbaiki tutorialnya yang kurang begitu efektif.

Dalam permainanmu di Outcast Odyssey, kamu akan menjelajahi berbagai wilayah outworld dan dungeon yang disajikan layaknya eksplorasi tile di permainan roguelike Dungelot 2 dan Finder’s Keep yang pernah saya bahas di GiA sebelumnya. Hanya saja, dalam penjelajahanmu nanti kamu bakalan lebih sering bergerumul dengan bermacam-macam mekanisme permainan card game yang menjadi suguhan utama di Outcast Odyssey. 

Outcast Odyssey | screenshot 1

Sama seperti dua judul dungeon RPG yang saya contohkan tadi, dalam mode penjelajahan ini, kamu tinggal melakukan tap di sekitar kabut hitam yang menutupi sebagian besar peta petualanganmu di dungeon/outworld, untuk membuka beberapa porsi peta yang ada dan mendapatkan objektif item yang kamu perlukan untuk menang. Di setiap tile kabut yang kamu buka tadi, nantinya kamu akan menyingkap posisi musuh yang menutupi sebagian tile di sekitar dia, dan peti harta karun yang beresiko “membunuhmu” jika kamu salah mencari posisi di mana kuncinya disembunyikan.

Di Outcast Odyssey, kamu diberikan 4 slot kartu utama (deck) yang menjadi basis permainan kamu selama bertempur menghadapi musuh yang kamu temui ketika menjelajah tile dungeon yang saya jelaskan sebelumnya. Outcast Oddyssey sendiri membagi slot kartu tersebut ke dalam kartu hero untuk menjadi leader dalam pertempuran, weapon, dan armor yang bisa dikenakan oleh kartu hero. Serta ada juga kartu pet yang memberimu efek yang signifikan terhadap besaran jumlah health dan damage yang kamu ketika melakukan pertempuran.

Outcast Odyssey | screenshot 2

Kartu dengan atribut hero sendiri merupakan kartu yang paling penting di Outcast Oddyssey. Dalam setiap deck yang kamu miliki setidaknya kamu harus memiliki satu buah kartu hero yang diiringi dengan 1-2 kartu pet/minion agar dia bisa digunakan untuk bertempur, sebelum akhirnya beranjak mengoleksi kartu lainnya yang bisa kamu gunakan untuk memperkuat deck kamu atau justru membuat deck berikutnya. Selebihnya, jika kamu memperoleh kartu lain yang tidak layak untuk digunakan, kamu bisa menggunakannya untuk menaikkan level kartu terkuatmu dengan cara mengorbankannya sama seperti mekanisme card game lain yang mungkin pernah kamu temui sebelumnya.

Ketika kamu bertempur, kombinasi kartu creature yang kamu punya tadi akan berpengaruh terhadap kalkulasi seranganmu ketika menghajar bola-bola lawan yang menjadi target penyeranganmu ketika bertempur di Outcast Odyssey. Pada bulatan bola tersebut, Outcast Odyssey mengusung mekanisme “batu-gunting-kertas” di mana kamu bisa melihat elemen apakah yang menjadi kelemahannya saat kamu serang, apakah dia berelemen nature yang lemah terhadap serangan tech, ataukah dia berelemen tech yang sebaliknya lemah terhadap serangan magic.

Outcast Odyssey | screenshot 3

Sayangnya eksekusi dari elemen permainan yang menarik ini kurang begitu dijelaskan dengan baik misalnya kapan efek serangan stun yang dimiliki kartu saya bisa berfungsi di pertempuran, dan bagaimana efek serangan tadi berjalan, sehingga permainan Outcast Odyssey terkesan random bagi para pemain card game yang awam, meskipun telah melahap habis tutorial yang disertakan di awal permainan.

Dengan penjelasan tutorial yang kurang begitu efektif, saya pun bahkan mengulangi game ini dua kali agar bisa mengerti bagaimana jalannya mekanisme permainan Outcast Odyssey yang membingungkan, meskipun saya tak jenuh untuk menyingkap dan mengoleksi kartu apalagi yang sekiranya akan saya peroleh saat membuka peti harta karun di Outcast Oddysey.

Outcast Odyssey  |screenshot 3

Perlu digaris bawahi pula Outcast Odyssey sebenarnya memiliki visual art yang sangat bagus untuk sebuah card game yang sama sekali tidak mengekor kesuksesan Hearthstone, Solforge, dan sederet game mobile bertema kartu lainnya. Bahkan dalam beberapa kesempatan saya juga mengagumi detail dari masing-masing kartu di Outcast Odyssey, yang latar belakangnya bergerak mengikuti pergerakan layarmu saat digenggam. Its cool!.

Sayangnya elemen visual yang keren tadi tidak cukup membantu saya untuk tenggelam menikmati suguhan card battle yang diusung Outcast Odyssey, sehingga pendalaman permainan yang kurang begitu sempurna ini mempengaruhi penilaian saya terhadap ulasan gameplay saya atas game ini.

Di luar mode campaign, Outcast Odyssey menyertakan hub area bernama colony di mana kamu bisa melakukan beragam interaksi seperti mengecek isi mailbox kamu, bergabung dengan sebuah guild, melakukan chatting, mengunjungi shop, dan mengadu deck kartu milikmu dengan pemain lainnya di arena. Di hub area ini setidaknya kamu bisa sejenak menunggu hingga health meter kamu terisi kembali untuk beranjak ke campaign berikutnya, sambil mempelajari skill tree yang akan kamu ambil berikutnya ketika profilmu naik level.

Outcast Odyssey  |screenshot 4

Untuk IAP sendiri, Outcast Odyssey memboyong paket pembelian gem dengan harga yang cukup bervariasi, mulai dari kisaran termurah seharga Rp.12.063 untuk 100 gem hingga paket ribuan gem seharga Rp.243.728 untuk 3500 gem. Dengan membeli paket 600 gem seharga Rp.60.803, kamu sudah bisa mendapatkan 10 kartu tambahan yang diperoleh dari pembelian 1 pack epic rare - seharga 400 gem dan 4 pack common-super rare yang masing-masing seharga 50 gem. Meskipun dari segi kegunaan deck, kita tidak akan pernah tahu, apakah isi pack tadi sesuai dengan yang kita butuhkan atau tidak.

Overall, kehadiran Outcast Odyssey sebagai card game yang berupaya menawarkan hal yang kompleks dan fun, justru terbebani dengan learning curve yang kurang begitu baik sehingga para pemainnya perlu menghabiskan beberapa jam pertamanya untuk mengenali mekanisme card battle-dungeon crawling yang disajikan Bandai Namco.

Meskipun terlihat kurang dari segi penajaman tutorial, Outcast Odyssey sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi hiburan card game yang layak saya rekomendasikan kepada kamu yang gemar mengamati detail kartu Magic the Gathering karena gambaran art dan visualnya yang tiada duanya. Sehingga soal mengunduh Outcast Odyssey atau tidak, saya kembalikan ke kamu lagi sebagai pembaca. Selamat mencoba :)

Apple App Store Link: Outcast Odyssey, Gratis

Google Play Store Link: Outcast Odyssey, Gratis

Post Review Outcast Odyssey – Card Battle Potensial Yang Butuh Penajaman Tutorial muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Motorsport Manager – Mau Coba Rasanya Jadi Manager Balap Mobil? Coba Ini Kalau Begitu

$
0
0

Saya sebenarnya sudah tersihir begitu pertama kali melihat Motorsport Manager dan siap membeli di hari pertama rilis. Namun begitu melihat harganya yang cukup mahal saya memutuskan untuk menunggu. Keputusan saya ini untungnya terbukti benar, selang beberapa minggu akhirnya sang developer memutuskan untuk menurunkan harganya dan nampaknya penurunan harga ini bersifat permanen. Nah sekarang setelah turun harga, apakah Motorsport Manager layak untuk dibeli? Mari cari tahu.

Apa itu Motorsport Manager? Pada dasarnya ini adalah sebuah game simulasi di mana kamu akan ditempatkan dalam posisi manajer untuk mengatur sebuah tim balap mobil. Mirip seperti balap mobil Formula 1, namun karena game ini tidak mempunyai lisensi maka tidak ada elemen yang akan berasal dari Formula 1, seperti pembalap atau mobil resmi yang digunakan. Tetapi secara prinsip ini adalah game simulasi kejuaraan Formula 1.

Motorsport Manager | Screenshot 1

Sama seperti kebanyakan game simulasi, kamu tidak akan langsung turun tangan di balapan. Kamu akan mengendalikan keseluruhan balapan dari belakang layar. Langkah pertama kamu untuk terjun adalah mencari pembalap. Seperti biasa kamu mulai dengan pembalap yang ‘cupu’ sebelum nantinya kamu bisa merekrut pembalap dewa. Proses rekrut terbilang cukup mudah namun terdapat sedikit bumbu negosiasi, seperti gaji, lama kontrak, dan posisi pembalap (apakah akan menjadi andalan atau hanya pembalap kedua dalam tim).

Hal ini terdengar menarik namun developer sayangnya tidak memberikan risiko atau tantangan. Maksud saya, jika kamu gagal dalam merekrut orang, misalnya karena gaji terlalu kecil maka kamu bisa mencobanya terus sampai berhasil. Jika saja ada kemungkinan untuk ditolak permanen atau direkrut tim tetangga maka prosesnya akan lebih menantang.

Setiap kejuaraan akan terdiri dari 9 balapan di 9 trek yang berbeda. Sebelum bisa mulai sebuah pertandingan kamu wajb mengikuti kualifikasi. Tidak seperti kebanyakan game balap lain di mana kualifikasi adalah sesuatu yang mudah dilewatkan, di sini kualifikasi adalah sesuatu yang sangat penting. Dengan melihat bentuk trek yang akan kamu jalani, kamu harus memutuskan kombinasi gear ratio dan aerodynamics yang akan digunakan. Apakah kamu akan menggunakan gear ratio yang mengedepankan akselerasi atau kecepatan tikungan? Motorsport Manager akan memberikan kamu kombinasi yang bisa kamu gunakan dalam balapan, namun saya merasa itu adalah kombinasi yang aman. Jika kamu berani mengubah dengan benar-benar memperhatikan bentuk trek maka terkadang hasilnya bisa lebih baik.

Motorsport Manager | Screenshot 2

Di babak kualifikasi inilah kamu bisa mencoba kombinasi yang kamu mau, namun waktu yang diberikan benar-benar terbatas. Ronde kualifikasi juga berguna untuk menentukan posisi start , walaupun sebenarnya itu tidak punya pengaruh yang sangat vital. Selama pertandingan yang sebenarnya terjadi, kemampuan kamu untuk mengambil keputusan akan diuji terutama untuk menentukan saat yang tepat melakukan pit stop.

Ketika pembalap melakukan pit stop kamu bisa mengganti ban mereka dengan 3 tipe: soft, hard, dan wet. Soft akan membuat mobil lebih cepat namun cepat menipis, sedangkan hard mempunyai performa yang biasa saja namun seperti yang kamu tebak lebih lama habis. Tugas utama kamu adalah memastikan di lap terakhir pembalap kamu tidak mengalami ban yang tipis karena itu akan mempengaruhi sekali performanya. Kamu dapat melakukan pit stop kapan pun kamu mau dan menurut saya ini adalah inti dari Motorsport Manager. Katakanlah kamu pembalap terakhir dan semua pembalap memutuskan pit stop kecuali kamu. Tentunya ketika ini terjadi kamu akan otomatis menjadi nomor 1 karena selama mobil lain mengganti ban kamu tetap di trek. Namun apakah ban kamu akan kuat sampai putaran terakhir atau malah gara-gara ini kamu harus mengganti ban di saat genting yang menentukan?

Selain keputusan pit stop dan penggunaan kombinasi mesin, ada juga beberapa keputusan dan upgrade lain. Seperti upgrade teknologi mobil, kepala mekanik, sponsor, dan juga riset. Namun hal tersebut cenderung linear. Pada dasarnya jika uang kamu cukup maka silahkan upgrade, jika tidak maka terus balapan sampai cukup. Saya mungkin terdengar menyepelekan, walaupun harus diakui ketika bermain banyaknya pilihan ini cukup menarik. Namun kembali lagi, berbagai upgrade ini hanyalah ilusi yang sebenarnya membosankan. Tidak banyak keputusan bebas dan juga risiko yang harus dihadapi, padahal inilah intinya menjadi sebuah manajer.

Motorsport Manager | Screenshot 3

Saya harus bilang bahwa sang developer sangat pintar dengan mengakali grafisnya. Dengan grafis yang sangat sederhana (mobil hanya berupa titik berwarna polos), Motorsport Manager berhasil membuat saya merasa bahwa game ini memiliki grafis bagus. Jangan salah sangka, Motorsport Manager memang mempunyai grafis yang bagus, tetapi sebagian besar itu datang dari kepintaran menggunakan berbagai efek dan sudut pandang.

Jadi apakah Motorsport Manager wajib kamu beli? Pertanyaan yang cukup sulit. Saya menyukai konsepnya, namun keterbatasan pilihan sebagai manajer membuat Motorsport Manager terasa terlalu ringan. Tapi jika itu yang kamu cari, sebuah simulasi mobil balap yang tidak terlalu rumit dan fun untuk dimainkan maka ini adalah game yang kamu cari. Sayangnya saya mencari sesuatu yang lebih.

*Sang developer sedang mengerjakan versi Android namun belum ada tanggal rilis

Post Review Motorsport Manager – Mau Coba Rasanya Jadi Manager Balap Mobil? Coba Ini Kalau Begitu muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Reckless Racing 3 – Semakin Realistis Dibandingkan Versi Sebelumnya

$
0
0

Dua tahun lamanya sejak kehadiran Reckless Racing 2, sekuel terbaru game ini yaitu Reckless Racing 3 akhirnya dirilis oleh Pixelbite. Hendri yang membuat review pendahulunya waktu itu cukup terpukau dengan balapan realistis yang disajikan di game tersebut. Melalui iterasi ketiga, saya yang sudah mencobanya beberapa jam juga semakin dibuat terpesona dengan kehadiran game ini. Satu yang langsung terkesan ketika mencobanya adalah nilai tambah yang menjadi daya tarik game ini tidak hilang yaitu realistis. Bahkan semakin realistis.

Sama seperti pendahulunya, kamu akan bermain sebagai pengendara mobil dalam lintasan dengan sudut pandang top-down. Satu hal yang semakin terlihat jelas ketika Reckless Racing 3 dibandingkan seri yang kedua adalah kualitas grafis yang dimiliki. Dengan teknologi yang semakin maju, kamu akan menemukan kondisi lingkungan yang sangat detail, dengan berbagai efek yang semakin realistis seperti cipratan air, kepulan asap ketika ban tergesek di aspal, bahkan sampai garis bekas ban di lintasan balap yang tergambar sempurna ketika mobil kamu melakukan drift.

Reckless Racing 3 | Screenshot 1

Tidak perlu diragukan lagi, Reckless Racing 3 menawarkan sebuah pengalaman balap mobil yang sangat realistis. Efek ketika mobil kamu berbelok pada kecepatan tertentu terasa sangat presisi, seperti mengendarai mobil sungguhan. Bahkan ketika mobil bersinggungan dengan benda lain, hampir semuanya terlihat natural. Kecuali ada satu benda yang terlihat lebay yaitu traffic cone yang mental dengan tidak terkendali.

Kontrol pada iterasi ketiga masih sama dengan pendahulunya. Ada beberapa macam tipe kontrol yang ditawarkan seperti button, tilt, atau menggunakan setir mobil untuk menggerakkan ke kanan dan kiri. Namun tetap saja, saya sendiri lebih fasih menggunakan tipe button. Untuk semua jenis kontrol tersebut, Pixelbite merancangnya dengan sangat baik sehingga gerakan mobil yang dihasilkan cukup responsif mengikuti kontrol yang dipilih.

Secara gambaran besar, tipe mode balapan yang ada dalam game ini dibagi dalam tiga jenis, career, arcade, dan single event. Namun pada Reckless Racing 3, ditambahkan dua jenis tipe balapan yang baru selain jenis turnamen yang kamu jumpai di Reckless Racing 2. Pertama adalah tipe drift di mana kamu bisa beradu skor dengan AI dengan cara menghasilkan ”kepotan” paling sempurna di setiap tikungan yang ada dalam trek pada kurun waktu tertentu.

Reckless Racing 3 | Screenshot 2

Kedua adalah Gymkhana di mana kamu harus menyetir mengikuti arah yang sudah ditentukan oleh game dan sampai di garis finis dengan waktu tercepat. Menariknya di mode ini, kamu harus melakukan drifting kelas dewa seperti melakukan gerakan memutar pada sebuah tiang dengan mobilmu. Jenis ini juga merupakan jenis balapan yang paling menantang karena kamu tidak boleh mengenai benda apapun yang ada di dalam level jika tidak mau kena penalti berupa tambahan waktu.

Terlihat pada sekuel terbaru kali ini, Pixelbite memberikan opsi yang lebih mudah pada gameplay dengan dihilangkannya sistem upgrade pada mobil. Yang ada, kamu hanya perlu membeli sebuah mobil yang mampu kamu beli sesuai dengan tipe kelas pada balapan yang akan kamu ikuti tersebut. Kustomisasi mobil hanya dimungkinkan terjadi pada sektor eksterior dan sebagai penghias saja yaitu cat mobil, sampai pelek yang akan digunakan. Memang pada intinya, kemampuan kamu mengendalikan mobil tersebutlah yang menjadi indikator apakah kamu bisa memenangkan balapan atau tidak. Walaupun atribut mobil seperti kecepatan, pengendalian, dan lainnya turut berpengaruh, tetapi hal tersebut tidak terlalu signifikan. Jadi skill yang dibutuhkan di sini, bukan mobil yang bagus.

Reckless Racing 3 | Screenshot 3

Walaupun game lebih mengutamakan skill, IAP tetap disediakan bagi kamu yang menginginkan sebuah mobil yang bagus jika tidak mau grinding di mode career atau arcade. Tenang, IAP hanya opsional saja, bukan hal yang wajib. Dengan harga Rp 59.000 untuk menebus Reckless Racing 3 dan jika disuguhi IAP yang memaksa, tentu saja kamu tidak akan suka, bukan?

Kesulitan game ini akan semakin bertambah ketika kamu naik kelas dari kelas C ke B atau bahkan A. Kenapa? Karena mobil yang akan kamu kontrol akan semakin cepat dan itu artinya skill yang dibutuhkan akan semakin meningkat. Bukan hanya menginjak pedal gas dan berbelok ke kiri dan kanan saja, tetapi kamu juga harus pintar-pintar mengatur timing untuk melepas pedal gas sambil berbelok, atau bahkan menekan pedal rem pada saat tikungan tajam tiba.

Saya akui, desain level yang disediakan oleh Pixelbite sangat menantang karena menggunakan lingkungan yang berbeda-beda dan efeknya pun berbeda. Misalnya ada trek yang basah sehingga mobil menjadi lebih licin, atau trek di tanah yang mempunyai pengendalian yang lebih liar dibandingkan trek aspal. Ornamen lingkungan juga sengaja dibuat agar kamu merasa lebih tertantang karena sudut pandang kamera tidak akan berubah. Jadi sesekali kamu akan menemukan blind spot karena memang ada tiang yang menghalangi, atau ornamen lainnya dan ini sangat wajar.

Reckless Racing 3 | Screenshot 4

Dari semua kelebihan yang seakan-akan mengerucut menjadi sebuah kesimpulan bahwa Reckless Racing 3 adalah game balap paling realistis yang sempurna, ada sebuah kekurangan minor yang terjadi dalam game. Hal tersebut adalah glitch ketika kamu menggunakan tombol reset untuk kembali ke trek karena posisi kamu saat itu sudah sulit. Ketika reset dilakukan, mobil akan kembali ke tengah trek dan berkedip seakan kamu dibangkitkan dari kubur. Tetapi ketika kedipan sudah berakhir, dan ada mobil lain di belakang kamu, maka mobil belakang tersebut akan terpental. Mungkin kamu akan senang dengan glitch ini, tetapi sebenarnya hal yang sama juga bisa terjadi padamu.

Keseluruhan, saya sangat puas dengan apa yang ditampilkan pada Reckless Racing 3. Penantian selama 2 tahun sejak Reckless Racing 2 dirilis dibayar lunas dengan peningkatan grafis dan animasi yang tajam, unsur physic yang semakin realistis, dan tentunya sensasi bermain yang sulit untuk dilupakan. Jika kamu penggemar genre racing, jangan lewatkan game ini karena … game ini bagus!

Apple App Store Link: Reckless Racing 3, Rp. 59000

Google Play Store Lnk: Reckless Racing 3, Rp 34.870

Post Review Reckless Racing 3 – Semakin Realistis Dibandingkan Versi Sebelumnya muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review RETRY – Akrobat Pesawat Ala “Flappy Bird” Yang GGS (Gampang-Gampang Susah)

$
0
0

Oke, sebelum saya memulai ulasan RETRY dari Rovio LVL11 ini, saya ingin membuat pengakuan kecil buat kamu semua bahwa saya menyukai game arcade sederhana yang tingkat kesulitannya sering membuat pemainnya rela mengulanginya lagi, lagi, dan lagi. Yep, coba lagi. Itulah terjemahan dari kalimat bahasa Inggris yang menjadi judul game rilisan terbaru dari developer serial Angry Birds asal Finlandia tersebut. Meskipun judulnya terkesan pendek, namun siapa yang bisa menyangka jika RETRY akan menjadi proses “getir-getir menyenangkan” yang amat panjang dan cocok untuk menjadi hiburan kamu di sela-sela rutinitas harianmu.

Sesuai penjelasan Glenn dari preview singkat RETRY di bulan Mei kemarin, game terbaru dari unit publishing Rovio, LVL 11, ini merupakan game yang memadukan sedikit elemen core gameplay dari Flappy Birds dan mengolahnya kembali menjadi sebuah game retro-arcade sederhana yang tidak boleh kamu anggap remeh begitu saja. Tidak percaya? Well, coba kamu mainkan game ini setelah membaca ulasan dari saya, dan nikmati sendiri sensasi nagih yang saya rasakan di sepanjang RETRY.

RETRY | screenshot 1

Di RETRY, kamu mengendalikan sebuah pesawat berbaling-baling yang terlalu bernafsu untuk melakukan manuver berputar di udara. Bayangkan saja, tidak ada kontrol yang konstan untuk membuat pesawatmu bergerak maju secara normal, sehingga kamu harus memanfaatkan pola penerbangan pesawat tersebut secara cermat agar ia bisa bergerak maju dari satu hanggar menuju hanggar lainnya.

Tujuan utama kamu di sini adalah mencapai lokasi hanggar terakhir tanpa harus menyentuh tanah, awan piksel yang membumbung tinggi, maupun benda lainnya di atas layar. Well … objektif tersebut kedengarannya sederhana sekali, seandainya kamu lupa penjelasan saya soal bagaimana cara menerbangkan pesawat di RETRY yang agak mirip dengan cara flappy bird terbang.

RETRY | screenshot 2

Untuk sajian kontrolnya sendiri kamu akan lebih banyak tap layarmu secara bertahap agar pesawatmu tidak terbang terlalu menukik ketika kamu bersusah payah membuatnya bergerak maju ke depan. Yep, dengan kontrolnya yang gampang-gampang susah ini, kamu harus pandai-pandai memanfaatkan pola pergerakan pesawat tersebut agar bisa melewati kontur desain level RETRY yang susah, hingga akhirnya pesawatmu tadi bisa terbang selamat hingga mencapai tujuan.

Sepanjang penerbanganmu di sini kamu akan menjumpai beberapa hanggar yang bisa kamu jadikan sebagai tempatmu mendarat sekaligus lokasi chekpoint apabila kamu membelinya dengan koin yang kamu peroleh di setiap level sebelumnya. Proses mendarat tadi merupakan cara kamu untuk rehat sejenak sambil bersiap menghadapi panjangnya level RETRY yang tidak bisa kamu prediksi sebelumnya. Karena jika kamu menabrak di separuh perjalananmu tadi, maka kamu akan mengulangi level dari awal lagi atau memulainya dari hanggar checkpoint yang telah kamu beli sebelumnya.

RETRY | screenshot 3

Cara paling mudah untuk menghindari momen mendarat yang salah adalah berputar-putar dulu di satu wilayah

Jika kamu merasa kesulitan dalam melewati sebuah level di RETRY (apalagi pada bagian level 10 ke atas), Rovio LVL11 menyediakanmu bantuan berupa power-up yang bisa dibeli dengan koin khusus yang kamu kumpulkan sebelumnya. Dengan power-up tersebut kamu bisa saja memperlambat laju pesawatmu dengan “membekukan” lingkungan level dengan hujan salju, membeli nyawa cadangan agar tidak langsung gagal saat menabrak sebuah objek, dan berbagai power-up lainnya yang lumayan membantu perjuangan trial & error kamu dalam menyelesaikan sebuah level di RETRY.

Melalui proses trial & error itulah RETRY memperlihatkan pesonanya sebagai game arcade yang tidak henti-hentinya membuat saya penasaran untuk terus mencoba menyelesaikan sebuah level yang sulit sekalipun. Sehingga bisa ditebak, dengan tingkat kesulitan yang diusungnya tadi, RETRY membuat sebagian gamer kasual di luar sana (termasuk saya) ketagihan untuk menaklukan setiap level yang diberikan, meskipun harus gagal hingga puluhan kali saat mencobanya.

RETRY | screenshot 4

“ARGHHhhh…”

Guna memacu semangatmu untuk menaklukan sebuah level di RETRY, Rovio LVL11 memberlakukan perhitungan skor mulai dari proses pencapaianmu menuju hanggar finis, jumlah minimal pesawat kamu boleh jatuh di sebuah level, dan terakhir jumlah total keseluruhan jarak yang kamu tempuh hingga mencapai hanggar terakhir. Apabila kamu sukses memacu pesawatmu tadi untuk menyelesaikan tiga tantangan tersebut dengan baik, maka perolehan tiga bintang sempurna akan membuatmu tersenyum puas dan akhirnya membuatmu tak sabar lagi untuk menaklukan level berikutnya.

Terakhir dan yang pasti, RETRY mengusung monetasi permainannya melalui pembelian koin power-up dan koin pembelian checkpoint hanggar yang telah saya sebutkan di atas. Meskipun sifatnya opsional, namun pembelian koin tersebut menjadi hal yang vital untuk menyelesaikan sebuah level yang sulitnya bukan main, apalagi jika kamu kekurangan koin akibat terlalu sering membeli checkpoint di beberapa level sebelumnya. RETRY sendiri membanderol koin pembelian power-up dan checkpoint dengan kisaran harga Rp 12.000 untuk 10 koin dan Rp 35.940 untuk 50 koin. Sebagai game yang pintar memanfaatkan celah tingkat kesulitannya untuk membeli IAP, saya anggap apa yang dilakukan Rovio LVL11 atas RETRY masihlah terbilang wajar, mengingat harga paket yang ditawarkannya tidaklah semahal game freemium lainnya di luar sana.

Overall, RETRY merupakan suguhan game arcade sederhana yang mengajakmu bergelut dengan siksaan level desain yang menantang, namun begitu membuatmu nagih untuk menyelesaikan semua level yang ditawarkan. Dengan penampilan piksel bergaya retro dan trek musik 80-an yang terkemas dengan rapi, RETRY merupakan rekomendasi saya bagi kamu yang haus akan sebuah tantangan game mobile yang sangat menarik untuk dimainkan minggu ini. Have “rage quit” fun!.

Apple App Store Link: RETRY, Gratis

Google Play Store Link: RETRY, Gratis

Post Review RETRY – Akrobat Pesawat Ala “Flappy Bird” Yang GGS (Gampang-Gampang Susah) muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Deep Loot – Roguelike Tanpa Dungeon Bagi Gamer Kasual Yang Gemar Melaut

$
0
0

Selama ini di benak saya game bergenre roguelike identik dengan labirin dungeon berliku dan berisikan ratusan monster yang siap membuatmu mati agar mengulanginya lagi dari awal. Setidaknya asumsi itulah yang akhirnya terpatahkan dengan kehadiran Deep Loot, game roguelike unik yang kehadirannya sayang untuk kamu lewatkan begitu saja, terutama jika kamu penyuka roguelike/dungeon RPG seperti saya.

Sedikit informasi bagi kamu, Deep Loot merupakan game iOS yang bulan Agustus lalu masuk ke dalam daftar games under the radar yang dihimpun Yesi di setiap minggunya. Well berhubung Deep Loot sendiri baru hadir di Android akhir pekan minggu lalu sehingga masih tergolong fresh untuk saya ulas minggu ini. Jadi tanpa perlu panjang lebar lagi, mari kenakan masker oksigenmu dan kita ulas game roguelike bertema penyelaman dasar laut ini sama-sama.

Deep Loot | screenshot 1

Di Deep Loot ini kamu akan bertualang menjelajahi dasar lautan terdalam sembari   mengumpulkan berbagai barang berharga yang terkubur di dasar lautan. Mekanisme permainan Deep Loot sendiri kurang lebih sama seperti aksi penjelajahan kamu dalam game roguelike bertema dungeon, di mana kamu akan menjelajahi lautan tersebut dengan bergerak dari satu tile menuju tile lainnya.

Sama halnya seperti game dengan tipe roguelike yang pernah saya bahas di GiA sebelumnya, di sini kamu cukup melakukan tap ke arah yang ingin kamu tuju guna menyusuri kedalaman laut yang ada di Deep Loot. Berhubung game ini mengusung genre roguelike, otomatis pergerakanmu  akan mempengaruhi makhluk lautan lain yang juga ikut bergerak dalam satu giliran yang sama. So, kamu harus berpikir taktis dalam menentukan arah penyelaman di sini, agar pencarian harta karun maksimal.

Deep Loot | screenshot 2

Deep Loot | screenshot 3

Dalam penjelajahan laut tersebut, kamu akan menjumpai berbagai ikan, ubur-ubur, dan kepiting yang sewaktu-waktu bisa menyerangmu jika kamu terlalu dekat dengan mereka. Dan bila kamu benci berurusan dengan makhluk tersebut, kamu bisa menyerangnya dengan harpun yang kamu miliki untuk mengalahkannya. Deep Loot sendiri tidak menyertakan meteran health untuk membuat bertahan di kedalaman laut. Sebagai gantinya kamu akan berurusan dengan meteran oksigen yang berkurang seiring dengan aktivitas yang kamu lakukan saat penyelaman berlangsung, dan akan semakin berkurang jika diserang oleh makhluk laut.

Dengan keberadaan oksigen yang terus berkurang, otomatis kamu harus memanfaatkan penjelajahanmu di Deep Loot dengan sangat baik agar karakter penyelam kamu tidak keburu kehabisan oksigen dan beranjak naik ke atas permukaan air. Konsekuensi mati dalam sebuah game roguelike juga tidak begitu terasa di Deep Loot, karena semua harta karun, mutiara, berlian, dan koin emas yang kamu pungut akan tersimpan dalam pundi-pundi keuangan.

Deep Loot | screenshot 4

Berhubung tidak ada konsekuensi kematian yang benar-benar membuat saya khawatir di permainan roguelike ala Deep Loot ini, otomatis tantangan dalam game lebih kepada seberapa jauh kamu bisa memecahkan rekor penyelaman sebelumnya serta penyelesaian objektif lain yang diberikan. Deep Loot sendiri memberimu tantangan kasual seperti mengumpulkan beberapa relik collectibles yang akan tersimpan dalam gudang koleksimu, membunuh puluhan ikan demi achievement, dan berbagai objektif lain untuk menghilangkan kesan dangkalnya roguelike yang kamu mainkan.

Aspek Deep Loot lainnya yang layak saya bicarakan adalah trek musiknya yang amat sangat catchy untuk didengar. Harus saya akui bahwa developer Monster And Monster cukup piawai dalam menghadirkan musik chiptune yang kedengarannya diproduksi dengan penuh semangat di pagi hari. Bahkan untuk main theme di menu utamanya saja, saya seolah-olah mendengarkan musik senam kesehatan jasmani yang mendorong saya untuk aktif bergerak dan bergegas menyelami birunya lautan Deep Loot yang dalam, uhm … meskipun saya tidak bisa berenang sebenarnya.

Deep Loot | screenshot 5

Berbicara soal IAP, well, sebagai gamer kasual yang menyukai permainan roguelike, kita beruntung karena Deep Loot bisa dimainkan sepenuhnya tanpa harus pusing untuk membeli IAP yang ditawarkannya. Deep Loot sendiri hanya menyediakan mata uang gold coin yang kamu peroleh dari hasil pencarian harta karun di kedalaman sebelumnya. Sehingga tidak membeli paket IAP yang ditawarkannya bukanlah masalah besar bagi kelangsungan permainanmu di sini.

Untuk harga IAP-nya sendiri, Monster And Monster membanderol paket gold coin dengan harga yang lumayan terjangkau untuk kepuasanmu bermain. Dengan paket 250 ribu koin seharga Rp. 24.431 saja, kamu sudah memiliki uang yang cukup untuk membeli 5 kostum penyelam premium yang masing-masing mempunyai karakteristik serangan dan oksigen yang berbeda-beda, atau membeli 1-2 kapal laut sebagai hiasan kosmetik belaka. Di luar paket pembelian koin, Deep Loot juga menyediakan paket pembelian coin doubler seharga Rp. 48.666 untuk melipatgandakan perolehan koinmu saat menyelam.

Kesimpulannya, Deep Loot adalah game roguelike yang setidaknya tidak membuat tertekan seperti saat memainkan Pixel Dungeon dan game lainnya dengan genre serupa. Lewat penampilan yang terkesan kasual, Deep Loot layak untuk dijadikan game komplemen bagi kamu yang ingin menyempatkan sedikit waktumu dengan menyelami lautan biru Deep Loot yang dipenuhi harta karun terpendam. Enjoy.

Apple App Store Link: Deep Loot, Gratis

Google Play Store Link: Deep Loot, Gratis

Post Review Deep Loot – Roguelike Tanpa Dungeon Bagi Gamer Kasual Yang Gemar Melaut muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Jet Run: City Defender – Endless Driving Bermanuver Cepat Dan Dinamis Dari Developer Catapult King

$
0
0

Bertemu dengan menu awal Jet Run: City Defender saya langsung merasakan deja vu namun dengan rasa yang baru. Yah, pasalnya game ini memiliki aset musuh, dalam hal ini alien, yang terinspirasi dari game arcade legendaris buatan Taito yaitu Space Invaders. Alasan yang membuat perasaan saya bercampur aduk antara perasaan nostalgia retro dengan rasa yang baru adalah grafis yang ditampilkan dalam game cukup membuat saya terpesona, wajar saja karena developer Wicked Witch sebelumnya pernah membuat game dengan grafis menawan lainnya yaitu Catapult King.

Lihat Juga: Akhirnya 30 Oktober Menjadi Tanggal Rilis Final Fantasy VII G-Bike Di Android dan Apple App Store Jepang

Jet Run: City Defender adalah sebuah game yang mengusung konsep endless driving dengan nuansa grafis yang menawan. Kamu akan disuguhi lingkungan yang keren dengan desain kota yang walaupun dibuat statis, tapi karena pergerakan pesawat serta musuh yang super dinamis, membuat efek visual yang menyeruak di layar gadget saya menjadi ramai. Mekanisme kontrol swipe ala endless runner yang diterapkan dalam game ini pastinya familier dan dapat langsung kamu implementasikan dengan baik.

Jet Run City Defender | Screenshot 1

Mekanisme permainan dari Jet Run: City Defender tidak terlalu jauh berbeda dengan genre endless lainnya. Kamu harus bisa bertahan selama mungkin melewati lintasan yang tersedia, dengan berbagai halangan yang variatif. Halangan tersebut terdiri dari posisi bangunan berbentuk jembatan yang menghubungkan satu gedung ke gedung lainnya, terkadang posisinya berada di atas, tapi kadang juga di bawah.

Rintangan yang ada dalam game ini tidak memberikan tantangan yang luar biasa. Kamu dapat memprediksi letak posisi penghalang yang didesain tanpa kompleksitas tinggi. Namun kesulitan datang bukan sekedar dari lintasan yang beragam saja. Kamu juga akan bertemu dengan alien warna-warni yang akan memecah konsentrasimu saat fokus pada lintasan yang sedang kamu lalui.

Jet Run City Defender 2 | Screenshot

Alien dalam game didesain dengan konsep grafis retro yang manis. Tidak ada kesan spooky atau bengis dalam desain musuh yang ada. Malahan saya merasa sedang berhadapan dengan karakter lucu yang tidak ingin saya hancurkan. Untuk membasmi alien, kamu hanya perlu melakukan tap pada setiap alien yang berkeliaran di tiap sudut layar. Eksekusi tombol tersebut akan mengaktifkan senjata berupa roket yang akan terlontar keluar dengan anggun untuk mengakhiri nyawa mereka.

Namun ada limitasi dari penggunaan senjata tersebut, kamu tidak bisa melakukan tap secara brutal karena senjata yang kamu miliki akan overheat bila kamu mengeksekusi tembakan tanpa henti. Fokus lain yang harus kamu bagi adalah ketepatan untuk menghindari bom yang tersebar di sepanjang lintasan. Bom adalah benda yang haram kamu tembak karena efek negatif yang ditimbulkan dari tindakan tersebut adalah berakhirnya permainan. Nah, kesulitan akan muncul apabila kamu dipertemukan dengan bom dan alien yang berada pada satu area yang sama. Pastinya tingkat ketelitian dan kehati-hatian kamu dalam mengeksekusi tombol akan diuji dengan baik.

Jet Run City Defender 3 | Screenshot

Jet Run: City Defender menggunakan sistem leveling yang lazim digunakan pada genre endless pada umumnya. Satu sesi permainan terdiri dari beberapa wave yang harus kamu hadapi. Experience point diraih dari akumulasi medal yang kamu dapat sepanjang permainan, serta distance point yang telah kamu tempuh.

Kamu akan disajikan berbagai misi yang berhadiahkan medal serta experience point. Medal adalah in-game money yang bisa kamu habiskan untuk membeli berbagai power up atau upgrade yang tersedia. Medal juga tersebar di sepanjang lintasan yang kamu lalui. Jet Run: City Defender adalah game gratis dengan IAP yang sangat ramah. IAP utama hanyalah opsi untuk menghilangkan ads yang sebenarnya sama sekali tidak mengganggu jalannya permainan. Ads dalam game hanya muncul ketika sesi permainan sudah berakhir.

Jet Run City Defender | Screenshot 4

Opsi lain di IAP yang bersifat sekunder hanyalah berbagai pilihan pembelian Medal, poin XP, serta power-up berupa XP doubler dan Medal doubler yang hanya berfungsi untuk mengoptimisasi jalannya permainan. Bahkan sang developer juga menyematkan fitur watch ad yang bisa kamu tonton berulang-ulang dan dapat memberikan kamu reward 200 medal.

Lihat Juga: Zombie Highway 2 – Sehebat Apa Kamu Kabur Dari Zombi?

Well teman, patut saya akui meskipun game endless ini tidak menyuguhkan sesuatu yang inovatif, namun suguhan mekanisme yang familier berbalut grafis yang cantik menjadi point interest tersendiri bagi saya untuk betah memainkannya dan tidak begitu saja menghapus game ini dari gadget saya. Jika kamu tertarik untuk mencobanya kamu bisa download game gratis ini melalui link yang ada di bawah.

Apple App Store Link: Jet Run: City Defender, Gratis

Google Play Store Link: Jet Run: City Defender, Gratis

Post Review Jet Run: City Defender – Endless Driving Bermanuver Cepat Dan Dinamis Dari Developer Catapult King muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Review Haunt The House: Terrortown – Senangnya Bisa Menakut-Nakuti Orang

$
0
0

Berbicara mengenai kata hantu, seringkali sosok gaib tersebut selalu identik dengan makhluk yang berwajah seram bahkan tidak jarang tanpa muka sekalipun. Ulasan saya kali ini tidak akan mengajak kamu untuk berlari dari kejaran hantu tak berwajah maupun bertahan hidup selama 5 malam dalam sebuah restoran. Kamu juga tidak akan bermain sebagai sosok yang ‘kalah’ (baca: protagonis) lagi di sini melainkan sebagai sosok hantu yang harus menakut-nakuti orang lain. Ya, bisa kamu bayangkan bagaimana serunya?

Haunt The House: Terrortown akan menugaskan kamu untuk menakut-nakuti semua orang yang ada di dalam rumah agar mereka mau keluar dari rumah kamu dan mengambil beberapa ‘teman’ untuk dijadikan anggota keluarga :p. Sayangnya sosok kamu sebagai hantu terbilang terlalu imut untuk melakukan itu semua. Karena itu kamu harus mencari cara lain yang lebih efektif untuk mengusir orang-orang tadi dari rumah kamu. Lantas bagaimana caranya? Mudah saja, kamu hanya perlu merasuki barang-barang yang ada di rumah dan memperlakukan mereka layaknya sesosok hantu. Lho?

Haunt The House Terrortown | Screenshot 1

Dengan kontrol yang terbilang sederhana, kamu bisa menggerakan hantu ini dengan cara touch di mana saja. Sedangkan untuk merasuki objek, cukup double tap saat berada di dekat objek yang kamu inginkan dan aksi menghantui segera dimulai ;D. Setiap objek memiliki kemampuan berbeda-berbeda bergantung pada seberapa banyak spooky meter yang berhasil kamu isi. Kamu bisa membuka kemampuan baru seiring atmosfer ketakutan dalam rumah bertambah. Sebagai contoh: pada awalnya kamu mungkin hanya bisa menggoyang-goyangkan bola lampu saja, semakin banyak spooky meter kamu terisi bola lampu ini juga bisa berkedip (flickering) hingga pecah dengan sendirinya.

Ada banyak sekali aksi-aksi objek yang seharusnya menyeramkan justru terlihat lucu di mata saya seperti menyamar jadi putri duyung untuk menakut-nakuti, ya mungkin karena efek dari grafis kartunis Haunt The House sendiri yang dibuat imut-imut untuk sebuah game horror. Saya sungguh menikmati ketika orang-orang di dalam rumah merinding atau berteriak dan berlari ketakutan keluar rumah. Bahkan yang paling unik, ada orang yang kabur dengan tampang sok ‘cool‘, terlihat tidak takut saat berjalan keluar rumah tetapi sesampainya di luar langsung lari ketakutan. Benar-benar konyol XD.

Haunt The House Terrortown | Screenshot 2

Oh iya kamu mungkin sedikit bingung dengan pernyataan saya di awal tentang mengambil beberapa ‘teman’ untuk dijadikan anggota keluarga. Di awal permainan kamu akan melihat banyak lonceng yang digantung. Nah kamu harus ‘membunuh’ orang-orang terpilih ini agar mereka bisa tinggal bersama kamu. Untuk ‘membunuh’ mereka kamu harus pandai-pandai melihat objek mana yang bisa kamu gunakan dan biasanya spooky meter kamu sudah mendekati penuh untuk bisa melakukan aksi ‘pembunuhan’ tersebut.

Contohnya, koki terbunuh saat kamu menyemburkan asap dari pipa, kapten kapal terbunuh jatuh ke laut karena kaget dengan suara klakson kapal, badut di rumah sakit terbunuh karena terpeleset kulit pisang, dan sebagainya. Kamu juga bisa menggunakan mereka yang telah menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang lainnya jika kamu bosan dengan model hantu yang berwajah poker face.

Haunt The House Terrortown | Screenshot 3

Bisa kamu tebak di mana saya?

Haunt The House Terrortown | Screenshot 4

Hmm… Beat that ;)

Haunt The House terdiri dari empat stage yang harus kamu mainkan dalam sekali bermain. Setiap stage memiliki 20 orang yang harus kamu takut-takuti, sehingga total ada 80 orang di mana sepuluh di antaranya akan dijadikan anggota keluarga baru, sedangkan sisanya harus kamu ‘usir’ keluar. Namun perlu diingat, kamu boleh menakut-nakuti orang tapi jangan sampai orang yang kamu takut-takuti malah bunuh diri dengan melompat. Jika tidak kamu tidak akan bisa mendapatkan nilai akhir yang sempurna di sini. Sekali bermain Haunt The House: Terrortown akan memakan waktu 30-45 menit, bergantung pada skill kamu serta seberapa jauh kamu ingin menjelajah dan membuka achievement di sini.

Soundtrack yang digunakan Haunt The House: Terrortown sendiri tergolong cukup creepy namun tidak akan sampai membuat kamu merinding saat mendengarkannya. Game ini bisa kamu tebus seharga Rp 12.000 pada Apple App Store maupun Google Play dan harga tersebut adalah harga promo dari harga awal Rp 35.000. Untuk harga Rp 12.000 tanpa IAP rasanya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak merekomendasikan game ini. Terlepas dari waktu bermainnya yang terbilang singkat, Haunt The House memiliki semua unsur ‘fun‘ yang saya butuhkan dari sebuah game. Apalagi harga Rp 12.000 jauh lebih murah dari versi PC-nya yang dibanderol seharga Rp 45.999 di Steam. Jadi apalagi yang kamu tunggu?

Apple App Store Link: Haunt the House: Terrortown, Rp. 12000

Google Play Link: Haunt The House: Terrortown, Rp 12.000

Steam: Haunt The House: Terrortown, Rp 45.999

Browser Version (versi original): Haunt The House

Post Review Haunt The House: Terrortown – Senangnya Bisa Menakut-Nakuti Orang muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Squishy The Suicidal Pig – Aksi Menggiring Babi Menuju Kematian

$
0
0

Sudah banyak game mobile yang mengusung formula platformer ala Super Mario Bros di luar sana. Tapi tidak ada satupun yang segamblang Squishy the Suicidal Pig dalam merangkul makna kematian. Yep, dari judulnya saja, kamu sudah bisa menebak bahwa mati bunuh diri adalah tujuan petualanganmu bersama sang babi bernama Squishy di game Squishy the Suicidal Pig. Jujur saja, ini pertama kalinya saya memainkan sebuah game yang justru menyuruh pemainnya mati untuk lanjut menuju level berikutnya.

Pada awal permainan Squishy the Suicidal Pig, diceritakan bahwa Squishy hidup damai bersama dua orang tuanya hingga pada suatu hari truk tukang jagal membawa pergi ayah ibunya. Berhubung Squishy masih muda (apalagi dengan pembawaan jiwanya yang labil), Squishy yang depresi berat akhirnya nekat bunuh diri sehingga berakhir di alam baka. Malang tak dapat disangkal, justru di nereka jiwa Squishy tidak diterima dengan baik sehingga dia pun dipaksa untuk mengakhiri hidupnya lagi, dan lagi. Well, itulah plot cerita yang membawamu bertualang di Squishy the Suicidal Pig, aneh memang.

Squishy the suicidal pig | screenshot 1

Berhubung aksi kamu di sini lebih condong ke arah puzzle platformer, maka tantangan kamu di Squishy the Suicidal Pig adalah bagaimana caranya agar Squishy bisa mati dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar dia. Entah itu mulai dari tertimpa balok yang kamu terbangkan sendiri, lompat ke arah duri tajam secara sukarela, dan bahkan terjun ke bagian bawah level yang tak berdasar. Intinya semua hal yang harusnya kamu hindari di platformer sejenis, justru harus kamu lakukan supaya bisa memelewati sebuah level.

Mati sendiri bukanlah perkara mudah karena perjalananmu untuk mencapainya dihalangi rintangan balok, dinamit, dan barikade yang semuanya harus kamu atur sedemikian rupa agar kamu bisa lolos menuju maut. Bermacam rintangan seperti memposisikan balok dan menekan tombol yang tepat di sini membutuhkan perhitungan yang sempurna. Sehingga bila sedikit saja perkiraanmu meleset saat menaruh balok yang diperlukan, maka kamu harus mengulangi level tersebut dari awal.

Squishy the suicidal pig | screenshot 2

Squishy the suicidal pig | screenshot 3

Untuk membantumu menghadapi rintangan yang saya jelaskan tadi, developer Panic Art Studio memberikan implementasi kontrol yang sangat sederhana di Squishy the Suicidal Pig. Di sini kamu diberikan tombol D-pad virtual untuk menggerakkan Squishy ke kanan dan ke kiri, serta sebuah tombol khusus untuk melompati pijakan platformer. Sepanjang permainanmu nanti kamu akan berfokus pada penyelesaian puzzle ringan seperti mendorong blok agar menekan sebuah tombol secara konstan, atau melompati pola pijakan tertentu sebelum ia hilang kamu injak. Di awal permainan terkesan menghibur memang, namun terus terang permainan Squishy the Suicidal Pig lama-lama terasa agak jenuh juga, karena di sini tidak ada tantangan yang benar-benar berarti selain menyelesaikan teka-teki platformer yang disediakan. Apalagi karena mati menjadi tujuan yang harus kamu upayakan di sini.

Untuk itulah Panic Art menyediakan mode tambahan lain sebagai variasi permainan kamu di sini. Dalam mode speedrun kamu diberikan beberapa pengulangan level yang harus kamu selesaikan secara cepat. Melangkah ke mode extra, kamu mendapati opsi survival di mana kamu harus bertahan hidup mengindari berbagai objek yang ada selama mungkin kamu bisa. Dua mode tadi menyediakan opsi leaderboards untuk melihat skor pemain lain di mode yang sama, sehingga kamu akan terpacu untuk menyelesaikan dengan perolehan terbaik.

Saat tulisan ini dipublikasikan, Squishy the Suicidal Pig menyertakan opsi battle yang sayangnya masih belum bisa diakses pemainnya. Sehingga untuk mode yang satu itu saya tidak memberikan detail deskripsi seperti apa permainannya.

Squishy the suicidal pig|screenshot 4

Squishy the suicidal pig | screenshot 5

Dari segi visual bisa dibilang Panic Art Studio telah melakukan pekerjaannya dengan baik di sini. Tampilan sprite piksel yang saya amati sebenarnya telah terlihat rapi dan menarik dari segi animasi penggambaran karakternya. Sayang untuk kualitas teks, hal yang satu ini perlu dioptimalkan lebih baik lagi di beberapa device karena teks di bagian intronya sempat terpotong hingga pojok kanan layar. Terkadang teks yang ditampilkan juga terlihat kecil sekali, sehingga kekurangan yang awalnya minor berubah jadi menjengkelkan. Hal ini terjadi karena pada dasarnya Squishy the Suicidal Pig merupakan game PC yang memperoleh porting ke dalam versi mobile. Sayangnya developer Panic Art Studio masih harus membereskan beberapa hal teknis yang saya sebutkan tadi agar lebih ciamik lagi dibandingkan versi sekarang.

Sebagai penutup, di luar tema cerita babi bunuh diri yang belum pernah ada sebelumnya, tidak ada impresi yang benar-benar berkesan untuk menjadikan Squishy the Suicidal Pig sebagai game platformer favorit saya bulan ini. Saya sendiri tidak bisa merekomendasikan game ini 100% ke kamu karena puzzle platformer bukanlah genre yang mudah direkomendasikan ke semua orang. Oleh karena itu berhubung sekarang sudah ada opsi refund, sebelum kamu berniat untuk membelinya maka tidak ada salahnya kok mencoba Squishy the Suicidal Pig selama beberapa saat. Mungkin saja kamu suka.

Google Play Store Link: Squishy the Suicidal Pig, Rp. 12.000

Steam Link: Squishy the Suicidal Pig, Rp. 25.999

Post Review Squishy The Suicidal Pig – Aksi Menggiring Babi Menuju Kematian muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review Kizi Run – Casual Runner Menggemaskan yang Minim Inovasi

$
0
0

Funtomic kembali merilis game teranyarnya pada akhir Oktober lalu. Bagi kamu yang pernah memainkan game Kizi Adventure karya developer yang sama, pastinya kamu tidak asing dengan sang protagonis pada permainan ini. Ya, Kizi si monster imut bermata satu kembali lagi ke dunia mobile gaming. Kali ini, kamu bisa membantunya berlari menyusuri koridor di dalam permainan runner yang diberi nama Kizi Run.

Bagi kamu yang sudah mengenal game runner lain seperti Despicable Me: Minion Rush atau Spiderman Unlimited, maka kamu tidak akan membutuhkan waktu lama untuk segera memahami mekanisme permainan di sini. Kizi Run tidak banyak berbeda dengan game runner kebanyakan. Kamu bisa berpindah jalur, melompat, berguling, dan mengambil gem maupun power up lain di sepanjang koridor.

Kizi Run - Gameplay 02

Kizi Run memilih pendekatan penyelesaian level demi level alih-alih endless runner. Bukan skor tertinggi yang dicari di sini, tapi kamu harus memenuhi objective di masing-masing level agar dapat melanjutkan permainan ke level selanjutnya. Objective yang ada cukup beragam, mulai dari berlari hingga suatu titik, mengumpulkan gem sejumlah tertentu, atau berlari dalam batas waktu yang sudah ditentukan. Seringkali terdapat lebih dari satu objective dalam satu level, di mana kamu harus memenuhi semuanya untuk menuntaskan level tersebut.

Walau terdengar menantang karena terdapat banyak objective dalam satu level, untungnya Kizi Run dirancang untuk menjadi casual game yang bisa dinikmati oleh siapa pun dari semua kategori umur. Kizi berlari cukup santai pada game runner ini. Rintangan yang ada di depan pun sudah tampak dari kejauhan, sehingga kamu bisa mengantisipasi jalur terbaik untuk Kizi berlari sejak dini. Ritme permainan yang santai ini dipadu dengan kontrol Kizi yang sederhana dan responsif, sehingga manuvernya di dalam koridor terasa sangat luwes dan sigap.

Kontrol Kizi didesain sepenuhnya menggunakan gerakan swipe pada layar device. Cukup swipe ke kanan dan kiri untuk berpindah jalur lari, atau swipe ke atas dan bawah untuk melompat dan menggelinding. Tidak ada kontrol merepotkan lainnya, bahkan saya bisa memainkan game ini dengan bermodal satu jempol saja.

Kizi Run - Gameplay 01

Grafis dan efek suara pada Kizi Run merupakan salah satu kelebihan yang dimilikinya. Tampilan gambar yang colorful dan gerakan Kizi yang luwes membuat saya seolah-olah sedang menikmati tayangan kartun di televisi. Gerakan Kizi yang ceria dan jenaka memberi perasaan menyenangkan ketika mengendalikannya menyusuri koridor. Efek suara yang melengkapi gerakan serta background musik yang mengiringi juga cukup enak didengar dan terasa menyatu dengan permainan.

Di balik semua kelebihan yang dimiliki Kizi Run, satu hal yang absen dari permainan ini adalah tidak adanya inovasi yang disisipkan di dalam permainannya. Kizi Run tidak ubahnya dengan game runner lainnya yang sudah menjamur di Apple App Store atau Google Play. Mekanisme yang ada di dalam permainan hanya itu-itu saja dan sudah ada di game lain. Bagi kamu yang mengharapkan tantangan baru, mungkin kamu akan sedikit kecewa ketika mencicipi Kizi Run.

Funtomic telah menyatakan bahwa game ini akan sepenuhnya diriilis secara cuma-cuma. Tidak ada penawaran IAP apa pun di dalam game, sehingga kamu bisa menikmati keseluruhan isi yang ditawarkan di dalamnya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Game ini didukung dengan tampilan iklan melalui platform UnityAd yang akan muncul setiap kali kamu menyelesaikan sebuah level. Iklan yang ditampilkan beragam bentuknya, mulai dari sekedar banner hingga video klip yang bisa kamu tutup setelah beberapa detik iklan muncul dengan tap tombol close.

Kizi Run - Gameplay 03

Secara keseluruhan, Kizi Run merupakan game runner yang oke dengan tampilan grafis cerah dan gameplay yang casual. Game ini cocok dimainkan untuk sekedar mengisi waktu luang dan bisa dinikmati oleh semua umur. Hanya saja tidak ada tantangan berarti di dalam permainannya. Gameplay yang ada pun sudah biasa kita lihat di game sejenis lainnya. But hey, setidaknya game ini gratis jadi tidak ada salahnya kamu coba mainkan bukan?

Apple App Store Link: Kizi Run, Gratis

Google Play Store Link: Kizi Run, Gratis

Post Review Kizi Run – Casual Runner Menggemaskan yang Minim Inovasi muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.

Review The Banner Saga – Game Fantasi Epik Paling Artistik

$
0
0

Banyak game yang menjanjikan cerita yang dinamis dan sama sekali tidak linear. Biasanya game seperti itu akan selalu menjual taglineevery choices you make matter”. Sayangnya dari sekian game yang menjanjikan hal tersebut, kebanyakan gagal mengeksekusinya dengan baik. Tapi tidak dengan The Banner Saga, dalam game ini seluruh pilihan yang kamu buat betul-betul bermakna.

Saat pertama kali melihat screenshot dari The Banner Saga, pasti banyak orang yang akan bertanya-tanya apakah ini sebuah film animasi? Kalau memang kamu mendengar, atau bahkan mengeluarkan pertanyaan seperti itu, maka tidak perlu malu karena memang kualitas grafis yang ditampilkan oleh The Banner Saga sangatlah luar biasa indah.

Setiap cutscene penting di game ini disajikan dalam bentuk animasi penuh, namun saat masuk bagian real-time gameplay, game ini menyajikan grafis cel-shading yang begitu indah sampai berhasil membuat saya terkagum-kagum menganga di beberapa bagian dalam game.

The Banner Saga | Screenshot 1

The Banner Saga | Screenshot 2

Tidak hanya grafis yang enak dilihat, game ini juga hampir tidak menunjukkan delay saat berpindah dari animasi cutscene ke bagian real-time gameplay, membuat The Banner Saga menjadi salah satu game dengan visual paling mengagumkan untuk dinikmati.

Dengan kualitas visual sebagus ini, sepertinya Stoic sebagai developer dari The Banner Saga sengaja memberikan beberapa kesempatan pada gamer untuk menenangkan diri sejenak dan menikmati pemandangan yang disajikan di beberapa poin yang tersebar dalam game.

Cukup dengan pembahasan urusan visual yang selanjutnya bisa kamu nikmati melalui screenshot yang ada. The Banner Saga menawarkan kisah epik fantasi yang sangat kental dengan unsur mitologi Norse. Jika kamu merupakan penggemar fantasi epik seperti The Lord of the Rings ataupun Game of Thrones, bisa dijamin kamu akan tertarik dengan cerita menarik yang ditawarkan oleh The Banner Saga.

The Banner Saga | Screenshot 3

Tidak hanya setting dan cerita dasar yang menarik, game ini juga akan memberikan pilihan di beberapa bagian dalam game untuk melanjutkan cerita. Seluruh pilihan yang kamu buat akan berpengaruh terhadap progres permainanmu. Pengaruh bisa muncul dalam bentuk percabangan cerita, bertambah atau berkurangnya anggota party, atau juga berubahnya jumlah tentara dan stok makanan yang kamu bawa berkelana bersamamu.

Selain pilihan cerita konvensional, game ini juga menawarkan percabangan cerita jika seandainya kamu kalah dalam sebuah battle. Jadi saat kamu kalah bukannya layar game over yang kamu dapatkan, tapi malah perubahan yang kemungkinan mempunyai efek buruk untuk progres ceritamu.

The Banner Saga | Screenshot 4

The Banner Saga | Screenshot 5

Masuk ke bagian terpenting dari game, apalagi kalau bukan gameplay. The Banner Saga memiliki genre Strategy RPG layaknya game epik Final Fantasy Tactics. Pada saat baru memulai permainan, battle dari The Banner Saga akan terasa sangat membosankan. Tapi seiring berjalannya waktu dan semakin bertambahnya pemahaman kamu tentang battle dari game ini, dijamin The Banner Saga akan membuat kamu ketagihan.

Tidak hanya kualitas animasi dan gameplay yang sepertinya bisa membuat kita bernostalgia dengan hiburan-hiburan semasa kita kecil, tingkat kesulitan dari The Banner Saga juga sangatlah tinggi sampai bisa membuat kamu bernostalgia dengan berbagai game yang biasa kamu mainkan waktu kecil.

Waktu baru memulai The Banner Saga saya bermain menggunakan tingkat kesulitan normal. Namun dengan tingkat normal saja saya harus berusaha ekstra keras untuk bisa selamat di sebuah level. Setelah memutuskan untuk mencoba bermain di mode easy, barulah saya bisa dengan sepenuhnya menikmati game ini karena memang saya bukanlah gamer yang suka dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

The Banner Saga | Screenshot 6

The Banner Saga | Screenshot 7

Meskipun begitu, bukan berarti dalam mode easy game ini menjadi semudah jalan-jalan di taman ya (atau untuk game ini lebih tepatnya “jalan-jalan di hutan dan pegunungan”). Battle di mode easy tetap memberikan tantangan yang besar dan harus memaksamu untuk mengatur strategi terbaik untuk bertahan.

Perbedaan tingkat kesulitan bisa dilihat pada bagaimana game ini tidak mewajibkan karaktermu yang gugur di battle untuk beristirahat sesudah battle, dan tentu saja musuh yang lebih lemah dari beragam mode di atasnya.

The Banner Saga | Screenshot 8

Selain gameplay battle biasa, The Banner Saga juga mempunyai gameplay tersendiri saat rombongan karaktermu sedang melakukan perjalanan.  Pada sesi ini, kamu bisa menikmati keindahan grafis dari The Banner Saga sambil memperhatikan kondisi moral pasukan dan rombonganmu, serta stok suplai untuk menghidupi mereka selama perjalanan. Di tengah perjalanan kamu juga mungkin menemukan berbagai event menarik.

Saat dihadapi dengan event tersebut kamu akan diberikan pilihan untuk menentukan tindakan apa yang kamu lakukan. Pilihanmu bisa berakibat ke banyak hal, mulai dari mempengaruhi jumlah rombonganmu, jumlah suplai, atau bahkan menambah atau mengurangi karakter yang bisa kamu sertakan dalam battle.

Selain event yang simpel, selama perjalanan kamu juga mungkin dihadang oleh pasukan musuh dan terlibat dalam war battle. Di war battle, kamu tetap hanya perlu memilih tindakan yang dilakukan, tapi kamu akan disediakan statistik keadaan musuh dan keadaan pasukanmu sebelum memilih mau menyerang langsung (masuk ke battle biasa) atau menyuruh pasukanmu menyerang.

Jika kamu menyuruh pasukanmu menyerang, kemungkinan kamu tidak akan perlu melakukan battle biasa, tapi tentunya kamu akan kehilangan beberapa orang dari pasukanmu dibandingkan dengan jika kamu memimpin untuk menyerang musuh sendiri.

The Banner Saga | Screenshot 9

The Banner Saga | Screenshot 10

Game ini juga memiliki satu poin penting yang disebut Renown. Dengan menggunakan Renown kamu bisa membeli suplai maupun item. Selain itu Renown juga bisa digunakan menaikkan level karaktermu seandainya dia sudah membunuh cukup banyak musuh. Kamu bisa mendapatkan Renown dengan cara membunuh musuh di tengah battle, atau dengan memilih keputusan bijaksana setiap dihadapi dengan pilihan yang berhubungan dengan kelompokmu.

Bagian terakhir yang tidak boleh dilewatkan di The Banner Saga adalah musiknya. Game ini memiliki kualitas musik yang betul-betul membuat kamu seperti terbawa ke dunia The Banner Saga. Tidak mengherankan memang karena musik dari game ini disusun oleh Austin Wintory, komposer dibalik game atmospheric seperti Journey.

Gabungan dari grafis yang super indah, cerita epik yang bikin penasaran, serta musik yang luar biasa menghanyutkan betul-betul membuat The Banner Saga menjadi sebuah pengalaman menikmati kisah fantasi yang sangat epik, bahkan lebih epik daripada menonton film seperti The Hobbit di bioskop.

The Banner Saga | Screenshot 11

Jika kamu merupakan penggemar Strategy RPG, jelas kamu tidak boleh melewatkan The Banner Saga. Banyak orang yang membandingkan game ini dengan game strategi terkenal lainnya seperti XCOM dan Fire Emblem, hanya saja game ini memiliki visual yang lebih menakjubkan.

Jika kamu tidak terlalu suka dengan genre Strategy RPG tapi suka dengan kisah fantasi, maka kamu juga wajib mencoba terjun ke dalam dunia The Banner Saga. Dengan visual yang luar biasa, musik yang berkualitas, cerita yang menarik, gameplay yang bisa membuat berpikir, serta playtime yang cukup panjang, dijamin kamu tidak akan rugi membeli game yang satu ini.

The Banner Saga akan dirilis untuk Windows, Mac, Linux, Xbox Live Arcade (XBLA), PlayStation Network (PSN), dan iPad. Sampai sekarang game ini sudah tersedia di Steam untuk Windows dan Mac, sedangkan untuk versi lainnya menyusul sampai waktu yang belum ditentukan. Jika kamu hanya tertarik dengan battle dari game ini tanpa embel-embel lainnya, kamu bisa juga menikmati versi multiplayer yang bisa didapatkan secara gratis di sini.

Update: Artikel ini pertama diterbitkan pada 16 Januari 2014. Kini, dua tahun sesudahnya, The Banner Saga akhirnya dirilis juga untuk PS4 dan Xbox One.

PlayStation Store (US): The Banner Saga, $19,99 (sekitar Rp280.000)

Xbox Store: The Banner Saga, $19,99 (sekitar Rp280.000)

Game Info
The Banner Saga
Versus Evil -  Dec 11, 2015
Genre:  Role Playing
Size:  N/A
Installs:   10,000 - 50,000
69,890
Download

The post Review The Banner Saga – Game Fantasi Epik Paling Artistik appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review The Room Three – Babak Baru dari Perjalanan Puzzle yang Sempurna

$
0
0

Sekuel sebuah video game yang sudah lama dinanti-nanti tentu menimbulkan ekspektasi yang cukup tinggi, apalagi jika game sebelumnya mendapatkan respons positif dari para pemain. Hal ini berlaku di hampir semua sekuel game, tak terkecuali The Room Three yang kabar pembuatannya sendiri sudah diketahui cukup lama sejak September tahun 2014 silam.

Dengan harapan agar sekuel barunya tidak tampil mengecewakan, The Room Three kembali mempertahankan berbagai ciri khas yang membuat seri The Room begitu sukses, sekaligus sedikit berinovasi agar para pemainnya tidak merasa bosan dengan inti permainan The Room yang itu-itu saja. Lantas apakah The Room Three berhasil menyaingi kesuksesan dua seri sebelumnya? Mari kita cermati bersama-sama.

Kembalinya Puzzle Ruang dan Objek yang Masih Memikat Hati

The Room Three | screenshot 1

Pada dasarnya The Room Three masih tetap sebuah game puzzle berbasis penyelesaian ruang dan objek yang memaksimalkan penggunaan kontrol pada perangkat mobile. Hal ini dibuktikan dari aneka rupa puzzle yang dipresentasikan secara efisien ke dalam layar berukuran kecil, dengan desain antarmuka yang minimalis dan rapi seperti di seri The Room sebelumnya.

Inti permainan dari serial The Room sendiri kurang lebih sama seperti game adventure klasik yang rilis di PC belasan tahun silam, hanya saja minus penyampaian cerita yang bertele-tele dan lebih berfokus pada aspek penyelesaian teka-teki. Hal ini membuat cerita game The Room seolah-olah bukan menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan, namun itu bukan berarti cerita The Room Three tidak menarik.

The Room Three | screenshot 2

Whoaaa… sosok apa itu??

Melanjutkan cerita The Room sebelumnya, di sini kamu tetap berperan sebagai protagonis tanpa nama yang terobsesi mengejar entitas asing bernama Null. Fireproof Games sendiri masih mengandalkan atmosfer kelam abad ke-19 yang diselimuti sedikit bumbu horor untuk membuat kita semua merasakan misteri kosmis yang sepertinya terinspirasi jalinan cerita karya H.P Lovecraft.

Apakah Null sendiri adalah entitas kosmis atau bukan, yang jelas misteri keberadaannya membuat saya termotivasi memecahkan setiap teka-teki yang saya jumpai dalam game ini.

Inovasi Kecil yang Membuat Permainan The Room Terasa Lebih Luas

The Room Three | screenshot 3

Agar lebih baik dibandingkan dua seri sebelumnya, developer Fireproof Games berupaya memperluas cakupan teka-teki yang pemain hadapi di sini. Hilang sudah stigma ruangan kecil dengan rangkaian objek teka-teki yang menunggu untuk kamu selesaikan ala The Room pertama. Sebagai gantinya, dalam The Room Three kamu akan berurusan dengan rangkaian ruang yang tersambung satu sama lain. Hal ini tak ayal membuat saya berseloroh kenapa Fireproof Games tidak sekalian saja mengganti judulnya menjadi The Rooms.

Meskipun denah teka-teki ruangan yang kita hadapi dalam seri The Room kali ini semakin meluas, Fireproof Games bisa dibilang masih unggul dalam hal menyajikan puzzle dengan pemanfaatan objek yang sangat mendetail. Ciri khas permainan The Room yang sangat dinanti-nantikan para pemain lamanya kembali lagi di sini.

Kamu masih tetap akan sibuk mengamati detail sebuah benda yang aneh, memikirkan jawaban dari setiap petunjuk yang muncul di hadapanmu, membaca teks yang ditujukan untuk melampirkan jalan cerita (jangan berharap ada banyak cutscene di sini), dan lain sebagainya.

The Room Three | screenshot 4

Baca… baca… baca…

Sama seperti formula permainan sebelumnya, teka-teki yang kamu hadapi semakin lama akan terasa semakin susah untuk diselesaikan. Kamu akan semakin sering memanfaatkan penggunaan lensa kacamata pembesar untuk melihat pesan tersembunyi di setiap objek.

Menjumpai kebuntuan di saat menyelesaikan puzzle? Jangan khawatir, karena seperti di seri sebelumnya, Fireproof menyediakan fitur petunjuk untuk membantumu di sepanjang permainan. Intinya kamu hanya butuh duduk, lakukan tap dan swipe di depan layar, lalu beradaptasi lagi dengan setiap penemuan puzzle objek baru yang kamu temukan berikutnya.

Oh ya … bagian paling menariknya lagi, The Room Three juga menyediakan empat pilihan ending yang bisa kamu dapatkan lewat cara penyelesaian puzzle yang berbeda di beberapa chapter terakhir. Saya sendiri sudah bermain selama tiga jam dan baru sampai memasuki pertengahan chapter akibat mengalami kebuntuan. Mungkin untuk menamatkan seluruhnya diperlukan lebih dari empat jam waktu bermain secara lancar, tanpa terhambat puzzle sama sekali.

Masih yang Terbaik untuk Ukuran Detail dan Presentasi Atmosfer

The Room 3 | screenshot 5

Sesuatu yang dirasa sudah cukup sempurna, tak perlu terlalu banyak dirombak lagi di sekuel berikutnya. Kurang lebih itulah anggapan yang saya tangkap dari Fireproof Games untuk mempertahankan beberapa kesamaan presentasi konten The Room yang selama ini sudah digunakan di kedua seri sebelumnya.

Dengan elemen musiknya yang selama ini dirasa sudah cukup khas dan terasa atmosferis, The Room Three masih mempertahankan beberapa alunan musik yang mungkin terasa sudah begitu familier di telinga para pemainnya.

… game puzzle dengan detail tampilan objek paling istimewa yang pernah saya mainkan …

Terkesan kurang inovatif mungkin akan terucap bila kamu merasa keberatan dengan alunan musik The Room Three yang sudah digunakan sejak seri pertama. Namun percayalah, begitu kamu mulai proses penyelesaian teka-teki pertamamu, kamu akan lebih sering menghiraukan suara musik yang terdengar demi menyelesaikan apa yang ada di depan mata.

Untuk urusan grafisnya sendiri, The Room Three bisa dikategorikan sebagai salah satu game puzzle dengan detail tampilan objek paling istimewa yang pernah saya mainkan. Sama seperti dua seri sebelumnya, memecahkan teka-teki objek sambil memperbesar tampilannya dengan lensa kacamata khusus masih memperlihatkan kualitas detail yang sangat diperhitungkan oleh developer. Tak heran jika tahun lalu game ini berulang kali masuk ke dalam jajaran game puzzle terbaik di iOS versi berbagai media gaming.

Kesimpulan: Beli Sekarang atau Tunggu di Saat Diskon

The Room Three | screenshot 6

Jati diri null sebenarnya akan terungkap di balik pintu gerbang misterius itu

Secara keseluruhan, The Room Three merupakan sebuah hiburan mobile premium yang tak akan mengecewakan, baik itu bagi kamu yang sudah pernah memainkan kedua seri sebelumnya atau belum sama sekali.

Kesimpulan yang saya tuliskan di atas secara langsung memberikan pertimbangan yang kamu perlukan untuk menikmati iterasi ketiga dari serial puzzle The Room ini. Dengan harga yang tidak murah saat game ini diluncurkan, tentunya perkara beli sekarang atau tidak semua saya serahkan kembali kepadamu.

Jika harga yang ditebus untuk saat ini kamu anggap terlalu mahal, kamu bisa saja menunggu hingga beberapa waktu ke depan sampai Fireproof Games menurunkan harga The Room Three. Yang jelas, beli di saat diskon ataupun tidak, The Room Three bisa pilihan utama bagi kamu yang menggemari game puzzle di mobile.

Game Info
The Room Three
Fireproof Games -  Nov 04, 2015
Genre:  Games, Adventure, Puzzle
Size:  560.06 MB
Installs:  N/A
Rp. 75.000
Download

The post Review The Room Three – Babak Baru dari Perjalanan Puzzle yang Sempurna appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Viewing all 242 articles
Browse latest View live